"Sekarang bukan saatnya bersaing untuk no 1 atau no 2, tetapi bersama-sama memilih no 3, yakni Persatuan Indonesia. Dia mengajak semua yang hadir untuk menyambut 3 kali pekikannya: "Kita ...." Semua menyahut "Bineka". "Kita ...." disambut lebih semangat lagi, "Pancasila." Pekikan ketiga, "Kita..." Semakin lantang  para peserta jalan sehat berteriak "Indonesia !!!"Â
Para tokoh agama dan Sekretaris Kecamatan kemudian menuju ke pintu gerbang kantor kelurahan. Di sana telah disiapkan burung pipit sejumlah 55 ekor di dalam sangkar.Â
Selain dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan ekologis, pelepasan burung ini juga menyimbolkan kebebasan dan toleransi beragama di Indonesia yang harus tetap dijaga.Â
"Kebersamaan lintas iman itu suatu yang mendasar dalam hidup beriman dalam konteks Indonesia. Iman tidak akan ada artinya tanpa ada keterlibatan bersama masyarakat"
Sesaat kemudian, bendera start dikibarkan oleh Romo Sumanto dan Bpk. Sekcam Purwokerto Timur menandai dimulainya jalan sehat. Peserta tak sabar untuk segera menempuh rute yang melintasi jalan Kaliputih, Supriyadi, Martadireja II, Martadireja I dan kembali ke jalan Kaliputih, kemudian masuk gang Kelurahan Purwokerto Wetan.Â
Menanggapi kegiatan doa bersama lintas iman ini, para tokoh agama sempat memberikan pendapatnya kepada jurnalis Kompas, Megandika Wicaksono (Kompas Senin, 29 April 2019, hlm 15).
"Baca selengkapnya di sini."
"Pada pemilu tentu ada perbedaan pilihan, baik di keluarga maupun masyarakat. Sekarang harapannya kembali menjadi satu. Satu Pancasila, satu Bineka, dan satu Indonesia," kata Romo Valentinus Sumanto. Lebih lanjut Romo Manto menuturkan, "Visi misi Gereja Keuskupan Purwokerto adalah semakin menjadi tanda nyata hadirnya Kerajaan Allah. Ketika itu hadir, ada sukacita, syukur dan cinta kasih. Wujudnya umat Katolik bergandengan tangan bersama masyarakat."
"Kegiatan ini bisa membuka mata umat, kebersamaan lintas iman itu suatu yang mendasar dalam hidup beriman dalam konteks Indonesia. Iman tidak akan ada artinya tanpa ada keterlibatan bersama masyarakat," ujar Pendeta Dimas Aryo Yuwono dari GKI Martadireja. "Terimalah realitas keberagaman karena Tuhan tidak menginginkan menjadi sama, tapi Tuhan ingin satu," tambahnya.
Sementara itu Edi Siswanto, perwakilan dari Majelis Luhur Penghayat Kepercayaan berpendapat, "Acara ini menjadi suatu momentum untuk mempererat tali persaudaran antar umat beriman."Â