Mohon tunggu...
Kristiana gea
Kristiana gea Mohon Tunggu... Desainer - Welcome

Fb : kris gea Bergerak tanpa melihat 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pengalaman Pulang

23 Maret 2021   04:20 Diperbarui: 23 Maret 2021   06:29 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Senin 22 maret 2021 adalah pengalaman yang sangat menakutkan sekaligus trauma dalam perjalanan saya. Saat ini saya berstatus mahasiswa yang sedang menjalankan Prkatek Lapangan Pastoral di Paroki Santa Maria. Pada hari senin sesuai dengan jadwal bahwa malam selasa ada pelatihan AsIPA untuk para pengurus Komunitas basis Gerejani. Saya dan teman teman yang lain adalah fasilitator dan karenanya kami diwajibkan untuk mengikuti pelatihan tersebut hingga selesai dari pukul 16.00 hingga pukul 21.00 wib. 

Pelatihan berlangsung hingga pukul 22.27. Namun, tiba tiba angin kencang mulai menggoyangkan pohon pohon dan suasan pun berubah. Karena rumah saya jauh maka saya izin pamit pulang ditambah dengan perasaan yang sedikit takut. Di perjalanan pulang saya terus di telepon oleh orangtua agar segera pulang dan tidak menunggu pelatihan hingga selesai sehingga membuat saya harus berhenti dan mengangkat telepon agar orangtua saya tidak khawatir. 

Saya pun melanjutkan perjalanan dengan sedikit kencang hingga saya merasa bahwa angin membawa saya, saya urungkan niat saya untuk kencang dan memilih untuk pelan pelan saja. Selama perjalanan pulang saya terus di hantui rasa takut hingga memikirkan yang tidak tidak. Namun itu saya tepis dengan berdoa salam maria dalam hati. Angin semakin kencang dan saya merasakan bahwa motor saya di goncangkan oleh angin. 

Saya melihat banyak orang memilih untuk berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan namun saya memilih untuk jalan terus karena rumah masih jauh. Ketika sampai diperbatasan Lawomaru saya melihat banyak orang yang terus lewat dengan kecepatan tinggi. Saya memilih berhenti dan menelepon orangtua saya tiba tiba hujan deras turun dan angin sangat kencang. Orangtua saya menyuruh saya untuk tidak melintasi lawomaru hingga abang saya datang. Karena rasa takut saya pun duduk di rumah kosong dekat lawomaru dan menghibur hati dengan lagu rohani. Saya ketakutan hingga menangis. Saya terus berdoa semoga abang saya cepat datang. 

Saya melihat kendaraan lain terus lintas dengan kecepatan tinggi. Saya tidak bisa melawan rasa takut saya hingga saya terus menangis dalam keadaan ketakutan di tempat sepi dan gelap itu. Sekitar 15 menit kemudian abang saya datang bersama ayah saya membawa mantel dan jaket. Saya pun segera memakainya dengan sedikit lega. Kemudian saya di bonceng oleh abang saya dan motor saya di bawa oleh ayah. Kami melintasi jalan lawomaru dan tiba tiba dahan kayu yang sedikit besar jatuh. 

Abang saya terkejut dan mengelakkan diri hingga leher motor hampir masuk ke arah laut. Ayah saya teriak hingga abang saya menancap gas dan akhirnya kayu menimpa saya dibagian punggung. Entah mengapa saat itu sepi dan terjadi begitu cepat. Saya merasa kesakitan dan menangis hingga abang saya menambah kecepatan dan menyurh saya untuk bertahan. 5 menit kemudian kami sampai di rumah dan saya di suruh untuk ganti baju dan rumah di tutup. Saya tidak menceritakan kesakitan yang saya rasakan malam itu karena merasa kasihan dengan ayah. 

Saya bergegas ke kamar mengganti baju dan tidur namun tidak bisa tidur lelap. Akhirnya saya terbangun pukul 2 dini hari dan merasakan panas dan sakit di bagian punggung. Saya memilih untuk diam hingga pukul 04.14 saat ini. Karena tidak bisa tidur saya memilih untuk menulis pengalaman saya ini. Rasanya ingin sekali menangis tapi saya tidak ingin mengganggu orangtua saya. Semoga kejadian ini tidak terulang lagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun