Mohon tunggu...
Krisna Waluyo
Krisna Waluyo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

orang normal

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menjadi Dokter Gigi Panggilan atau hanya karena tertolak Kedokteran?

4 Januari 2025   21:28 Diperbarui: 4 Januari 2025   21:25 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis saat sedang akan melakukan observasi dan wawancara terhadap Drg. Ery Waluyo sebagai narasumber yang dapat memberikan pendapat valid.

Drg. Ery Waluyo sebagai narasumber yang sedang mengerjakan pasien
Drg. Ery Waluyo sebagai narasumber yang sedang mengerjakan pasien

Anggapan bahwa dokter gigi kurang terampil atau kurang cerdas dibandingkan dokter umum telah lama berkembang. Pandangan ini tidak hanya keliru tetapi juga meremehkan kompleksitas, keahlian, dan kontribusi penting profesi kedokteran gigi. Menjadi dokter gigi membutuhkan kecerdasan, dedikasi, dan keterampilan khusus yang berbeda dari dokter umum. Mari kita bahas mengapa stereotip ini tidak berdasar dan mengapa profesi kedokteran gigi patut mendapatkan penghargaan yang setara. 

Jalan Panjang Menuju Profesi Dokter Gigi

Menjadi dokter gigi bukanlah "jalan pintas" ke dunia medis---itu adalah jalur yang berbeda dengan tantangannya sendiri. Calon dokter gigi harus menyelesaikan pendidikan dan pelatihan yang ekstensif: 

  • Pendidikan Kedokteran Gigi pre-klinik: Program empat tahun di sekolah kedokteran gigi meliputi pembelajaran mendalam tentang anatomi, fisiologi, patologi, farmakologi, serta pelatihan skillslab. 
  • Pendidikan Kedokteran Gigi klinik (Co-assistant): Program 1 tahun di sekolah kedokteran gigi untuk mahasiswa Sarjana Kedokteran Gigi (Dokter Gigi Muda) berlatih menangani pasien di klinik gigi universitas masing-masing dengan pengawasan dari dosen serta PPDGS.
  • OSCE: Tes kelayakan mahasiswa kedokteran gigi untuk menjadi dokter gigi sebelum layak disumpah menjadi dokter gigi
  • Spesialisasi: Bagi mereka yang ingin menjadi spesialis (misalnya ortodontis, bedah mulut, periodontis), diperlukan tambahan beberapa tahun pelatihan yang intensif, sebanding dengan pelatihan spesialisasi kedokteran umum. 

Pendidikan dan pelatihan kedokteran gigi sangat ketat. Gagasan bahwa dokter gigi memilih jalur ini karena kurang cerdas untuk menjadi dokter umum tidak hanya salah tetapi juga tidak menghargai kerja keras mereka. 

Keahlian Khusus dalam Kedokteran Gigi

Kedokteran gigi bukan cabang dari kedokteran umum, melainkan disiplin kesehatan yang berdiri sendiri dengan kompleksitasnya sendiri. Dokter gigi berfokus pada diagnosis, pencegahan, dan perawatan penyakit mulut, yang sangat penting bagi kesehatan tubuh secara keseluruhan. 

Masalah kesehatan mulut sering kali berkaitan erat dengan kesehatan sistemik---gangguan di mulut dapat menjadi indikator atau memperburuk kondisi lain, seperti diabetes, penyakit jantung, atau kanker. 

Dokter gigi membutuhkan: 

  • Keterampilan Manual yang Tinggi: Ketelitian dalam prosedur seperti saluran akar, pemasangan mahkota, dan operasi gigi membutuhkan ketepatan luar biasa. 
  • Kemampuan Pemecahan Masalah: Banyak kasus gigi yang kompleks memerlukan solusi inovatif untuk meningkatkan fungsi, estetika, dan kesehatan pasien. 
  • Keterampilan Interpersonal: Dokter gigi sering menghadapi pasien dengan kecemasan atau ketakutan, sehingga mereka harus mampu menciptakan rasa nyaman dan membangun hubungan baik. 

Keahlian ini menunjukkan bahwa kedokteran gigi adalah profesi yang memerlukan tingkat kompetensi yang tinggi. 

Pentingnya Peran Dokter Gigi

Anggapan bahwa dokter gigi "kurang pintar" dibandingkan dokter umum juga mengabaikan peran penting kedokteran gigi dalam kesehatan masyarakat. Tanpa dokter gigi, akan terjadi peningkatan penyakit mulut yang tidak terdiagnosis atau tidak tertangani, yang dapat menyebabkan rasa sakit parah, infeksi, hingga komplikasi yang mengancam jiwa. 

Dokter gigi tidak hanya "memperbaiki gigi", mereka adalah ahli pencegahan, pendidik, dan klinisi yang terampil. Mereka juga berperan penting dalam mendeteksi kanker mulut, mengelola gangguan tidur seperti sleep apnea, dan meningkatkan kualitas hidup pasien melalui perawatan fungsional maupun estetika. 

Meluruskan Stereotip

Pandangan bahwa kedokteran gigi adalah pilihan "pelarian" bagi mereka yang tidak berhasil masuk sekolah kedokteran umum adalah anggapan yang salah dan merendahkan. Banyak dokter gigi memilih jalur ini bukan karena keterbatasan, tetapi karena panggilan hati. Mereka ingin memberikan dampak yang besar pada kehidupan pasien melalui kombinasi ilmu pengetahuan, seni, dan pelayanan kesehatan. 

Menjadi dokter gigi bukan tentang "tidak cukup pintar" untuk menjadi dokter umum, melainkan tentang menjadi cukup pintar dan terampil untuk menjadi dokter gigi. Kedua profesi ini memerlukan bentuk keunggulan masing-masing, dan tidak ada yang lebih rendah dari yang lain. 

Tanggapan Seorang Dokter Gigi

Penulis mewawancarai Drg. Ery Waluyo di klinik beliau yang terletak di Jalan Merapi no. 14 Malang untuk mendapat pandangan dari seorang dokter gigi. Menurut Drg. Ery Waluyo, menjadi dokter gigi adalah sebuah panggilan dari hati dan bukanlah karena tertolak masuk ke Fakultas Kedokteran (FK). Beliau berkata bahwa meskipun banyak orang yang masuk ke Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) karena tertolak FK, mereka yang pada akhirnya menjadi dokter gigi adalah mereka yang dari awal memang sudah membuka hati terhadap FKG, sedangkan mereka yang hanya masuk FKG karena tertolak FKG biasanya akan keluar dari FKG pada tengah tengah masa pre-klinik maupun masa klinik. Drg. Ery Waluyo juga menyatakan bahwa tidak ada stereotip di antara dokter dan dokter gigi bahwa dokter lebih pintar dari dokter gigi.

Kesimpulan

Anggapan bahwa menjadi dokter gigi adalah pilihan "kedua" setelah kedokteran umum adalah mitos yang meremehkan dedikasi, kecerdasan, dan keahlian yang dibutuhkan dalam profesi ini. Sudah saatnya kita menghargai kedokteran gigi sebagai profesi yang vital, menantang, dan penuh makna. 

Baik menangani kesehatan mulut, menciptakan senyuman indah, atau meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, dokter gigi adalah profesional kesehatan yang tidak tergantikan. Memilih kedokteran gigi bukan kompromi, itu adalah panggilan yang mulia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun