World Health Organization (WHO) menyebutkan Indonesia termasuk dalam negara ketiga dengan prevelensi angka stunting tertinggi di regional Asia Tenggara atau South-East Asia Regional (SEAR).
Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, artinya 1 dari 4 anak di Indonesia mengalami stunting, yang mana angka ini masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh WHO yaitu 20%.
Guna mencegah stunting di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, mahasiswa KKN Universitas Diponegoro mengadakan sosialisasi perbaikan pola konsumsi makanan dan perilaku sadar gizi pada ibu hamil.
 Kegiatan ini dilaksanakan pada 8 Agustus 2022 di balai desa Bajomulyo bertepatan dengan kegiatan rutin kelas ibu hamil yang setiap bulannya dilakukan oleh pihak desa. Sosialisasi pencegahan stunting dilakukan dengan berkolaborasi dengan bidan desa setempat untuk memberikan edukasi terkait stunting.
Stunting adalah kondisi ketika balita memiliki tinggi badan dibawah rata-rata. Hal ini diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan. Stunting sendiri berpotensi memperlambat perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi, hingga obesitas.
Sosialisasi perbaikan pola konsumsi makanan dan perilaku sadar gizi pada ibu hamil yang dilaksanakan mahasiswa KKN Universitas Diponegoro mengajak ibu hamil untuk melakukan deteksi dini pada anaknya nanti setelah lahir yaitu dengan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan secara rutin di Posyandu.Â
Kadungan gizi seimbang bisa didapatkan dari pangan yang banyak beredar di masyarakat. Untuk ibu hamil atau sebelum bayi lahir pangan yang dianjurkan setiap kali makan adalah ikan minimal 4 kali seminggu dengan porsi minimal 75 gr -- 100 gr, 1-2 butir telur sehari, susu, pangan hewani, dan lauk pauk.Â
Sedangkan penguatan pemberian makanan bayi dan anak mencakup inisiasi menyusui eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan dan sampai dengan 2 tahun. Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) dengan mengutamakan asupan makanan tinggi protein hewani sejak anak berusia 6 bulan.