Banyak orang Indonesia percaya bahwa makan dengan tangan memberikan sensasi yang lebih nikmat dibandingkan menggunakan alat makan. Penelitian menunjukkan bahwa ketika tangan menyentuh makanan, sentuhan itu meningkatkan persepsi sensorik otak.
Sentuhan tangan pada makanan sebelum masuk ke mulut membuat otak merespon dan menciptakan ekspektasi bahwa makanan tersebut terasa lebih enak.
Pengalaman Makan yang Lebih Intim
Makan dengan tangan menciptakan pengalaman yang lebih intim akibat interaksi langsung. Â Tangan akan merasakan tekstur dan suhu makanan secara langsung.
Selain itu, tangan dapat merasakan kelembutan atau kekenyalan makanan yang tidak dapat dirasakan saat menggunakan alat makan seperti sendok atau garpu
Keterlibatan Emosional dan Budaya
Makan dengan tangan juga juga terkait dengan nilai-nilai budaya dan tradisi. Di Indonesia, kebiasaan ini telah diwariskan dari generasi ke generasi sebagai bagian penting dari identitas kuliner masyarakat.
Saya mempunyai pengalaman ketika makan bersama tetangga. Kami menggunakan pelepah daun pisang utuh sebagai pengganti piring. Di atas daun pisang diletakkan nasi dan lauk pauknya yang sederhana, seperti tempe dan tahu goreng, ikan asin, sambal, lalap, dan kerupuk. Â Suasana makan bersama menjadi lebih guyub.
Tradisi ini masih sering dilakukan dalam acara-acara adat atau perayaan keluarga, di mana semua orang duduk bersama di atas tikar atau daun pisang untuk menikmati hidangan secara kolektif. Hal ini memperkuat hubungan sosial antar anggota keluarga atau komunitas.
Makan bersama menggunakan tangan dalam suasana santai dapat memperkuat ikatan sosial dan menciptakan momen kebersamaan yang lebih bermakna. Keterlibatan emosional ini menambah kenikmatan juga saat menikmati makanan.
Makna Filosofis Dalam Budaya