Mohon tunggu...
I MadeKrisnanda
I MadeKrisnanda Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Universitas Mahasararwati Denpasar

Mahasiswa Universitas Mahasararwati Denpasar

Selanjutnya

Tutup

Money

Apa Kita Perlu Belajar dari Covid-19?

13 Mei 2020   09:08 Diperbarui: 13 Mei 2020   11:25 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putu Ari Marlina, Prodi Akuntansi FEB, Universitas Mahasaraswati Denpasar

 

Covid-19, ya siapa yang tak asing lagi dengan sebutan satu ini. Covid-19 merupakan akronim dari coronavirus disease 2019 atau yang lebih familiar disebut dengan virus corona. Virus corona ini pertama kali muncul di kota Wuhan di China pada bulan Desember 2019 lalu, dan sampai kini sudah terus menyebar hampir ke seluruh negara di dunia sehingga virus ini ditetapkan sebagai pandemi global. 

Kemunculan virus ini sangat meresahkan bagi semua orang, bahkan virus ini disebut-sebut sebagai virus yang paling mematikan dan cara penularannya yang sangat mudah menyebabkan virus ini bisa menyebar dengan cepat. 

Corona sendiri pertama kali diketahui masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020. Kemunculan corona ini memiliki dampak yang sangat besar pada perekonomian di Indonesia. Bagaimana tidak, virus ini benar-benar melumpuhkan hampir semua kegiatan perekonomian yang ada di Indonesia hingga ribuan bahkan jutaan karyawan dirumahkan untuk sementara waktu dan yang lebih parahnya ada yang sampai di PHK. 

Di Bali sendiri sektor yang paling terkena imbas corona ini adalah sektor pariwisata, ya karena seperti yang kita ketahui Bali sangat bergantung pada sektor pariwisata. 

Akibat dari virus corona ini kunjungan wisatawan mancanegara sudah dipastikan mengalami penurunan yang cukup drastis. Walaupun pemerintah Indonesia baru mengumumkan adanya virus corona ini pada awal Maret 2020 namun penurunan jumlah kunjangan wisatawan ini sudah mengalami penurunan sejak bulan Februari 2020.

 Setelah turunnya jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Bali banyak hotel maupun restoran melakukan beberapa kebijakan, mereka terpaksa untuk menutup sementara kegiatan operasional mereka selama pandemi karena sepinya kunjungan. Penghentian kegiatan operasional yang berujung PHK ini  mungkin dianggap tidak adil bagi sebagian karyawan yang merasa kehilangan mata pencahariannya, namun para manajemen ataupun pemilik usaha tentu merasa tak punya pilihan lain. 

Jika kegiatan operasional tetap dipaksakan untuk tetap berjalan ditengah kondisi seperti ini pastinya nanti akan menimbulkan permasalahan. Menurut saya sebagai seorang mahasiswa akuntansi jika kegiatan operasional ini tetap dijalankan ditengah kondisi yang seperti ini maka akan menimbulkan pembengkakan biaya tanpa diiringi dengan naiknya pendapatan karena sepinya kunjungan. Lalu jika operasional dihentikan sementara bagaimana dengan pajak yang dibayarkan oleh sejumlah hotel dan restoran

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa akan dilakukan penghapusan pajak hotel dan restoran di daerah destinasi wisata yang terdampak virus corona ini. 

Meskipun belum ada Peraturan Menteri Keuangan ( PMK ) yang resmi mengatur tentang penghapusan ini namun Kementrian Dalam Negeri sudah memberikan kepastian bahwa penghapusan pajak hotel dan restoran akan dilakukan selama enam bulan yaitu mulai April hingga September 2020. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun