Mohon tunggu...
Lia Melankolia
Lia Melankolia Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Tulis, tulis, dan tulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Solidaritas Warga +62 yang Tidak Diragukan Lagi

20 Desember 2022   07:28 Diperbarui: 20 Desember 2022   07:39 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://lingkarselatan.com/empati-kepada-keluarga-korban-warga-turun-ke-sungai-bantu-tim-sar-cari-korban-hanyut-di-sungai-ciasem/

Hari Solidaritas Kemanusiaan Internasional jatuh pada 20 Desember 2002, tepatnya hari ini!Sesuai dengan agenda yang dicetuskan PBB dalam SDGs atau pembangunan berkelanjutan.

Agenda ini di tujukan kepada negara-negara berkembang untuk bisa lepas jadi jeratan kemiskinan, kelaparan, dan penyakit.
Tentu saja ini merupakan lingkaran permasalahan yang terus menghantui, di sebagian negara-negara termasuk Indonesia.

Majelis Umum PBB meyakini dengan adanya uluran tangan dari negara maju terhadap negara berkembang dapat memberikan solusi untuk menangani masalah utama ekonomi dan kesehatan ini.

Hal ini, mengingat bahwa negara maju sudah kuat secara ekonomi maupun kesehatan. Mungkin bisa dilihat juga banyaknya warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri sebagai PMI atau Pekerja Migran Indonesia.

Karena kurs mata uang yang tinggi, sehingga ketika dikirimkan kepada keluarga lebih mencukupi kebutuhan ketimbang bekerja di Indonesia.

Kemudian banyaknya negara maju seperti China, Jepang, dan Negeri Paman Sam yang memberikan suntikan dana kepada Indonesia. 

Kira-kira, ada kaitannya tidak dengan netizen Indonesia, dan tentunya peran kita sebagai netijen budiman apa saja yang bisa dilakukan?

Meskipun kita sebagai netizen, yang kadang ada aja ngerasa kerjaannya cuma scrolling instagram, dan nge-tweet di twitter sambil war sama orang yang beda pemikiran.

Tapi, Solidaritas di kalangan netizen Indonesia dalam kedermawanan nggak diragukan, patut  diacungi dua jempol, bukan satu jempol saja!

Bagaimana tidak coba? Kalau ada bencana, warga +62 ini langsung sigap membantu.

https://lingkarselatan.com/empati-kepada-keluarga-korban-warga-turun-ke-sungai-bantu-tim-sar-cari-korban-hanyut-di-sungai-ciasem/
https://lingkarselatan.com/empati-kepada-keluarga-korban-warga-turun-ke-sungai-bantu-tim-sar-cari-korban-hanyut-di-sungai-ciasem/

Bila ada korban yang hanyut di sungai, warga yang ada  di lokasi turun ke aliran sungai, langsung gercep dengan alat seadanya. Tidak memikirkan apa-apa lagi, bukan hanya menunggu pihak berwenang untuk mencari.

pexels.com/RODNAE Productions
pexels.com/RODNAE Productions

Bahkan ketika lagi boom-boom-nya lonjakan angka covid-19 kemarin, warga +62 bahu-membahu dengan penggalangan dana memanfaatkan kemajuan teknologi.

Dari lembaga kemasyarakatan sampai para influencer di sosial media melakukan penggalangan dana melalui e-banking yang disebarkan di akun masing-masing. 

Ratusan juta terkumpul dalam waktu yang sebentar, tanpa butuh waktu lama. 

Mangkanya tidak mengherankan, kalau Indonesia disebut negara paling dermawan di dunia, dan itu diurutan ke 1! Menurut lembaga Charities Aid Foundation alias CAF. Kalau ada yang belum mengenal CAF, CAF ini merupakan badan amal yang telah beroperasi secara global dan telah teregistrasi di negara Inggris. 

Berarti, tak melulu kedermawanan itu di tempati negara maju ya. 

pexels.com/Ron Lach
pexels.com/Ron Lach
Namun netizen Indonesia terkadang di suatu kesempatan dan kondisi, kurang menghargai privasi individu lain. Selalu dikorek-korek sampai keluarganya. Apalagi yang menyangkut kehidupan tokoh publik.

Harusnya sih begini, harusnya sih begitu. Bahkan yang lebih parah nya lagi ya, bawa-bawa kutukan. 

Kalau kita melihat, sepotong saja, dari kehidupan orang lain, dan meyakini nilai kita untuk dipegang juga oleh orang lain, memang tidak tepat. 

Belum tentu nilai yang kita anut sama juga dipegang oleh public figure, yang tentunya kita tidak mengenalnya secara seksama. Hanya, melihatnya di layar kaca televisi dan layar ponsel saja. 

Berbeda prinsip dan adu argumen memanglah suatu kewajaran, mengingat bahwa perbedaan bisa memantik perdebatan sampai adu amarah. Namun sesudahnya, kita perlu belajar perlahan untuk aware dengan hak privasi  orang lain.

Memang berbeda pendapat tidak selalu mudah, kadang logika berfikir menurut kita masuk akal ternyata belum tentu menurut orang lain masuk akal juga. 

Akan tetapi meskipun adanya kontradiktif, kita perlu ingat bahwa berbeda pendapat tidak dibenarkan untuk menyerang secara keseluruhan pribadi orang lain. 

Aware akan hak privasi pun juga merupakan salah satu bentuk solidaritas kemanusiaan dalam hal empati antar sesama. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun