Saat ulangan harian, para pelajar memiliki target ketuntasan minimum. Jika tak sampai target, akan ada pengulangan untuk perbaikan hasil.
Demikian pula dengan Ramadan. Agar bertambah keterampilan diri, kita membutuhkan suatu standar dan strategi untuk mencapainya.
Berikut hal-hal yang dapat diincar saat Ramadan.
Pertama, menuntaskan 30 juz Al-Quran. Umumnya satu juz dapat diselesaikan dalam satu hari dengan mengaji setiap sesudah shalat lima waktu.
Namun jika tidak terealisasi satu juz per hari, apa yang harus dilakukan? Bangun sahur lebih awal atau menjelang berbuka puasa sesudah shalat Ashar, fokuskan kepada mengaji.
Kedua, sedekah. Targetkan setiap hari mengisi kotak amal/kencleng masjid saat pergi shalat tarawih.
Bagaimana jika tidak berhasil? Kita bisa menyediakan wadah tersendiri di rumah dan rutin mengisinya. Kelak hasilnya dapat dimasukkan dalam kencleng masjid dan diberikan sembari membayar zakat fitrah di akhir Ramadan.
Untuk mengetahui pentingnya sedekah bisa mencoba membaca ini https://zakat.or.id/4-pesan-sepanjang-hayat-syekh-ali-jaber-untuk-sedekah/.
Ketiga, menggalakkan shalat sunah selain Tarawih. Ramadan adalah olimpiade ibadah, begitu kata Ustadz Nuzul Dzikri dalam kiriman IG-nya.
Bagaimana jika tak terealisasi karena capek shalat Tarawih dan harus beraktivitas esok paginya? Dapat diakali dengan shalat Duha dua rakaat di kampus atau kantor. Bisa dibaca di sini mengenai shalat duha https://shafa-alanshor.com/keutamaan-dan-manfaat-sholat-dhuha/.
Keempat, menghafal surat-surat pendek dan doa-doa. Banyak orang dewasa yang hanya hafal tiga surat terakhir, Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas.
Ini bukan suatu aib apalagi dosa. Saat Ramadan, akan lebih baik jika kita semangat membangun diri. Targetkan sedikit demi sedikit hafalan kita. Niatkan semuanya karena Allah.
Hafalan diperbanyak, lebih banyak pula zikir kita. Terlebih kepada kaum wanita yang ada masanya dilarang shalat karena haid. Hafalan inilah yang dapat menggantikan amalan shalat, puasa, dan bacaan Al-Quran. Selain itu, bunda juga dapat mengajarkan kepada anak-anak yang masih kecil.
Terakhir, wajib memperbaiki kekurangan diri kita.
Misalnya mental yang mudah marah, latihlah agar meredamnya. Ada marah yang diperbolehkan, tetapi ada yang dilarang. Ada pula cara mengatasi rasa marah.
Bagi yang belum lancar mengaji, latihlah dengan peningkatan frekuensi. Bacaan Al-Quranlah yang akan menerangkan alam kubur kita kelak.
Jika masih pacaran, hentikanlah. Itu zina. Silakan cek di sini untuk lebih dalam mengenai alasan menjauhinya.
Jika masih belum menutup aurat, latihlah. Rambut dan seluruh aurat yang terlihat akan ditarik hingga terkelupas, kelak di neraka.
Ayah dan saudara laki-laki kita terseret ke neraka karena kita putrinya/saudarinya masih belum menutup aurat. Demikian pula halnya wanita yang sudah menikah akan menjebloskan suaminya ke neraka jika masih belum menutup aurat.
Kisah menyeramkan pengalaman mati suri seorang wanita yang terhukum auratnya dapat diakses di sini.
Jika masih shalat bolong-bolong alias belum lengkap lima waktu, bersegeralah. Kita tak tahu kapan akan mati. Bagaimana jika ternyata azan yang kita dengar adalah yang terakhir kali?
Jika masih hobi gibah entertainment, beralihlah ke akun yang islami. Di akhirat, kita akan memakan bangkai orang yang kita gibahi. Pahala kita ditransfer kepada yang kita rumpikan. Jika tak ada lagi pahala kita, maka balasannya, dosa mereka kita yang menanggung. Enak tapi berbahaya itulah gibah.
Jika masih bermusuhan dan tak bertegur sapa dengan sesama saudara Muslim, akhirilah itu. Baca kiriman abun_nada di sini agar lebih kena.
Masih banyak dosa dan kekurangan dalam diri kita. Banyak pula hal baik yang bisa kita targetkan di Ramadan ini.
Semoga kita bisa sampai pada target peningkatan keterampilan dan penghilangan keburukan kita.
Sungailiat, puasa ke-3 1442/2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H