Mohon tunggu...
Kristia N
Kristia N Mohon Tunggu... Guru - Penyuka kata

Menuang rasa, asa menjadi kata

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Pen-chat Budiman Bagian ke-2

7 Februari 2021   14:31 Diperbarui: 7 Februari 2021   16:43 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembaca mungkin masih ingat dengan film garapan Hanung Bramantyo 'Ayat-Ayat Cinta'. Dikisahkan Fahri sang peran utama laki-laki membantu seorang gadis tetangga yang kerap mendapat perlakuan kasar dari ayah tirinya. Fahri tidak sendiri saat itu, ia bersama Maria gadis non Muslim yang ia kenal baik. Mereka menolong gadis malang itu melarikan diri dari rumahnya.

Sejenak, terasa seperti sudah aman kehidupan sang gadis malang. Namun, tak lama setelah Fahri menikah, gadis yang ia bantu justru menuntutnya. Tak main-main, Fahri dicap sebagai pelaku pelecehan seksual. Karena tak ada bukti bahwa Fahri tidak melakukan hal nista itu, ia dipenjara. Harapan satu-satunya adalah kesaksian Maria.

Malang sekali, Maria yang sakit sulit ditemukan karena pergi mengasingkan diri. Ia terluka karena teman yang beda iman ini ternyata telah menikah. Maria patah hati. Ternyata gadis malang pemfitnah tadi juga merasa sakit hati. Fahri telah memiliki kekasih hati. Istri Fahri mencari Maria. Kisah penjara pun usai. Kesaksian Maria membongkar bahwa gadis malang itu ternyata dilecehi oleh sang ayah tiri. Istri Fahri yang belum lama Fahri kenal, meminta Fahri menjadikan Maria--yang jatuh hati lebih dulu pada Fahri--sebagai istri. Fahri kini hidup dengan dua istri. Poligami. Maria menjadi muslim. Tak lama sakit, akhirnya Maria kembali pada sang Illahi.

Bukan alur cerita film yang akan dibahas dalam tulisan ini. Poin konflik yang mungkin terjadi antara perempuan dan lelakilah yang menjadi sorotan. Fahri tidak sendiri saat itu, ia bersama Maria. Bertiga saja, masih bisa kena fitnah, apalagi berdua. Demikianlah, baik perempuan ataupun lelaki, video call adalah chatting lisan yang berbahaya dan tidak perlu dilakukan pada pembeli.

Di balik seorang lelaki baik lajang ataupun beristri, ada setan yang terus membisiki. Untuk membayang-bayangkan wajah wanita dan menjadikannya buaian nafsu. Bukan hanya sang lelaki yang berdosa. Wanita yang hanya dibuai angan si lelaki pun, turut berdosa. Dosa jariyah. Dosa ini akan terus melekat pada sang wanita selama sang bukan mahrom mengenang-ngenangkan wajahnya. Itulah alasannya Islam memerintahkan agar menundukkan pandangan baik bagi perempuan maupun laki-laki. Seram bukan?

Sama halnya, di balik wanita pedagang tadi barangkali ada suami yang--boleh tanyakan padanya---relakah ia bila wajah istrinya di-video call-kan laki-laki lain. Sepertinya tidak, lebih-lebih lagi video call-an sesama suami istri saja bisa dihitung jari. Sebagai suami, diwajibkan mencemburui istri, bukan malah bangga istri terpajang publikasi. Dayyuts namanya. Dayyuts adalah para lelaki yang menjadi pemimpin untuk keluarganya dan ia tidak punya rasa cemburu dan tidak punya rasa malu (islampos).

Sebaliknya, di balik laki-laki pembeli tadi, barangkali ada istrinya. Jikapun sang istri santuy saja bila suami video call-an dengan perempuan lain, setidaknya, anak-anak kita jika mengerti itu, tak akan pernah rela ayahnya melihat perempuan lain. Sama halnya, anak-anak tidak akan rela ibunya bertemu dengan laki-laki selain teladan mereka sang ayah.

Begitulah perkara fitnah. Fitnah yang berarti perkataan bohong atau tanpa berdasarkan kebenaran yang disebarkan dengan maksud menjelekkan orang (seperti menodai nama baik, merugikan kehormatan orang). Bila kita tidak menjaga diri, bahkan bukan hanya akanmemunculkan fitnah, melainkan jadi mengikuti bisikan setan, terjadilah perselingkuhan. Semoga kita terhindarkan.

Terakhir, lihat topiknya. Poin ini akan membahas konten sehingga tidak dapat dikatakan unsur ekstrinsik, melainkan unsur intrinsik. Pernahkan pembaca menemukan percakapan grup yang tidak tepat rasa? Misalnya seorang anggota grup sedang mem-post kiriman dibutuhkannya segera donor darah B+ karena anggota keluarganya sedang sakit parah. 

Beberapa anggota grup merespon dengan memberi kontak pemilik darah golongan tersebut. Ada juga dengan membantu memeriksa stok di instansi pendonor darah. Tiba-tiba ada seorang anggota grup yang mengirimkan kisah humor. Dikomentari balik oleh anggota lainnya.

Sementara ada anggota grup yang sedang demikian khawatir, ada yang masih sempat tertawa dan menunjukkannya secara langsung di saat bersamaan. Hal ini menandai tidak adanya empati. Empati yakni keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau mengidentifikasi dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain (kbbi.web.id).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun