Bulan puasa atau yang sering kita sebut Ramadhan adalah bulan yang kesembilan dalam kalender Hijriah. Bulan ramadhan juga sering disebut sebagai Syayidul suhul atau Rajanya bulan, Karena khusus bulan ini amal kebaikan umat muslim akan dibalas dengan berkah pahala yang berlipat ganda.
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia. Karena di bulan ini pertama kali kitab suci umat Islam yaitu Al-Qur'an diturunkan. Di bulan ini juga, umat muslim berlomba-lomba dalam kebaikan dan menjalankan amalan sholeh lainnya, karena saat seorang muslim melakukan sebuah kebaikan di bulan Ramadhan, maka ia akan mendapat keberkahan yang nilainya sama dengan seribu bulan. Keutamaan bulan Ramadhan, salah satunya yaitu berpuasa.
Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai takwa, dan salah satu sebab mendapatkan ampunan dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Setiap bulan Ramadhan, tentu istilah Imsak sudah tidak asing lagi.
Imsak merupakan sebuah jadwal yang berisi informasi tentang jadwal salat, waktu mulai berpuasa, dan jam berbuka puasa. Pada zaman sekarang, jadwal imsak lebih mudah dicari, baik secara online atau pun offline. Bagi umat muslim, jadwal imsak sudah menjadi kebutuhan penting. Sebab, jadwal ini dapat membantu memudahkan mereka menjalankan ibadah puasa.
Imsak itu sendiri dapat diartikan sebagai menahan diri dari makan. Ada sebuah pengajian yang menanyakan, "menurut pandangan islam dalam waktu imsak itu jam berapa?", lalu di jelaskan bahwa kata Imsak itu nama lain dari kata Syiam dan Syiam nama lain dari Shaum. Syiam, Shaum dan imsak memiliki satu arti yang sama yaitu menahan, dalam kata lain adalah puasa. Kata Imsak ini bersinonim dengan Shaum yang sudah di jelaskan di dalam Al-Qur'an surah ke 19 ayat 26.
Kemudian ada kata Syiam yang di sebutkan dalam Al-Qur'an. Syiam dan Shaum artinya puasa. Dalam kata Syiam dan Shuam ada nama lain yaitu Imsak yang artinya tahan atau puasa.
Jadi, kapan waktunya imsak? Sama dengan waktunya Syiam dan Shaum. Dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat ke-187, "silahkan makan dan senyamannya sampai terbitlah kemudian tanda-tanda fajar tiba". Jadi waktu Imsak itu, waktu Shaum dan waktu Syiam, kata Allah mulainya fajar, nama lainnya shubuh. Jadi kalau Shubuh sudah tiba itu waktunya puasa.
Apabila Shubuh nya jam 04.35, maka imsak nya jam 04.35 juga. Jadi bukan Shubuh 04.35 imsaknya 04.25. karena imsak itu bersamaan dengan fajar, jadi kalau masih jam 04.25 masih di perbolehkan makan. Bila ada orang bilang "imsak,imsak" katakan "belum,belum".
Pada kasus di atas, terjadi kesinoniman kata Imsak, Syiam dan Shaum yang memiliki arti yang sama. Â Istilah lama seringkali terabaikan oleh kata baru yang mudah diingat. Kata Imsak, Syiam dan Shaum merupakan beberapa contoh kata yang mengalami Relasi makna. Relasi makna tersebut meliputi kesinoniman kata.
Kesinoniman atau makna yang sama terjadi pada sebuah kata yang merupakan fenomena kebahasaan yang terjadi pada masa kini. Dilihat dari sisi pergantian istilah, sinonim ini muncul karena dorongan untuk mengganti istilah asing dengan istilah yang terdapat dalam suatu bahasa. Â
Palmer, 1981. mengatakan bahwa synonymy is used to mean sameness of meaning yang artinya kesinoniman digunakan untuk menunjukkan kesamaan. Hal tersebut, berarti bahwa dalam sebuah bahasa terdapat perangkat kata yang mempunyai arti yang berkesamaan dan berkesesuaian. Â
Muniah, dkk (2000). Ada 4 faktor prosesnya kata untuk menjadi sinonim dalam bahasa Indonesia, yaitu dorongan kebahasaan, pengaburan masalah, penggantian istilah, dan kolokasi. Secara sederhana, Semantik adalah cabang ilmu Linguistik yang mempelajari tentang makna. Dalam artikel ini, penulis akan membahas mengenai kesinoniman pada kata Imsak.
Dalam masyarakat umum, kata imsak sebagai tanda berhentinya makan atau sudah tidak boleh makan. Imsak juga bisa di artikan sebagai lampu kuning, pertanda akan di mulainya azan Shubuh. Tetapi, imsak itu mempunyai kata sinonim yaitu Syiam dan Shaum yang artinya sama dengan Imsak yaitu tahan atau puasa.
Dalam kajian kesinoniman, jenis-jenis terdapat 5 bentuk, salah satunya yaitu sinonim kata dengan kata, seperti kasus yang di atas, Imsak dengan Syiam, Imsak dengan Shaum.
Kesinoniman memiliki faktor pembentukan, yaitu faktor waktu, faktor tempat atau daerah, faktor sosial, faktor bidang kegiatan dan faktor nuansa makna. Pada kata imsak ini berkaitan dengan faktor dibidang kegiatan, karena faktor ini berhubungan dengan penggunaan istilah. Istilah dalam kajian ilmu atau bidang tertentu tidak akan lazim digunakan pada kajian yang berbeda. Seperti, Imsak, Syiam dan Shaum. Contoh ini kata yang saling bersinoniman. Namun, kata Imsak  hanya digunakan dalam lingkungan masyarakat, dan kata Syiam dan Shaum hanya lazim dalam agama islm.
Kesinoniman ini berkaitan juga dengan faktor nuansa makna. Ditandai dengan adanya perbedaan komponen makna. Perbendaan ini terkadang adanya tinggi rendahnya rasa bahasa. Contohnya, kata Imsak, Syiam dan Shaum adalah kata-kata yang bersinonim. Kata Imsak hanya digunakan secara umum, tetapi kata Syiam dan Shaum hanya digunakan untuk menyebutkan istilah dari Imsak.Â
Cara menganalisis kesinoniman dengan cara menyubstitusi atau mengganti dan menggunakan komponen makna. Menyubstitusi atau mengganti yaitu suatu kata dapat diganti dengan kata lain dalam konteks kalimat yang sama dan makna konteks tidak berubah, yang mana kedua kata itu dapat dikatakan bersinonim. Contoh:
- Imsak telah tiba (dapat diterima)
- Syiam telah tiba (kurang diterima)
Cara ini sudah dijelaskan pada bahasan sebelumnya. Kadang kala kata yang bersinonim dapat saling menggantikan dan tidak dapat saling menggantikan.
Menggunakan komponen makna, Analisis medan makna dilakukan dengan menghadirkan konsep-konsep kata pada kata yang bersinonim. Ada kalanya konsep makna tidak terdapat pada kata 1, terdapat pada kata 2 dan 3, terdapat pada konsep 2, tetapi tidak terdapat pada konsep 1 dan 3, begitu seterusnya. Dengan analisis medan makna ini, akan diketahui perbedaan penggunaan kata yang bersinonim.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kata Imsak mengalami proses kesinoniman. Kesinonaman tersebut bermula dari faktor lingkungan dan faktor nuansa makna serta faktor bidang kegiatan.
sumber:
Muniah, D., Sulastri, H., & Hamid, A. (2000). Kesinoniman dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depdikmas.
Palmer, F. (1981). Semantics. Cambridge: Cambridge University Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H