Tetapi pertanyaanya sampai kapan kah Elia?, Aku hanya Dio, pria yang pesimis, lahir dari keluarga proletar, hidupku bergantung dengan harapan dan semangat yang tak mudah padam. Tetapi aku yakin cintaku kepadamu tidak sia- sia, aku telah berupaya untuk mendukungmu dengan sepenuh harapku, tetapi kau sibuk dengan minuman anggurmu, atau hal- hal yang menyenangkanmu.
Dimana waktu untuk kita berdua?, Menikmati keremangan senja, diantara hiruk- pikuknya kota ini, polusi yang bertebaran, dengan dua gelas kopi arabika lima ribuan, aku harap kita bisa bersama bercerita, sampai kau tidur di pangkuanku. Tetapi ini sekali lagi hanya doaku untukmu, entah kau sadar atau tidak, pengabaian cintaku, membuatku merasa sakit sedikit kecewa. Tetapi aku tahu sebagian cinta adalah kesabaran.
Kembalilah, Lihat aku..
Sebagai manusia biasa..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H