Mohon tunggu...
Krisna Aditya
Krisna Aditya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Menulis dan melihat apa yang sedang terjadi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Seni Fotografi dalam Circuit of Culture

9 Maret 2021   13:39 Diperbarui: 9 Maret 2021   17:01 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan fotografi merupakan sebuah kegiatan yang dapat dimaknai sebagai seni. Seni yang ada di dalam fotografi dapat menjembatani seseorang untuk mendapatkan segala informasi yang bertujuan untuk memperluas wawasan maupun sebagai karya yang dapat dipersembahkan seseorang untuk menunjukkan siapa dirinya. Artefak gambar (portrait), merupakan sebuah petanda jaman maupun petanda sosial sekaligus narasi dari sebuah budaya dimana paduan teknologi dan beragam metode penciptaan karya seni dapat terbaca sebagai satu kesatuan bahasa budaya yang bergam.

Dari sebuah foto juga, seorang fotografer dapat menjadikan hasil "jepretannya" sebagai sumber penghasilan yang dapat dijual ke berbagai majalah, atau memang individu tersebut merupakan seorang fotografer dari sebuah media. Karya fotografi yang menarik perhatian publik dan wilayah kritik saat ini adalah sebuah reposisi dari fotografi itu sendiri sebagai apa dan berada di posisi apa seniman fotografi tersebut.

Hal ini merupkan gagasan sekaligus representasi subjek dan objek sekaligus dimana model (makhluk hidup atau benda) sebagai bahasa representasi gagasan.

Seniman fotografi sejatinya menawarkan gagasan fotografi melalui bentuk sajian, strategi komunikasi serta aspek kebaruan lainnya. Seni fotografi saat ini terbantu dengan adanya teknologi yang semakin berkembang dan tersedianya aplikasi yang memudahkan seniman fotografi untuk membuat karyanya semakin indah dengan aplikasi Hypocam, Adobe Photoshop, Polarr, serta Lightroom yang sekarang sudah tersedia di smartphone yang memudahkan penggunanya dan masih banyak lagi yang dapat digunakan. Fotografer yang mendedikasikan karyanya sebagai reperesentasi diri dapat menyajikan karyanya dalam bentuk pameran, pameran merupakan sebuah bentuk penyajian yang semakin menjelaskan bahwa fotografi terbentuk sebagai alat politis untuk menginterupsi persepsi visual atas foto-foto yang diproduksi dengan kamera yang dimiliki. Narasi yang dibangun oleh sang empunya pertunjukan dibangun tentunya akan melalui proses pengamatan objektifikasi dan subjektifikasi persoalan identitas dan ranah persepsi visual. Selain itu, dengan hasil karya yang dimiliki, seorang fotografer dapat memasarkannya kepada khalayak dengan bantuan teknologi yang semakin memudahkan, seperti Redbubble.com, Shutterstock, 500px Prime, iStockphoto, dan Etsy. Kehadiran situs-situs ini memudahkan fotografer untuk semakin kreatif dan seperti situs 500px Prime yang memberikan komisi 70% dari setiap lisensi foto yang terjual akan membuat fotografer semakin berkembang.

Dari teknologi yang tercipta sampai seni yang tercurahkan dengan berbagai macam metode, ini akan menciptakan sebuah kebudayaan yang dimana di dalamnya terdapat sebuah rangkaian kebudayaan yang dibuat modelnya oleh Stuart Hall. Di dalamnya terdapat 5 lima elemen yang saling berhubungan, yaitu representasi, identitas, produksi, konsumsi, dan regulasi. Jika seni fotografi yang ada masuk kedalam rangkaian ini, maka saya akan menggunakan 2 elemen yang dapat menjelaskan bagaimana seni fotografi merupakan bagian dari kebudayaan. Representasi dalam seni fotografi dalam seni fotografi saya rasa dapat dilihat dari 2 sisi. Satu sisi merupakan representasi dari kondisi sekitar atau fenomena sosial yang sedang hangat dibicarakan atau keadaan yang sedang terjadi dan satu lagi dapat dilihat dari bagaimana seorang fotografer merepresentasikan ide narasi yang telah dibentuk dalam bentuk objek yang terekam dalam fotonya.

Menurut Hall, representasi menghubungkan makna dan bahasa dengan budaya. representasi adalah bagian penting dari proses dimana makna diproduksi dan dipertukarkan antara anggota budaya.

Selain representasi yang terbentuk dalam kebudayaan, disini elemen konsumsi juga terbentuk dari seni fotografi yang ada. Konsumsi dalam hal ini terjadi dari seni fotografi yang digunakan oleh fotografer sebagai suatu informasi yang dapat disebarluaskan kepada masyarakat bahwa "ada lho situasi seperti ini di sekitar kita." Seperti yang sudah dijelaskan di awal juga, bahwa dengan seni fotografi, seorang fotografer dapat menjadikan fotografi sebagai sumber penghasilan yang besar dan semakin membuat tingkat kreatifitas seorang individu semakin meningkat dengan memasarkannya ke berbagai situs, seperti Shutterstock dan 500px Prime. Dengan adanya elemen konsumsi yang ada dalam seni fotografi, kita dapat mengetahui bahwa seni ini tidak hanya kita nikmati semata, tetapi dapat memanfaatkan gagasan apa yang kita punya dan membuat masyarakat "melek" akan lingkungan sekitar.

Sumber:

Cahyo, Pujo Sakti N. 2014. Jurnal Ilmiah Komunikasi. Cultural Studies: Perlintasan Paradigmatik dalam Ilmu Sosial. Vol.3, No. 1. diakses pada tanggal 8 Maret 2021. Media Neliti

Hall, Stuart. 2003. The Work of Representation. Representation: Cultural Representation and Signifying Practices. London: Sage Publication.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun