Sebetulnya perempuan memiliki kemampuan yang cukup baik dalam menopang perekonomian keluarga. Ini dibuktikan dengan banyaknya para perempuan di pedesaan yang berjualan di pasar. Ditengah kesibukan domestik mereka yang menjadi kewajiban mutlak, mereka mampu melakukan kegiatan berjualan dipasar.
Sedangkan para penyandang disabilitas di pedesaan masih belum terfasilitasi dengan semestinya. Padahal penyandang disabilitas terbanyak di tempati di pedesaan. Para penyandang disabilitas belum mandiri secara ekonomi karena menganggap bahwa disabilitas belum mampu melakukan pekerjaan masyarakat pada umumnya.
Padahal para disabilitas memiliki hak yang sama. Hak untuk menumbuhkan bakat yang ada dalam diri mereka dan menelurkan berbagai pemikiran yang tersimpan untuk menghasilkan suatu karya.
Para disabilitas dapat bekerja cerdas sesuai kapasitas. Sesuai kapasitas diri untuk menumbuhkembangkan produktivitas apa yang mereka bisa, jika akses dalam pemberdayaan ekonomi dapat mereka rasakan. Berdaya untuk berdikari seperti masyarakat pada umumnya.
Belum lagi, para pemuda. Pasca pandemi covid-19 ini dalam situasi pemulihan, para pemuda yang sudah lulus kuliah atau bahkan yang masih sedang mencari pekerjaan dihadapkan pada situasi yang kurang menguntungkan.
Atau bahkan hampir kebanyakan pemuda di pedesaan yang masih banyak belum tersentuh akses pendidikan, hanya pergi ke kota untuk mengadu nasib atau bahkan pula yang terkena PHK. Situasi ini memanglah tidak mudah, karena pandemi ini memberikan dampak yang membuat ekonomi lesu.
Dengan hal itu perlu adanya kolaborasi yang aktif, demi menunjang perekonomian sehubungan dengan kondisi saat ini. Pemulihan pasca pandemi dengan diadakannya Presidensi G20 Recover Together, Recover Stronger yang mana Indonesia sebagai tuan rumah dari pertemuan ini.
Diperlukan Kolaborasi antara ekonomi desa dengan perkembangan teknologi informasi yang setiap detik selalu bisa diakses. Karena dengan mengikuti perkembangan zamanlah akses finansial yang mapan dapat digapai.
Media penghubung