Mohon tunggu...
Kristian Pand
Kristian Pand Mohon Tunggu... Freelancer - investor ritel

Mahasiswa UAJY

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Filter Bubble Mempengaruhi Kehidupan Berinternet Masyarakat

17 Oktober 2022   21:54 Diperbarui: 17 Oktober 2022   22:08 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi capres cawapres Indonesia 2019. Sumber: CNBC Indonesia

Seiring berkembangnya teknologi, jurnalisme multimedia juga mendapatkan dampak baik positif maupun negatif. Salah satu contoh perkembangan teknologi yang memberikan dampak terhadap jurnalisme multimedia adalah teknologi kecerdasan buatan. Kecerdasan buatan yang terdapat pada jurnalisme multimedia melahirkan beberapa fitur seperti filter bubble sebagai salah satu fiturnya.

Pengertian

Filter bubble dapat diartikan sebagai cakupan informasi yang dimiliki oleh setiap individu pengguna media. Filter bubble memiliki  keunikan dan memiliki hubungan sebab-akibat dengan perilaku individu yang menjadi pengguna Internet. Filter bubble merupakan salah satu hasil fitur dari kecerdasan buatan. 

Kecerdasan buatan merupakan simulasi dari sistem kecerdasan manusia yang diterapkan dalam sistem pada mesin dan diatur sedemikian rupa untuk dapat berpikir seperti yang dapat dilakukan manusia. Dalam hal ini, filter bubble berperan sebagai pola pikir yang menyarankan akan informasi tertentu dengan memberikan prediksi informasi yang menjadi keinginan pengguna.

Media Sosial

Media sosial memiliki sistem berupa algoritma yang tercipta dengan adanya kecerdasan buatan. Algoritma yang ada ini tidak lepas dengan adanya pengaruh filter bubble yang ada di dalamnya. Media sosial seperti instagram, facebook, dan youtube menjadi semakin diminati dengan adanya filter bubble yang menyediakan informasi yang selaras dengan keinginan pengguna. Filter bubble secara sadar maupun tidak sadar dapat mengatur konsumsi konten seseorang.

Jurnalisme Multimedia

Jurnalisme multimedia merupakan salah satu bidang yang terdampak dengan adanya filter bubble. Filter bubble merekam aktivitas konsumen jurnalisme multimedia dalam mengakses berita. Data yang menunjukan aktivitas konsumen dalam mengakses suatu topik tercatat dan diproses dengan adanya filter bubble dengan kecerdasan buatan yang telah ada. Dengan terjadinya proses ini, konsumen melalui filter bubble akan diarahkan untuk mengkonsumsi topik maupun isi berita mirip dengan berita yang telah diakses.

Contoh adanya filter bubble ini adalah ketika seseorang mengakses informasi di sebuah platform dalam jumlah tertentu, platform tersebut akan menyarankan informasi yang berkaitan dengan informasi yang sebelumnya telah diakses oleh pengguna. Jika dicontohkan secara nyata, jika seseorang mencari informasi mengenai laporan keuangan BCA di platform bisnis.com, bisnis.com akan kembali menyediakan informasi seputar keuangan BCA maupun keadaan BCA seperti kegiatan bca dan sebagainya.

Periklanan

Filter Bubble merupakan salah satu fitur pemikat konsumen jika dilihat dari sudut pandang industri periklanan. Algoritma yang terdapat pada internet dapat mengetahui aktivitas konsumen dan dimanfaatkan untuk media iklan. Hal ini yang akan menjelaskan kenapa iklan yang diterima konsumen dapat sesuai dengan apa yang sedang mereka inginkan.

Sebagai contoh ketika seseorang sedang ingin membeli helm di internet. Seseorang akan cenderung melihat terlebih dahulu barang tersebut melalui informasi yang tersedia di internet. Setelah beberapa waktu mencari informasi mengenai helm di internet, tidak jarang akan ada iklan yang akan menawarkan helm sesuai dengan aktivitas konsumen di internet.

Keterbatasan Informasi

Filter bubble selain menyediakan manfaat dengan mempermudah akses informasi terhadap topik yang sedang diminati seseorang, terdapat ancaman yang sering tidak disadari oleh pengguna. Dibalik kegunaannya sebagai penyedia informasi yang sesuai dengan minat penggunanya, terdapat ancaman yang dapat menghambat distribusi informasi terhadap seseorang.

Algoritma yang terdapat pada fitur filter bubble dapat membuat pola pikir pengguna terbiasa dimanjakan dengan informasi yang diminati dan membuatnya nyaman. Kondisi ini dapat membuat seorang individu menutup mata akan adanya informasi lain selain topik yang diminatinya.

Filter bubble secara tidak langsung akan membuat batasan terhadap informasi yang disampaikan menuju pengguna. Hal ini dapat mempengaruhi kebebasan berpikir yang dimiliki setiap individu. Kebebasan berpikir yang dibatasi akan menghambat proses perkembangan yang dimiliki individu karena kebebasan berpikir memiliki manfaat untuk membuat individu semakin kreatif dan rasional dalam keberlangsungan hidupnya.

Filter bubble pada dasarnya dapat memudarkan rasa kemandirian dalam berpikir yang dimiliki seorang individu. Hal ini dapat diakibatkan oleh cakupan filter yang menyebabkan kurangnya variasi informasi yang diterima oleh pengguna.

Post Truth

Filter bubble masih memiliki banyak dampak negatif terlebih jika berkolaborasi dengan hal negatif yang terdapat di jaringan internet. Post truth akan semakin mudah tersebar jika berkolaborasi dengan filter bubble. Post trust secara umum dapat diartikan sebagai kebohongan yang dibungkus dengan bayang-bayang kebenaran. 

Post truth yang tersebar di jaringan internet tidak dapat dikontrol dengan mudah. Setiap orang dapat membuat unggahan di internet seperti sosial media dengan mudah. Walau teknologi kecerdasan buatan yang semakin berkembang mulai dapat memberantas berita bohong, masih terdapat banyak celah bagi seseorang untuk membuat berita bohong.

Dengan sifat filter bubble yang menyediakan prediksi topik yang sedang diminati seseorang, terdapat kemungkinan bahwa berita bohong juga akan direkomendasikan terhadap pengguna internet. Fenomena ini dapat dicontohkan dengan adanya notifikasi pelangsing badan instan tanpa olahraga yang direkomendasikan melalui notifikasi maupun media sosial.

Sebagai pengguna internet yang bijak, kita perlu berhati-hati dalam mengkonsumsi konten yang ada di internet. Kita sebagai pengguna internet harus berhati-hati terhadap filter bubble agar filter bubble tidak merekomendasikan post truth yang berkeliaran di dunia internet yang begitu luas.

Infografis Post Truth: Dokumen Pribadi
Infografis Post Truth: Dokumen Pribadi

Pilpres 2019

Dengan adanya fenomena politik disuatu negara, filter bubble dapat rawan menyebarkan dampak negatif terhadap pengguna internet. Pemilihan presiden tahun 2019 menjadi fenomena negara Indonesia yang tidak luput dari pengaruh filter bubble. 

Perpecahan dua belah kubu pada tahun 2019 didukung dengan adanya filter bubble. Filter bubble membuat warga indonesia sebagai pemilih calon presiden dan wakil presiden periode berikutnya dikekang dengan sudut pandang yang sempit. 

Pada tahun 2019, pendukung pasangan calon Jokowi-Amin memiliki julukan cebong dan pendukung pasangan calon Prabowo-Sandi memiliki julukan kampret yang populer di jejaring internet. Pendukung salah satu pasangan calon menerima dan mengakses informasi berita yang beredar di dunia internet terlebih media sosial.

Ilustrasi capres cawapres Indonesia 2019. Sumber: CNBC Indonesia
Ilustrasi capres cawapres Indonesia 2019. Sumber: CNBC Indonesia

Filter bubble memiliki peran dalam penyebaran berita yang diterima oleh kedua belah pihak pendukung capres cawapres. Dengan banyaknya berita hoax yang tersebar pada masa pemilihan calon presiden dan calon wakil presiden, filter bubble pada waktu itu menjadi salah satu penyumbang tingkat konsumsi hoax masyarakat Indonesia.

Data Pribadi

Pengguna internet harus lebih waspada dengan data pribadi yang dimilikinya. Dengan adanya filter bubble dan algoritma yang ada di jaringan internet, data milik pengguna akan semakin rawan disalahgunakan. Terdapat cara dimana algoritma yang terdapat dalam filter bubble menyalin data pengguna untuk mengetahui karakteristik pengguna. 

Secara garis besar, tidak semua filter bubble menyalahgunakan data pengguna. terdapat fenomena dimana ketika dua pengguna internet mencari sebuah hal di internet namun menemukan hasil yang tidak sama. Jika pengguna tidak hati-hati dalam menjelajah internet, data yang dimiliki pengguna akan rawan disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun