People pleaser, "orang yang nggak enakan". Apakah menjadi orang baik itu salah? Tidak juga. Tidak ada yang salah juga, tapi lihat dulu konteksnya seperti apa.Â
Misalnya begini, saya makan di warteg bersama kedua sahabat saya. Ternyata saya itu tidak membawa uang barang sepeserpun, saya buka totbag, saya buka lagi dompet secara bolak-balik. Karena saya sangat penasaran, saya keluarkan semua isi totebag dari mulai alat make-up, tisu, kaca. Siapa tahu nyelipkan. Eh, saya baru ingat ternyata uangnya ada di kasur.
Kemudian teman saya berkaca mata orange pergi ke wc, dan teman saya berkacamata putih menawarkan kepada saya untuk memakan jengkol dan petai. Terus, karena saya "orangnya tidak enakan", saya menerima tawaran tersebut. Sebenarnya saya sedikit berfikir, " Bukannya, kata mama makan jengkol dan petai. Tidak boleh dicampur ya. "Â
Saya mengurungkan pikiran itu, saya labas saja tetap makan jengkol dan petai secara bersamaan. Akhirnya saya menyusul teman saya si kacamata orange dan saya tetap berada di wc, karena sakit perut tak tertahankan.Â
Ternyata, meskipun belum tentu ada penelitian yang jelas tentang mencampur jengkol dan petai ini secara bersamaan. Dikutip dari Hellosehat, Jengkol dengan latin Pithecellobium jeringa atau Archidendron pauciflorum, yang mengandung asam jengkolat dapat melukai ginjal. Hal ini berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh International Medical Case Reports Journal.
Itulah, case yang bisa dialami people pleaser "orang yang menyenangkan orang lain". Sebenarnya mungkin yang ingin dilakukan si people pleaser ini tidak akan membuat konflik baru, yang membuat dirinya terkuras. Dan sebenarnya bukan pujian, yang ia harapkan. Ia ingin semuanya tidak ada pertikaian, perselisihan, yang tidak berujung. Yang ia harapkan damai, namun ternyata kedamaian, yang ia lakukan adalah bentuk dari kedamaian semu. Kedamaian palsu.Â
Seorang yang berusaha menyenangkan, sangat merasa kesusahan untuk mengucapkan kata "tidak", terhadap apa yang tidak ia setuju. Menyenangkan sesama adalah diatas segalanya, dari apapun.Â
Bagaimana berhenti menjadi orang yang suka menyenangkan orang lain (tapi tetap bersikap baik)?
Dikutip klikdokter, Psikolog Iswan berkata, bahwa "people pleaser dalam waktu yang lama akan berdampak pada kualitas hidup saat ini dan kedepannya, karena hidup kita dikendalikan oleh lingkungan."
Sebenarnya apa yang harus dilakukan seorang people pleaser. Mungkin tetap apresiasi diri karena sudah mengutamakan kebahagiaan orang lain. Itu tidak mudah, untuk selalu mengiyakan pendapat orang lain. Daripada dirinya sendiri. Dan lagi "rasa tidak enakan", itu terlahir dari rasa cinta kasih terhadap sesama.Â
Tapi, tidak boleh keterusan. Saya, kamu, dan kalian memiliki hak yang sama. Jangan lagi mempertaruhkan, mementingkan kebutuhan orang lain daripada diri sendiri. Jangan lagi menomorduakan kebutuhan diri kamu lagi, kamu juga termasuk orang.Â
Terus cara untuk stop jadi "orang yang menyenangkan orang lain" Adalah mencoba berkata "tidak" Untuk ketidaksetujuan. Siapa tahu orang yang mendengarkan ketidaksetujuan kita, akan faham. Bahwa ada persinggungan antara pemahaman kita dengan orang tersebut.Â
Balik lagi, kita tidak ada kewajiban untuk membuat senang orang lain. Karena kita juga tidak tahu, apakah dia senang atau tidak. Mungkin sebenarnya dia tidak peduli juga dengan apa yang kita lakukan.Â
Siapa sangka, orang yang kita anggap sempurna pun, pasti ada yang tidak menyukainya. Padahal kita sudah menganggap dia berkepribadian baik, dia punya segalanya, bahkan dia berwawasan luas.Â
Dalam hidup ini, yang suka ada, yang tidak suka pasti banyak. Kita bukan definisi dari ketidaksetujuan mereka. Kita tetap utuh, kita tetaplah diri kita sendiri. Dengan segala kekurangan dan kelebihan, yang menyertainya.Â
Referensi:
Hellosehat. 7 September 2023. Benarkah Makan Jengkol dan Petai Sekaligus Bikin Sakit Perut? https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/makan-jengkol-dan-petai-bersamaan/
Klikdokter. 3 Mei 2023. Mengenal People Pleaser yang Sulit untuk Berkata Tidak. https://www.klikdokter.com/psikologi/kesehatan-mental/mengenal-people-pleaser
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H