Mohon tunggu...
Kristian Chandra
Kristian Chandra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen MM FEB Usakti

Kristian Chandra adalah dosen tetap Manajemen Keuangan, Manajemen Risiko Korporasi, Manajemen Keuangan Strategis di Program Magister Manajemen (S2) dan Program Sarjana (S1), Fakultas Ekonomi dan Bisnis, di Universitas Trisakti sejak tahun 2015. Menyelesaikan S1 Ekonomi jurusan Akuntansi pada tahun 1999, kemudian melanjutkan Magister Manajemen dari Universitas Trisakti pada tahun 2000. Pada 2021, ia menyelesaikan gelar doktor dari Konsentrasi Pembangunan Berkelanjutan Program Doktor Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Melirik Peluang di sektor UMKM akar rumput

25 Januari 2025   17:00 Diperbarui: 25 Januari 2025   15:04 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Investor dan Pedagang UMKM akar rumput

Beberapa waktu lalu, saya bertemu dengan kawan lama di sebuah kedai kopi. Kawan saya ini merupakan seorang Investor Ulung yang sudah lama berkecimpung di dunia Investasi. Satu kalimat dari beliau terus membayangi saya hingga saat ini. Ia berkata, "Kalau kita ingin menjadi kaya lewat Investasi, maka berinvestasilah dengan memperkaya orang lain terlebih dahulu".

Saya menggali maksud dari kalimat tersebut. Kawan saya pun menjelaskan, benar bahwa tujuan utama berinvestasi adalah untuk mendapatkan keuntungan, yang pada akhirnya memperkaya diri sendiri. Tetapi lebih dari itu, berinvestasilah pada hal hal yang menciptakan dampak bagi hidup orang lain, bagi kesejahteraan orang lain, maka kitapun akan sejahtera.

Dalam obrolan itu, kami akhirnya hanyut dalam pembahasan sektor sektor yang berpotensi tumbuh signifikan di Indonesia. Ke sektor mana kita harus melirik untuk berinvestasi, dan tidak melupakan konsep dasarnya, yaitu investasi yang mampu menciptakan dampak bagi hidup orang lain.

Salah satu sektor yang mempunyai peluang besar untuk bertumbuh adalah sektor yang masif jumlahnya, yakni UMKM. Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 64 juta UMKM yang menyumbang sekitar 60% dari PDB nasional dan menyerap 97% tenaga kerja.

Saya pernah menghadiri forum Internasional di Mumbai yakni SME Finance Forum 2023 yang cukup lugas membahas potensi segmen akar rumput. Di Indonesia sendiri forum sejenis belum banyak tersedia tetapi mulai bermunculan diskusi pengembangan sektor akar rumput, misalnya BRI UMKM Expo, atau Asia Grassroots Forum yang perdana diselenggarakan tahun lalu oleh Amartha dan saya dengar akan kembali diadakan di tahun 2025 berdasarkan permintaan. Besarnya minat untuk mengikuti Asia Grassroots Forum ini, baik dari peserta domestik maupun regional, menunjukkan adanya kebutuhan untuk wadah diskusi yang dapat mempertemukan pemangku kepentingan cross sector.

Namun, meski memiliki potensi besar, UMKM masih menghadapi tantangan struktural dalam mengakses pembiayaan. Tidak adanya histori kredit, catatab keuangan digital, maupun collateral untuk memenuhi persyaratan pengajuan pinjaman modal, masih menjadi alasan mengapa UMKM kesulitan mengakses layanan keuangan. Di sisi lain, perbankan memang tidak bisa asal menyalurkan kredit untuk memastikan mitigasi risiko dan tata kelola yang prudent.

Memanfaatkan Tekfin untuk Menjangkau UMKM

Disinilah Teknologi Finansial atau Tekfin memainkan peran strategis. Tekfin, khususnya yang berfokus pada pembiayaan produktif, telah membuktikan diri sebagai solusi yang efektif. Tekfin mampu mengembangkan sistem credit scoring yang dapat mengukur, menganalisa, dan memberikan keputusan dalam menghitung profil risiko segmen akar rumput.

Berbagai Tekfin baik yang lokal maupun asing, berlomba lomba mencengkramkan teknologinya untuk menggaet pangsa pasar UMKM di Indonesia. Meskipun beberapa Tekfin berguguran akibat buruknya tata kelola dan mitigasi risiko, masih ada Tekfin yang terus berkembang dan menjalankan model bisnis yang baik. Tidak hanya menyalurkan pembiayaan tetapi juga memberikan intervensi pendampingan bagi UMKM.

Berdasarkan publikasi dari OJK per September 2023, kinerja industri Tekfin lending menunjukkan kinerja pertumbuhan yang baik. Outstanding pembiayaan yang disalurkan Tekfin Lending tumbuh sebesar 14.28% yoy, dengan nominal pembiayaan Rp. 55.70 triliun. Pertumbuhan tersebut juga diikuti dengan kualitas risiko pembiayaan yang terjaga dengan tingkat Wanprestasi (TWP 90) 2.82%.

Dari jumlah tersebut, porsi yang disalurkan kepada UMKM mencapai 36.57%. Penyaluran pembiayaan Tekfin lending kepada UMKM tersebut menunjukkan besarnya potensi kebutuhan pembiayaan dari UMKM nasional.

Alasan Mengapa Sektor UMKM Akar Rumput Potensial

Melihat potensi besar serta dampak berlipat ganda pada sektor UMKM akar rumput, maka tidak salah apabila sektor ini mendapat perhatian lebih dari para pemangku kepentingan untuk terus dikembangkan.

OJK  pun telah mendukung ekosistem Tekfin pembiayaan melalui peluncuran Roadmap Fintech P2P Lending pada tahun 2023 lalu, yang menentukan manfaat ekonomi di sektor produktif, pengembangan produk baru, serta dorongan peningkatan literasi masyarakat. Ini pun sejalan dengan titah dari OJK yang ingin meningkatkan porsi pembiayaan di sektor produktif hingga 70 persen.

Bagi para Investor, diversifikasi portofolio ke sektor UMKM dapat menjadi pilihan. Selain potensi pertumbuhan yang besar dan masif, UMKM memiliki resiliensi yang baik, bahkan cukup tangguh meskipun ekonomi global sedang dalam kondisi yang serba tak pasti. Dukungan perkembangan teknologi dari Tekfin serta ekosistem kebijakan dari Pemerintah, membuka peluang yang baik bagi UMKM untuk terus bersaing.

Jumlah UMKM pun tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tidak hanya terpusat di Pulau Jawa, UMKM di luar Pulau Jawa pun memiliki resiliensi yang baik. Industri Pariwisata di Timur Indonesia, sektor pertanian di barat Indonesia, dan perdagangan di wilayah tengah, sangat baik dijadikan opsi dalam mendiversifikasi portofolio Investasi.

UMKM nasional memiliki pangsa pasar yang juga bersifat lokal. Pembeli berasal dari lingkungan sekitar tempat mereka berbisnis. Model ini yang justru memperkuat posisi UMKM karena tidak terlalu terpengaruh dengan isu pelemahan ekonomi di skala global. Barang barang yang disediakan oleh UMKM terbilang relatif murah dan mampu beradaptasi mengikuti tren pasar lokal.

Kalau melihat kepemimpinan kabinet Presiden Prabowo, program seperti Makan Bergizi Gratis bahkan berpeluang untuk melibatkan sektor UMKM akar rumput. Penyediaan bahan baku, distribusi dan jasa pengolahan, berpeluang besar dilakukan UMKM lokal, sehingga dapat menumbuhkan ekonomi akar rumput di Indonesia.

Investasi yang terfokus pada UMKM dapat menghasilkan efek domino positif. Penciptaan lapangan kerja, pemerataan kesejahteraan di daerah terpencil, peningkatan kualitas pendidikan dan gizi anak, serta kontribusi terhadap target pertumbuhan ekonomi 8%, adalah beberapa dampak yang bisa dicapai. Dengan demikian, sektor akar rumput bukan hanya peluang investasi, tetapi juga solusi strategis untuk pembangunan berkelanjutan Indonesia.

Pada akhirnya mendorong ekonomi akar rumput melalui Investasi di UMKM, membutuhkan sinergi multi pihak. Sektor ini sangatlah masif sehingga membutuhkan banyak kontribusi dari berbagai lapisan masyarakat.

Ingat kembali pesan di awal paragraf artikel ini, banti orang lain dahulu sebelum menyejahterakan diri sendiri ...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun