haters? Tentunya, sekelompok orang yang membenci mati-matian terhadap seorang idola atau selebritas bahkan sampai war buzzer di sosial media. Tapi meskipun kita bukan selebritas yang terkenal, kita juga pasti ada hatersnya.Â
Apa sih kira-kira di benak kita, jika mendengar kataDan siapa sih sebenarnya yang pingin punya haters atau "pembenci"? Di dunia ini, pasti ada yang hate-ada yang tidak terhadap kita. Di mata seorang pembenci, di dalam benaknya kita tidak ada benarnya, kita selalu salah meskipun kita tidak ngapa-ngapain.Â
Jika kita mendengar, bahwa ada haters "yang membenci kita di belakang", kita akan otomatis membencinya. Kita tidak mau bertemu dia, bawaannya marah melulu, mendengar namanya saja kita sudah ogah.Â
Mungkin tanpa kita sadari, kita melakukan silent treatment atau "mendiamkan seseorang" Dengan maksud mempermalukan orang tersebut agar merasa bersalah. Efek besar dari silent treatment ini, dapat membunuh emosi terhadap lawan. Tentunya, sikap ini lama-kelamaan juga tidak baik untuk kita.Â
Kita tak perlu berlama-lama untuk turut campur dalam kebencian yang kesumat, karena efeknya buruk juga terhadap diri kita sendiri.Â
Dari apa yang kita alami ini, sudah saatnya kita berkaca terhadap contoh yang dilakukan oleh  Nabi Muhammad SAW terhadap salah satu hatersnya.Â
Kisah teladan Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari, yang patut kita tiru
Gambaran ini dapat kita lihat, dari kisah beliau dengan seorang pengemis buta Yahudi di sebuah pasar di Madinah Al-Munawwarah. Pengemis ini setiap harinya selalu menyuarakan kebencian terhadap Rasulullah. Kutukan demi kutukan ia lontarkan, tanpa ragu sedikit pun. Ia tanpa ragu menyebut Rasulullah, seseorang yang gila.Â
Anehnya ada seorang misterius yang selalu menyempatkan waktu, untuk menyuapi pengemis buta ini.Â
Hingga suatu hari, Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq datang dan menyuapinya. Sambil tetap sumpah serapahnya, tak lupa ia lontarkan ketika ia mengingat Nabi Muhammad SAW. Sang khalifah pun merasa berang, meskipun mampu menahan amarahnya.Â