Mohon tunggu...
Edy Sukrisno
Edy Sukrisno Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis

I've always wondered if there was a god. And now I know there is -- and it's me. ~Homer Simpson

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sesat Pikir dan Bangkitnya Kesadaran Kaum Istri

6 September 2020   07:45 Diperbarui: 6 September 2020   07:35 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun demikian, dengan informasi yang seadanya ini, setidaknya ada dua hal yang bisa menjadi bahan pembelajaran, yaitu tentang sesat pikir (logical fallacy) dan meningkatnya kesadaran kaum istri.

Sesat Pikir
Yang perlu ditegaskan perihal ramainya kasus perceraian di masa pandemi adalah bahwa tidak ada korelasi signifikan antara pandemi dan meningkatnya angka perceraian.  

Sebagaimana sudah diungkap sebelumnya, kondisi ekonomi memang berpengaruh pada perekonomian keluarga, namun bukan itu penyebab utama perceraian.

Ketika Aco Nur dikutip media mengatakan, “Akibat COVID-19 kan banyak di PHK sehingga ekonomi enggak berjalan lebih baik.  Hal itu membuat ibu-ibu enggak mendapat jaminan dari suaminya,” saya meragukan kebenaran dugaan beliau.

Untungnya dalam webinar, alih-alih mengulang pendapat spekulatif tersebut, beliau mengoreksinya. Tentu saja, selalu ada orang yang melewatkan koreksi tersebut dan mempercayai bahwa pandemi menyebabkan meningkatnya angka perceraian.

Menarik kesimpulan bahwa ada hubungan sebab akibat antara pandemi dan meningkatnya angka perceraian tampaknya merupakan hal yang wajar.  

Kesimpulan tersebut tak bisa dihindari tersirat dalam beberapa judul berita yang bisa ditemukan lewat penelusuran Google antara lain “Pandemi Korona Dongkrak Angka Perceraian,” “Pandemi Korona Dongkrak Angka Pertumbuhan Janda di Kabupaten Jombang,”  “Dampak Pandemi Covid-19 Angka Perceraian Meningkat.”

Penarikan kesimpulan seperti itu adalah contoh dari sesat pikir (fallacy) post hoc ergo proper hoc (Bahasa Latin yang berarti setelah ini, oleh karena itu penyebabnya adalah ini) atau yang disingkat dengan post hoc yang menyatakan karena peristiwa Y mengikuti peristiwa X, maka peristiwa Y mestinya disebabkan oleh peristiwa X.

Contoh ekstremnya begini.  Setiap kali saya mencuci motor, hujan turun.  Maka, hujan turun karena saya mencuci motor.  Contoh lainnya, ayam berkokok di pagi hari, sesaat kemudian matahari terbit.  Jadi, matahari terbit karena ayam berkokok.

Sesat pikir ini memang sangat menggoda karena seakan-akan bisa memperlihatkan hubungan sebab akibat dari dua fenomena.  

Banyak pernyataan atau klaim publik, yang bahkan disampaikan pejabat publik, mengandung unsur sesat pikir ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun