Mohon tunggu...
Kristianto Naku
Kristianto Naku Mohon Tunggu... Penulis - Analis

Mencurigai kemapanan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kala Pertamina Zona Merah

1 Oktober 2020   08:24 Diperbarui: 1 Oktober 2020   08:37 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernyataan Ahok, hemat saya, merupakan sebuah contoh yang baik bagaimana seorang pemimppin seharusnya bekerja. Saya mengamini bahwa sinergi itu perlu dalam sebuah rumah tangga, apalagi rumah tangga segede Pertamina. Tapi, jika kerja samanya mengarah ke kantong pribadi dan kepentingan segelintir orang, maka wajib hukumnya untuk diaudit. Wajib dibongkar, wajib digeledah. Kita ingin semua aset negara dikelola secara transparan dan bertanggung jawab. Ahok bekerja untuk visi dan misi itu.

Jika ada orang yang berkoar atau berencana melaporkan ke Presiden Jokowi bahwa Ahok mengganggu keharmonisan, itu berarti ia kurang gentel. Masa dikit-dikit lapor. Jika memang pernyataan Ahok salah coba ditantang. Jangan main lapor-lapor kayak anak baru masuk sekolah. Jika pernyataan Ahok memang salah, coba diperlihatkan salahnya dan bagaimana seharusnya dijelaskan. Tujuannya bukan supaya semua file Pertamina diketahui publik, tetapi tentu ini demi tata kelola badan usaha yang transparansi, bertanggung jawab, dan mendidik.

Ahok sebetulnya tengah mengaudit tameng yang katanya harmonis di tubuh Pertamina. Apa yang diklaim harmonis oleh segelintir orang dengan "mendiamkan" persoalan, bagi saya adalah kejahatan besar. Bagaiman kelola Badan Usaha Milik Bersama, dipakai untuk kesejahteraan satu-dua orang saja? Kan begitu yang terjadi pada tubuh Pertamina. Sistem pengajian yang tidak efisien dengan prospek profit perorangan merupakan bentuk ketidakdewasaan kita dalam mengemban tugas yang dipercayakan rakyat.

Saya justru bersyukur bahwa PT Pertamina tahu diri. Pertamina tahu diri karena ada orang yang berani mengaudit dan mengevaluasi tata kelola kerjanya sendiri. Itu artinya, Pertamina menuju "maturity outlook." Pertamina tak perlu mengundang jauh-jauh KPK atau badan pengawas lainnya untuk mengaudit kinerjanya sendiri. Mereka bisa mandiri. Itu terbukti dari upaya mempertanggungjawabkan dan mengevalusi rumah tangga sendiri.

Kita juga perlu mengkritisi reaksi-reaksi dari orang-orang di sekitar Ahok yang hidup, makan, dan berproses di tubuh Pertamina. Apakah ada yang berani membenarkan pernyataan Ahok atau setidaknya mendukung apa yang disampaikan Ahok? Buktinya, semua diam. Bahkan ada yang mengatakan merasa terganggu.

Mereka yang terganggu justru merasa keharmonisan yang sudah berpuluh-puluh tahun dirajut di dalam tubuh Pertamina malah diobrak-abrik dan dilucuti di depan publik. Wajar jika orang mengklaim pernyataan Ahok adalah "membongkar aib," karena memang ada yang ditutup-tutupi selama ini. Ingat Ahok hadir untuk "bersih-bersih" rumah tangga Pertamina biar bebas dari mafia, rente, dan korupsi.

Sekali lagi, tindakan Ahok tidak lain merupakan bentuk transparansi dalam tata kelola badan usaha. Apalagi Badan Usaha Milik Negara. Publik tentunya perlu mendengar, melihat, dan mengetahui bagaimana Badan Usaha Milik Negara (BUMN), seperti PT Pertamina dikelola oleh orang-orang yang diberi tanggung jawab. Jika tak mau diaudit dan dievaluasi, itu artinya ada sesuatu yang disembunyikan. Jika tak mau keharmonisan diganggu, jangan menyimpan aib. Kira-kira demikian!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun