RENDAHNYA MINAT BACA BAGI PARA PELAJAR
                                                                  Oleh: krismawati
                                                                           BAB 1
                                                                     PENDAHULUAN
A. LATAR Â BELAKANG
   Membaca adalah salah satu tahap dalam berbahasa. Empat tahap dalam berbahasa yaitu tahap mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (listening, speaking, reading, dan writing). Agar kita dapat berbahasa dengan baik kita harus bisa melewati tahap-tahap tersebut. Yang terpenting adalah tahap membaca. Karena dengan membaca kita dapat mengetahui informasi, wawasan, ilmu dengan jelas dan mengetahui sumber-sumber yang jelas pula. Dan jika kita nisa dapat membaca kita dengan mudah menulis dengan Bahasa yang tepat dan benar.
   Minat baca di Indonesia sangatlah rendah. Baik itu kalangan siswa maupun mahasiswa. Padahal, kegiatan membaca itu sangat penting dalam kehidupan dan juga dalam pengetahuan. Karena dengan kita banyak membaca kita dapat mengetahui ilmu dan menambah wawasan kita dari buku-buku atau sesuatu yang berkaitan dengan hal membaca. Mengapa saat ini banyak dari kalangan pelajar malas untuk membaca. Membaca tidak hanya bisa dengan membaca buku offline. Apalagi, saat ini sangat mudah untuk membeli buku atau mencari informasi.  Kita bisa membeli buku lewat online dan juga kita bisa mencari informasi-informasi baik di dalam maupun di luar negeri lewat internet.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Â Bagaimana tingkat minat di Indonesia saat ini?
2. Â Apa saja faktor-faktor penyebab rendahnya m8inat baca bagi para pelajar?
3. Â Apa upaya meningkatkan minat baca bagi para pelajar
                                                                             BAB II
                                                                         PEMBAHASAN
A. Tingkatan minat baca di Indonesia
   Di tingkat internasional, Indonesia memiliki indeks membaca 0,001. Hal itu berarti dalam setiap seribu orang, hanya satu orang yang memiliki minat baca tinggi. Kondisi itu jauh berbeda jika dibanding dengan Amerika yang memiliki indeks membaca o,45, dan Singapura 0, 55. (Kasiyun, 2015). Laporan Bank Dunia No. 16369-IND, sehari-hari. Sedangkan untuk taraf tingkat dan Studi IEA (International Association for literasi-5, kurang dari 1% siswa Indonesia the Evalution of Education Achievermen) di berada pada taraf tertinggi dari studi PISA ini. Asia Timur, menunjukkan bahwa tingkat Artinya, hanya sedikit dari siswa kita memiliki terendah membaca anak-anak dipegang oleh kemampuan membaca yang canggih, seperti negara Indonesia. Kajian PIRLS (Progress in menemukan informasi yang rumit dalam teks International Reading Literacy Study) yaitu yang tidak dikenal sebelumnya, studi internasional dalam bidang membaca mempertunjukkan pemahaman yang terperinci, pada anak-anak di seluruh dunia yang menarik kesimpulan dari informasi yang ada di disponsori oleh IEA ini menunjukkan bahwa dalam teks, dan mengevaluasi dengan kritis, rata-rata anak Indonesia berada pada urutan membangun hipotesis, serta mengemukakan keempat dari bawah dari 45 negara di dunia. konsep yang mungkin bertentangan dengan Kajian PIRLS ini menempatkan siswa harapannya sendiri.Indonesia kelas IV Sekolah Dasar pada tingkat Data lain juga menyebutkan hal yang terendah di kawasan Asia. Indonesia mendapat sama. Pada dokumen UNDP dalam Human skor 51.7, di bawah Filipina (skor 52.6); Thailand (skor 65.1); Singapura (74.0); dan informasi dalam belajar bergantung pada Hongkong (75.5). Bukan itu saja, kemampuan-kemampuan tersebut. Melalui membaca, anak-anak Indonesia dalam menguasai bahan seseorang dapat menggali informasi, bacaan juga rendah, yaitu 30 persen saja dari mempelajari pengetahuan, memperkaya materi bacaan karena mereka mengalami pengalaman, mengembangkan wawasan, dan kesulitan dalam menjawab soal-soal bacaan mempelajari segala sesuatu. Oleh karena itu, yang memerlukan pemahaman dan penalaran. rendahnya minat baca dan rendahnya Studi internasional mengenai literasi kemampuan membaca oleh para generasi muda membaca yang dilakukan OECD (Organization akan berdampak buruk terhadap for Economic Co-operation Development) bisa pengembangan diri dan kinerja mereka yang dijadikan cermin peta kemampuan literasi selanjutnya akan berdampak buruk terhadap siswa Indonesia dibandingkan siswa lain seusia pembangunan bangsa. (Wahyuni, 2009).
   Data lain menyebutkan (1) Berdasarkan  studi lima tahunan yang dikeluarkan oleh Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS) pada tahun 2006, yang melibatkan siswa sekolah dasar (SD), hanya menempatkan Indonesia pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel penelitian. Posisi Indonesia itu lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan," ujar Ketua Center for Social Marketing (CSM), Yanti Sugarda di Jakarta, Rabu (7/7); (2) Penelitian Human Development Index (HDI) yang dikeluarkan oleh UNDP untuk melek huruf pada 2002, menempatkan Indonesia pada posisi 110 dari 173 negara. Posisi tersebut kemudian turun satu tingkat menjadi 111 di tahun 2009. (3) Berdasarkan data CSM, yang lebih menyedihkan lagi perbandingan jumlah buku yang dibaca siswa SMA di 13 negara, termasuk Indonesia. Di Amerika Serikat, jumlah buku yang wajib dibaca sebanyak 32 judul buku, Belanda 30 buku, Prancis 30 buku, Jepang 22 buku, Swiss 15 buku, Kanada 13 buku, Rusia 12 buku, Brunei 7 buku, Singapura 6 buku, Thailand 5 buku, dan Indonesia 0 buku. (4) Kompas (Kamis, 18 Juni 2009) menyatakan budaya baca masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia Timur berdasarkan data yang dilansir Organisasi Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD), kata Kepala Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya Arini. Saat berbicara dalam seminar "Libraries and Democracy" digelar Perpustakaan Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya bersama Goethe-Institut Indonesien dan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) di Surabaya, Rabu, dia mengatakan, OECD juga mencatat 34,5 persen masyarakat Indonesia masih buta huruf. (Kasiyun, 2015)
B. Faktor-faktor penyebab rendahnya minat baca bagi para pelajar itu ada empat, yaitu: (Siswati, 2010)
  a.  Lemahnya sarana dan prasarana Pendidikan. Khususnya perpustakan dan buku-bukunya belum mendapat prioritas dalam penyelenggaraannya.       Seperti, halnya fasilitas yang minim, terutama di daerah yang terpencil yang jauh dari perkotaan. Mereka sulit untuk melanjutkan                      pendidikannya, mereka ingin melanjutkan Pendidikan tetapi sarana dan prasarananya belum memadai mereka untuk pergi ke kota.
  b.  Kurangnya pengelolaan perpustakaan dan koleksi buku. Hampir semua jenjang Pendidikan, kondisi perpustakaan masih belum sepenuhnya            berfungsi. Padahal perpustakan sekolah fungsinya adalah untuk memudahkan para pelajar dalam mencari sumber-sumber ilmu yang lain, tidak        hanya dari buku atau sumber ilmu yang di pelajarinya. Tetapi faktanya, sekarang ini kebanyakan diantara siswa maupun mahasiswa lebih               memilih menggunakan internet, handphone, untuk mencari sumber-sumber. Apalagi di zaman sekarang sudah canggih, handphone selain             menjadi alat komunikasi juga menjadi alat untuk mencari informasi. Khususnya para pelajar dan mencari sumber-sumber ilmu.
  c.  Kemajuan teknologi. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang begitu cepat. Dan pusat-pusat informasi yang lebih menarik. Seperti         berkembangnya tempat-tempat hiburan (entertainment), atau acara televisi, sehingga status dan kedudukan perpustakaan, serta citra                 perpustakaan dalam pandangan mahasiswa sangat rendah. Tuntutan global menuntut dunia Pendidikan untuk selalu dan senantiasa                   menyesuaikan perkembangan teknologi. Khususnya dalam proses pembelajaran. Seperti, pada zaman sekarang pemrosesan nilai, absen, jadwal,       maupun kegiatan lainnya semuanya melalui online. Semua ini karena begitu cepatnya kemajuan teknologi saat ini. tidak hanya para pelajar, para       pekerja juga sekarang lebih memilih melalui online. Karena dengan online pun tenaga tidak begitu terkuras.
  d.  Kurangnya dukungan keluarga. Kondisi keluarga yang tidak mendukung juga dapat menyebabkan rendahnya minat baca para pelajar, terutama        dari orang tua siswa atau mahasiswa yang mayoritasnya jauh sehingga tidak mungkin mencontohkan kegemaran membaca kepada anak-anak         mereka. Faktor yang menyebabkan kurangnya dukungan orangtua terhadap anak dikarenakan orangtua telalu sibuk dengan pekerjaannya              sehingga sangat sulit untuk meluangkan waktunya untuk mengajarkan atau memberi contoh cara-cara membaca. Begitu juga dikarenakan faktor      ekonomi yang kurang, kurangnya ekonomi menjadi penyebab orangtua kurang memberikan Pendidikan pada anak. Mereka berfikir ekonomi pun      tidak memadai bagaimana bisa menyekolahkan anak-anak mereka. Selain itu juga dikarenakan kurangnya kesadaran orangtua terhadap                Pendidikan. Banyak di antara orang tua yang kurang perhatian terhadap Pendidikan. Mereka cuek begitu saja tanpa menanyakan Pendidikan            nya. Mereka sibuk dengan aktivitasnya tanpa memperdulikan Pendidikan ankanya. hal ini dapat dikaitkan pula dengan konsep Pendidikan yang        diterapkan dan dipahami orang tua yang sudah diatur dalam undang-undang bahwa Pendidikan adalah tanggung jawab Bersama antara keluarga,     pemerintah, dan masyarakat.
C. Upaya dalam meningkatkan minat baca
   Upaya dalam meningkatkan minat baca masyarakat tidak dapat dibebankan pada keluarga saja, masyarakat saja, atau lembaga pendidikan saja. Aspek keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat. Ketiga aspek itu perlu dilakukan bersamaan. Guru dan pustakawan berperan penting dalam meningkatkan minat baca baca peserta didik maupun masyarakat. Agar dapat berperan meningkatkan minat baca, guru dan pustakawan harus mempunyai minat baca yang tinggi.
Upaya meningkatkan minat baca bagi para pelajar itu ada dua, yaitu; (Tarigan, 2015).
   a. Meluangkan waktu untuk membaca. 1 hari memiliki waktu 24 jam. Maka pergunakanlah 24 jam terseebut dengan baik. Dan luangkan waktu 24          jam tersebut minimal 5 atau 10 menit untuk membaca. Tidak perlu lama-lama untuk membaca yang terpenting istiqomah.
   b.  Memilih bahan bacaan yang baik, ditinjau dari norma-norma kekritisan yang mencakup norma-norma estetika, sastra, dan moral. Para                pembaca yang baik barangkali akan menikmati buku-buku mulai dari yang paling rendah sampai kepada yang paling serius sesuai minat-minat       kesementaraan yang bersifat fisikal, emosional, dan intelektual. Beberapa buku dibaca dengan maksud dan tujuan agar mengetahui                    perkembangan-perkembangan di dunia. Seperti minat di dalam bidang ilmu pengetahuan, politik, agama, falsafah, music, seni, dan lain-lain.          begitu juga beberapa buku klasik, buku-buku yang ditulis oleh pengerang terkenal, yang karya-karyanya dianggap sebagai suatu latar belakang        orang berkependidikan, yang ensesial, yang penting sekali.
Ada beberapa faktor dalam upaya meningkatkan minat baca: (Kasiyun, 2015)
    a. Lingkungan rumah
        Sebagian besar waktu anak adalah di rumah, berumpul bersama keluarga.  Untuk meningkatkan minat baca dapat dimulai sejak anak masih          balita belum dapat membaca. Dalam hal ini peran keluarga sangat penting.  Kegiatan yang dapat dilakukan di tengah keluarga adalah (1)                mendongeng; (2) tersedianya  bacaan di rumah, (3) mendiskusikan isi buku yang dibaca,  (4) mengunjungi     toko buku, (5)  membiasakan             memberi hadiah buku.Â
     (1) Kegiatan Mendongeng
         Kegiatan mendongeng biasanya dilakukan oleh ayah, ibu, kakek, atau nenek terhadap anak balita yang masih belum lancar membaca.                Lazimnya kegiatan mendongeng dilakukan saat anak menjelang tidur malam. Kegiatan mendongeng penting untuk mengembangkan                  imajinasi anak dan memupuk rasa ingin tahu anak. Dalam hal ini pendongeng perlu memilih materi yang sesuai dengan anak. Dongeng                 tentang kancil, tupai, atau sejenisnya saat ini  asing bagi anak, karena sudah anak-anak, terutama anak perkotaan jarang yang mengenal               binatang itu. Masalah yang timbul dalam mendongeng biasanya pendongeng kehabisan materi dongeng, karena kegiatan mendongeng                 dilakukan hampir setiap malam. Untuk mengatasi hal itu pendongeng bisa membacakan buku.
     (2) Tersedianya bacaan di rumah
        Anak-anak atau orang tua akan membaca jika ada bahan bacaan. Untuk membuat anak-anak gemar membaca, orang tuanya pun harus               gemar membaca. Setidak-tidaknya orang tua  menyediakan bahan bacaan di rumah. Bahan bacaan dapat berupa buku, majalah, atau surat              kabar. Dewasa ini berlangganan surat kabar relatif murah, namun sebagian masyarakat masih lebih mementingkan hal lain seperti pulsa              sebagai media komunikasi daripada surat kabar. Keuntungan berlangganan surat kabar, satu surat kabar bisa dibaca oleh satu keluarga.
    (3) Mendiskusikan isi buku yang dibaca
       Kegiatan membaca dalam ilmu bahasa termasuk kegiatan reseptif, yaitu menyerap isi buku yang dibaca, sedang kegiatan wicara adalah              kegiatan produktif. Kegiatan membaca sebaiknya diikuti dengan kegiatan berdiskusi, paing tidak orang tua di rumah bisa menanyakan tentang        isi buku yang dibaca oleh anak-anak di rumah. Kalau buku itu merupakan buku konsumsi segala usia seperti buku keagamaan, atau buku               tentang biografi seseorang, bisa didiskusikan dalam satu keluarga.
    (4) Mengunjungi toko buku
        Berekreasi tidak hanya ke tempat-tempat yang berpemandangan indah seperti gunung dan laut, toko buku bisa dijadikan sarana rekreasi.           Anak-anak akan merasa senang diajak ke toko buku, karena di toko banyak pilihan. Di toko buku ada pula buku-buku yang tidak terbungkus           plastik, dan dapat dibaca atau sekedar dilihat isinya. Dengan mengunjungi toko buku,dapat diketahui jika ada buku baru yang terbit.Â
     (5) Memberi hadiah buku
        Anak-anak saat berulang tahun biasanya diberi hadiah barang-barang yang berharga mahal, seperti pakaian, mainan, hp, atau diajak makan-      makan di rumah makan. Kebiasaan member kado buku saat ulang tahun merupakan bagian kegiatan meningkatkan minat baca.Kegiatan itu lebih      bernilai positif daripada sekadar memberikan hadiah barang-barang yang berharga mahal.
Â
     b. Lingkungan Sosial
         Minat baca siswa dapat ditingkatkan berdasarkan hubungan sosial pembaca sebagai anggota masyarakat.  Apabila tokoh-tokoh masyarakat          dapat memberi keteladanan dalam minat baca, hal ini akan berpengaruh positif pada masyarakat. Minat baca masyarakat bisa dirintis melalui          perpustakaanperpustakaan kecil di tempat-tempat pertemuan (berkumpul) masyarakat, seperti di masjid (perpustakaan masjid), di kantor RW        di pasar, di terminal, bandara, dan sebagainya. Sebagai contoh di Malioboro ada "perpustakaan" yang diangkut dalam gerobak dorong. Koleksi         yang diangkut merupakan konsumsi untuk penjual souvenir, sambil berjualan mereka membaca koleksi"perpustakaan" gerobak dorong. Di            beberapa masjid juga sudah menyelenggarakan perpustakaan kecil.
Â
     c. Lembaga Pemerintah dan Swasta
          Lembaga pemerintah dan swasta mempunyai peran penting dalam meningkatkan minat baca masyarakat, terutama dengan cara                     menyelenggarakan perpustakaan, baik perpustakaan sekolah maupun perpustakaan khusus. Strategi untuk meningkatkan minat baca itu               antara lain: (1) Untuk Perpustakaan Sekolah : memperbaiki sistem pendidikan, fasilitas dan karakteristik pelayanan perpustakaan, dengan              membuat kebijakan yang terkait dengan penetapan persentase jumlah anggaran belanja untuk perpustakaan yang harus dikeluarkan dari               anggaran belanja sekolah ( sebesar dua atau tiga persen setiap tahun); (2) Untuk Perguruan Tinggi : memperbaiki fasilitas dan karakteristik            pelayanan perpustakaan dan mengubah metode pengajaran dari teaching-based kepada learning-based. Peran perpustakaan harus diubah dari        sekedar store house yang pasif menjadi educational house yang aktif. Reformasi perkuliahan akan mempunyai efek timbal balik pada                   perpustakaan, dan efek timbal balik yang sama akan dihasilkan dari bahan-bahan bacaan dan pelayanan perpustakaan yang disempurnakan; (3)       Di Lingkungan Masyarakat : Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah yang terdapat di setiap propinsi seharusnya dapat berperan lebih        besar dalam mendorong dan menumbuhkan perpustakaan-perpustakaan umum tingkat Kecamatan, Desa dan Perpustakaan Masjid, agar              pelayanan perpustakaan dapat menjangkau semua lapisan masyarakat.
                                                                           BAB III
                                                                          PENUTUP
                                                                       KESIMPULAN
       Dapat disimpulkan bahwa Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN dan negara asing lainnya, Indonesia masih menduduki urutan             terbawah dalam hal minat baca. Di tingkat internasional, Indonesia memiliki indeks membaca 0,001. Hal itu berarti kegiatan membaca di Indonesia    sangatlah rendah. Bagaimana negara kita dapat maju, jikalau warga Indonesia, pelajar Indonesia saja malas untuk membaca. Padahal, membaca itu    adalah suatu hal yang sangat penting bagi kita khususnya para pelajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan juga informasi-informasi di         dalam ruang kelas. Ilmu pengetahuan itu tidak hanya didapat dari satu sumber atau satu buku saya tapi dari berbagai sumber atau buku. Maka dari     itu disediakanlah perpustakan-perpustakaan di berbagai sekolah atau universitas. Jikalau kita tidak membaca kita tidak mengetahui dari mana         pelajaran atau ilmu yang kita dapati.   Beberapa faktor disini bisa menjadi penunjang agar bisa lebih meningkatkan minat baca kita. Khususnya         kalangan para pelajar. Â
       Dan upaya-upaya diatas bertujuan untuk meningkatkan minat baca kalangan para pelajar. Luangkan watkumu minimal 5 atau 10 menit untuk      membaca. Karena waktu itu tidak akan terulang kembali. Dan pilihlah bahan bacaan yang baik, pilihlah bahan bacaan mulai dari yang paling rendah    meuju bahan bacaan yang lebih tinggi. Faktor lingkungan juga bisa mempengaruhi kita untuk terus meningkatkan minat baca. Maka dari itu           pilihlah lingkungan dan orang-orang yang dapat terus meningkatkan minat baca kita. Minat baca seseorang itu tumbuh dari dirinya sendiri. Tetapi    jika dirinya ingin terus meningkat, maka dia akan terus berusaha untuk keberhasilannya.
                                                                       DAFTAR PUSTAKA
            Tarigan, Henry Guntur. (2015). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa: Bandung, CV Angkasa.
            Siswati. (2010). Minat Membaca Pada Mahasiswa. Universitas Diponegoro: Jurnal Studi  Deskripsif, 8(2), 125.
            Kasiyun, Suharmono. (2015). Upaya Meningkatkan Minat Baca Sebagai Sarana Untuk Mencerdaskan Bangsa. Universitas Negeri Surabaya:                  Jurnal Pena Indonesia, 1(1), 81-90.
            Sri wahyuni. (2009).  Menumbuhkembangkan minat Baca Menuju Masyarakat Literal. Universitas Islam Malang: Diksi, 16(2), 180.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H