Mohon tunggu...
Lia Melankolia
Lia Melankolia Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tulis, tulis, dan tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perjuangan Panjang Wanita dalam Perayaan Hari Ibu

22 Desember 2022   07:15 Diperbarui: 22 Desember 2022   07:18 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapa yang sering kena omel ibu, mama, mamah, mamak, emak, meme daLam bahasa Bali dan julukan lainnya kepada orang yang telah mengandung kita selama 9 bulan? 

Selamat! Kalian telah tahu berarti seluk-beluk yang ada dalam dirinya. Karena kalau orang lain, mana mungkin mau memarahi kalian. 

Ketika masih duduk dibangku sekolah ibu, nyuruh kita buat cepat-cepat berangkat sekolah, karena takut ketinggalan. Kalau yang sudah merantau ke kota entah kerja atau kuliah yang otomatis harus ngekos. 

Ibu pasti membekali kita makanan yang banyak atau kalau kalian berasal dari desa pasti dibekali nasi sekepal bola atau beras yang banyak. Katanya biar tidak kelaparan, meskipun dikasih uang yang ala kadarnya buat makan saja, jajan jadi sunnah saja. Yang penting bisa mengganjal perut supaya aman. 

Kalau buat anak perempuan, ibu pasti disiplin banget mengajarkan pekerjaan domestik kepada anak perempuannya. 

Harus bisa nyuci baju yang bersih, belum tentu kamu rumah tangga bisa langsung hidup mapan. Membilas baju harus bersih, masa sekali bilas doang, nanti bau sabun! 

Harus bisa ngepel, noh masih ada kotoran cicak. Apinya jangan kenceng-kenceng, bukannya makanan cepet mateng malah yang ada gosong. Ibu memang sangat rewel. 

Dibalik kerewelan ibu, ia orang yang pertama kali sakit hati, kalau anaknya diceng-cengin orang lain.

Wanita yang sigap, kalau bayinya tidak tidur pasti ia juga tidak tidur juga. Pada malam hari, bayi melek ngajak main sembari nangis minta susu, siangnya malah tidur. Jadi, memang tidur ibunya dirotasi dari jam normal tidur pada umumnya.

Wanita zaman sekarang udah masuk era emansipasi wanita seperti banyaknya perempuan duduk di bangku pemerintahan sebut saja Puan Maharani, Retno Mursadi, Sri Mulyani, dan masih banyak lainnya.

Sebelum mengenal emansipasi, wanita tidak memiliki akses terhadap bangku pemerintah, apalagi bangku pendidikan sebagai hak dasar.

www.gramedia.com/
www.gramedia.com/

Dikatakan dalam novel bumi manusia karya Pramoedya Ananta Toer yang legendaris itu, ibu kita Kartini putri sejati merupakan pelopor wanita pertama dari kalangan bangsawan.

Ia mengharuskan wanita untuk mengenyam pendidikan yang sama layaknya kaum laki-laki. Karena ibu adalah pendidik pertama anak-anaknya, perilakunya yang pertama dicontoh anak-anaknya.

Sebetulnya surat yang ia kirimkan kepada temannya di Belanda, Estella dan Rosa Abendanon adalah kemarahan sekaligus kekecewaan yang amat dalam, karena sistem feodalisme yang selalu menjadikan perempuan sebagai individu nomer dua.

https://www.kompas.com/
https://www.kompas.com/

Seperti dikutip dari laman detiknews, pada 22-26 Desember tahun 1928 Kongres Perempuan pertama kali dilakukan, dihadiri oleh 30 perwakilan organisasi perempuan. Bertempat di pendopo Dalem Djajadipoeran, Yogyakarta, inisiatif pelaksanaan kongres berasal dari 3 orang wanita yaitu:

  • Nyonya Soekonto dari Wanita Oetomo
  • Nyi Hadjar Dewantara dari Taman Siswa
  • Nona Soejatin dari Poetri Indonesia.

Tiga tuntutan berhasil didapatkan dalam Kongres untuk pemerintah kolonial yaitu:

  •  Jumlah sekolah untuk perempuan harus ditingkatkan.
  • Perlu penjelasan resmi tentang arti taklik  (janji perkawinan) yang diberikan kepada calon mempelai perempuan pada saat akad nikah. 
  • Perlu dibuat peraturan yang menolong para janda serta anak yatim piatu dan pegawai sipil.

Kongres ini dilakukan dua bulan setelah Kongres Pemuda Kedua. Organisasi perempuan dan organisasi pemuda, kala itu saling mendukung kemajuan bumiputera. Yang kala itu, di masa pemerintahan kolonial masyarakat bumiputera merupakan masyarakat kelas bawah, tidak seperti orang Eropa yang selalu dispesialkan. 

Peringatan Hari Ibu ditetapkan berdasarkan kongres yang dilaksanakan oleh organisasi perempuan tersebut. Pada tanggal 22 Desember melalui Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 316 Tahun 1959 tentang Hari-Hari Nasional Yang Bukan Hari libur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun