Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Psikedelik

9 Agustus 2023   21:54 Diperbarui: 9 Agustus 2023   23:22 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
HermesthealchemistHD

Semenjak itu, Michael selalu memikirkan hal yang berputar- putar mengenai relitas kosmik. Efek LSD yang ia pakai, ketika harapan tidak sesuai kenyataan. Beberapa hal membuat ia jatuh kepada dogmatisme keadiktifan, seperti harta dan wantita. Tetapi setelah mengkonsumsi itu ia menemukan Tuhan baru dalam hatinya.

Tetapi semuanya mengabaikan dia, menganggap dia adalah sampah masyarakat. Seperti layaknya iblis yang selalu disalah- salahkan atas jatuhnya manusia di bumi. Beberapa orang selalu memarjinalkan kelompok- kelompok yang memang tidak bermanfaat. Justru- masyarakat terjebak dalam dunia pragmatism negatif.

Michael suka menyendiri, menikmati segenggam zat itu, sambil memikirkan akankah ia menjadi Wali Tuhan.  Beberapa hal yang mengatakan moderasi beragama tidak menyentuh kemanusiaan sama sekali. Agama dianggap sebagai jalan pintas untuk menjadi Tuhan atas orang lain.

Michael dengan kehidupanya yang carut marut, ia hidup sebatang kara, menyusuri padi yang telah lama di panen dalam kehidupan. Akankah selamanya ia berteman dalam kesepian dan kegelapan?

Pada suatu saat ketika ritualnya akan konsumsi tersebut mencapai klimaks, ia membayangkan dunia menjadi berubah, semua berwarna warni, tidak semu seperti kisah hidupnya.

Ia membayangkan akan dunia yang rapuh, manusia menjadi lunak- lunak, hatinya bisa dipengang, ucapanya bisa diwarnai, dalam hal itu ia memimpikan kebahagiaan yang selama kini ia cari.

Perang telah usai, yang berputar- putar adalah pertanyaanya mengenai jalan yang lurus. Apakah memang benar ada jalan yang lurus?

Michael dalam doanya selalu mendoakan iblis untuk hidup bahagia, kepada Tuhan semesta alam. Dia melupakan dirinya yang mabuk kepayang akan LSD.

Dalam efek itu, keberagaman warna adalah keniscayaan, tiada manusia- manusia yang keras akan dirinya sendiri. Seperti besi yang keras ditempa, semua menjadi lunak dan mudah disentuh.

"Kebaikan manusia yang mana, yang mengantarkan manusia kepada kebenaran mutlak?" Pertanyaan Michael kepada awan yang berpelangi.

Ia sendiri berwajah linglung, di kamar dan ruangan yang sepi tanpa ada siapapun disana. Yang ada hanya Tuhan semesta alam.

Setelah menjelajahi dunia berwarna itu, ia menemukan fenomena unik, bahwasanya pemuka agama di tempat itu berceramah di kandang babi, para politisi sibuk mencari ayam, intelektual sibuk mewarnai tembok, raja- raja disana menjadi bunglon. Dan pedagang sibuk menjual mulutnya sendiri.

Hanya saja ia disana berdiri tidak bisa kemana- mana. Cuma bayangan yang mengikutinya. Beberapa cuma berjalan tidak jelas, tidak karuan mau kemana.

"Sepertinya ini syurga, dimana aku bebas menertawakan siapapun" kata Michael.

Orang - orang berjalan hanya butuhnya saja tidak jelas arahnya mau kemana, dunia warna warni begitu kabur dan rapuh. Apa yang bisa dipengang dalam imajinasi ini?

Wanita- wanita sibuk menelanjangi dirinya sendiri, berceria kesana kemari. Melihat situasi yang penuh keharmonian. Dalam tanda kutip, apakah imajinasi michael menjadi kenyataan?

Itu adalah pertanyaan semesta yang perlu dijawab keberadaanya. Mengenai beberapa hal yang tidak menjadi penting dalam masyarakat, tapi lupa sisi kemanusiaan paling sederhana.

Apa sengaja beberapa manusia disini memang lupa dengan dirinya. Dan berusaha mencari Tuhan yang asli.

Apa yang berharga?

Apa yang berguna?

Mungkin Iman kita. Apakah iman selalu beriringan dengan kebaikan?

Yang dianggapp manusia, di tuntut manusia?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun