Negeriku, negeri yang konon katanya itu kaya raya, dari pulau sanun sampai mekau, yang hijau nan asri, sawah ladang terhempas luas, padi- padi bergoyang kekuningan, samudra nya yang telentang , mutiara- mutiara yang tersimpan, ikan- ikan bergerombolan. Itulah negeriku negeri Wakonari.
Setiap musim panen, petani dan nelayan selalu bernyanyi dan bersiul menandakan rezeki telah tiba. Senyum- senyum polos, dan pakaian sederhana, dan seperangkat yang dibutuhkanya, mungkin itulah yang dinamakan eudaimonia.
Di negeriku semua tumbuhan ada, mulai dari tumbuhan organik, tumbuhan hias sampai tumbuhan parasit yang mana tumbuhan parasit lebih banyak di kota, di gedung- gedung tinggi.
Di negeri kami bukan (fox populi) suara rakyat yang merepresentasikan suara Tuhan tapi suara nurani. Itulah kekuasaan sebenarnya, suara netizen berdaulat adalah suara tambahan saja. Yang mana negeri kami negeri paling berbahagia, kenapa tidak bahagia? Karena terkadang yang memiliki kekuasaan suka melucu (Ejakulasi Kekuasaan).
Di negeri kami orang- orang yang memiliki banyak cuan, disembah- sembah, sajadahnya adalah amplop- amplop yang mengantarkan pada tangan- Â tangan yang lugu kadang dibodohi, tetapi kadang juga ingin ambisi. Karena di negeri kami, makan adalah keinginan yang utama. Nelayan, Petani, Buruh, Pekerja bisa makan adalah kebahagiaan luar biasa.Â
Negeri kami terkadang mempunyai badut- badut yang sering bertengkar di gedung parlemen entah membahas apa, tapi orang- orang yang membutuhkan kehidupan makanan, melihat mereka hanya sebagian drama dan lelucon saja !.
Terkadang badut- badut itu suka ngomel tidak jelas yang mana tidak membahas intelektual atau Solusi Negeri. Tetapi justru melawak dengan dalih- dalih hukum atau perundang- undangan.
Tetapi ada yang lebih lucu dari badut- badut kota itu yakni kurcaci- kurcaci yang banyak sering juga melawak mengatakan "atas nama rakyat" padahal mereka yang dianggap rakyat tidak merasakan terewakili.
Kurcaci yang melihat badut- badut bertengkar itu, semakin ingin membakar emosinya, dan mengumpat- umpat tanpa pengetahuan yang dalam atau masalah yang kolektif. Mungkin banyak pertanyaan tersemat apakah badut- badut itu berasal dari kurcaci beringas itu?
Negeri kami sebenarnya aman sentosa, hanya sebagian kecil huru- hara, itu karena berebutan amplop tadi, yang tidak mengerti soal itu mereka lebih mesibukan untuk memenuhi keharmonisan keluarga.
Di negeri kami badut- badut tadi berasal dari banyak sutradara, yang mana bila sutradara memanggil mereka tarik barisan dan tidak jadi bertengkar.Â
Yang membuat aneh adalah dimana rumah sutradar tadi?, Yang konon sangat sulit di deteksi. Juga ada ghibah yang mengatakan hartanya bertumpuk- tumpuk sampai trilyunan. Entah itu semua darimana?.
Di negeri kami yang namanya pelindung masyarakat tidak ada, kebanyakan ada tetapi kepala mereka seperti monyet- monyet yang memeras saku orang kecil. Dengan dalih keamanan dari kriminalitas. Atau bahkan monyet itu juga kerapkali bertengkar, bahkan saling membunuh antar monyet.
Di negeri badut, semua serba lucu dan di dramatikal, yang bahagia mereka yang tidak pernah mengerti soal negara, politik, maupun hukum. Yang hidup di pedesaan asri maupun di pinggir lautan yang bahari. Mereka menatap alam dengan suara burung- burung preci, dan desis angin yang berlalu- lalang. Mereka tertawa dengan makan beras terkadang jagung, singkong. Dengan hiburan keluarga dan alam yang indah dengan berbagai warna dalam lukisanya.
Negeriku adalah negeri yang lucu, semua drama dan teather ada disanan, dan semua ingin bahagia, ada yang leeat damai dengan penerimaan atau hiruk pikuk dengan perebutan, persainganÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H