Sedihmu, telah hangus, dibakar romantisme masa lalu, ada apa binatanag jalang, kulihat, raut mukamu masam. Hatimu tak pernah berhenti bergumam.
Kesepian dan kesedihan, dari bilik jeruji, bersemi akan rindu yang tertaut dalam "Kasih Putih", yang tak pernah selalu jernih, berdebu dan usang, dikerumuni api. Terbakar, dibakar, membakar, sepi dan kesedihan yang tak pernah berhenti.
Ribuan pulau telah kau kunjungi, semak belukar kata, yang berani melawan sepi di dalam jeruji. Oh binatang jalang, hatimu mencair tak pernah membeku kembali. Waktu yang terbuang, dari ilalang yang tergenang. Malam mulai berpuisi, kau sudah tak kembali, puisimu sudah mati, tapi surat melankolismu di tengah- tengah sepi, tetap abadi.
Tidurlah, ibumu, merindukanmu, sebagai anak yang hilang dari Cinta-Nya yang sepi, Amiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H