Mohon tunggu...
Kristian Danang Purnomo
Kristian Danang Purnomo Mohon Tunggu... -

Tidak ada usaha yang sia-sia\r\n\r\nAkun lama:\r\nwww.kompasiana.com/kristiandanang

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hari Ibu di Kereta Ekonomi (Kenangan Hari Ibu Tahun 2010)

22 Desember 2013   08:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:38 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ibu di kereta ekonomi :)

December 21, 2010 at 9:34pm Hari ini; Selasa, 21 Desember 2010 atau satu hari sebelum datangnya hari ibu. Pertama kali, saya pulang kampung dengan kereta ekonomi (ngeko) karena biasanya kami pulang naik bis bareng teman-teman kost. Tapi saat itulah kutemukan betapa besar kasih sayang ibu kepada anak-anaknya. Sebagai seorang mahasiswa, memang sesuatu yang terkesan lebih irit, itulah yang kami cari; tak terkecuali untuk alat transportasi. Kereta ekonomi adalah sarana transportasi paling murah yang bisa kami manfaatkan. Cukup dengan Rp 30.000; kami sudah bisa melakukan perjalanan dari Jakarta-Klaten. Murah banget!! Tapi, ada harga ada rupa. KA Ekonomi Bengawan yang kami tumpangi ini adalah tempat paling "nyaman" untuk melihat apa itu yang dimaksud dengan "hidup itu keras". Jadi, PT KAI tidak hanya menjual tiket kursi, tapi mereka juga menjual tiket berdiri. Artinya, para penumpang yang kehabisan tiket tempat duduk, mereka bisa membeli tiket berdiri! Yaaa..karena mereka bisa berdiri di kereta dari Jakarta-Solo!! Dan itulah yang membuat kereta ekonomi ini begitu padat, sesak, dan sangat kumuh. Kursi untuk 3 orang bisa dipake 5 orang. Sesak banget, bahkan bisa aja berdiri di WC yang baunya minta ampun. Pedagang asongan berlalu lalang, tak peduli ada orang tidur di jalanan, langsung mereka sasak. Nah ini juga yang bikin naik KA Ekonomi rawan... Kembali ke kisah Ibu.

Hari ibu di Kereta Ekonomi

KA Bengawan tiba, kami yang sudah beberapa lama menunggu di Tanah Abang langsung pecah, berlari kayak semut menggerombol, berdesakan dan saling dorong mewarnai dikala kami hendak naik kereta. Ketika kamu punya tiket tempat duduk bukan berarti kamu bisa nyaman duduk di sana, kadang lengah sedikit tahu-tahu ada orang asing mendesak tempat duduk kita. -skip- Setelah berapa lama kereta kami berjalan,sampailah ke stasiun Manggarai . Desak-desakan penumpang yg ketakutan kehilangan tempat duduknya & lalu -lalang pedangan asongan mengiringi perjalanan ini. Tampak dari luar jendela seorang laki-laki mengarahkan seorang ibu dengan 2 anaknya agar mencari tempat duduk yg pas, sepertinya laki-laki itu adalah suami sang ibu itu. Dari luar kereta, di antara jendela yang terbuka, kepala sang ayah nampak masuk dan mengarahkan anak-anaknya untuk duduk duluan. Ibu dengan 2 anaknya itu, memakai pakaian biasa berwarna biru itu meminta tolong seorang bapak untuk menaruhkan tasnya, yang lumayan besar dan pasti berat, ke atas tempat tas. Dibelakangnya mengikuti kedua anaknya yg seakan berteriak agar segera dapat tempat duduk. Ternyata mereka duduk di kursi sebelah kami (dibatasi jalan). Dan ternyata si ibu itu hanya membeli 1 kursi untuk dia dan kedua anaknya. Satu kursi utk 3 orang; 2 anak dan seorang ibu yang bertubuh lumayan besar. Betapa besar kasih ibu akan anaknya. Si ibu itu duduk dilantai kereta disamping kursi 2 anaknya. Dan harus menghadapi kaki-kaki yg kadang menendang dari para pedagang yg lalu-lalang. Bau?? Jelas => kaki2 yg kotor seakan jadi makanan kotor ?? Pasti=> namanya jga kereta ekonomi. Si ibu kadang mengajak ngobrol orang2 yg duduk disebelah anak2nya (mungkin agar anaknya tidak takut akan muka2 yg menakutkan,hehe), sambil sesekali menawarkan anaknya makanan . Tapi ,satu yg membuat saya agak tersentuh adalah anak2 ibu itu. 1 perempuan, 1 laki-laki . Suatu saat anak ibu itu seakan menangis (berkaca-kaca) ketika melihat ibu mereka terkena kaki/terhimpit. " Buk,buk,buk sini buk; kami dipangku aja",(kira2 gt bhs Indonesianya). Sungguh kadang ku tak kuat bila melihat raut wajah sedih mereka. Kami pun gak bisa apa-apa, kursi kami sudah penuh dengan lima orang, berdesakan. Si ibu hanya mengisyaratkan agar ia duduk saja dilantai, sambil terlihat tegar agar anak-anaknya tidak merasa kasian dengannya. Ku miris liat mereka, 2 anak kecil lucu ditengah orang2 asing. Setiapku melirik, mencuri pandang ke arahnya, kudapai anak2 itu selalu memperhatikan ibunya yg dihadapannya nyelonong jempol kaki penumpang yg 'selonjor', seakan dlm hati mereka berkata "besok kalo kami udah gedhe & sukses, ibu gak harus kayak gini lagi". Kadang ku lihat si ibu yg selalu menatap anak2nya yg mulai mengantuk,dan ku dapati hanyalah renungan ibu itu, tak tahu apa yg mungkin direnungkan ibu itu. Sederhana saja mungkin keinginan ibu itu, agar anak2nya mendapat tempat yg duduk nyaman; sambil sesekali dengan tubuhnya melindungi tubuh anak-anaknya agar tidak terhimpit penumpang lain dan pedagang yang lalu lalang. Kemenangan ibu itu tiba setelah kereta kami sampai di Kutoarjo, dimana si ibu dapat duduk dengan anaknya meskipun tak disamping anaknya... Tak ku bayangkan jika si ibu harus duduk dilantai kereta dari jakarta-sragen (nguping) dengan banyaknya pedagang asongan yang lalu-lalang mengganggu tidurnya Mungkin kamu anggap ini lebay, tapi jika anda lihat ini perasaannya pasti sama dg yg ku rasakan ini. Dan semua itu mengingatkan ku pada pahlawanku, wanita paling cantik dan cerdas di seluruh dunia, ibuku :) Durhakanya aku, foto ini satu-satunya foto yang tersimpan di laptopku :( Ibu, selamat hari ibu semua ibu ya, kasihmu tak terhingga sepanjang masa. Oleh Kristian Danang Purnomo Tulisan asli yang ditulis dari hp bisa dilihat di ( https://www.facebook.com/notes/kristian-danang-purnomo/hari-ibu-di-kereta-ekonomi-/186237898056527)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun