Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Angkot Oh Angkot, Riwayatmu Kini

19 Januari 2025   00:47 Diperbarui: 19 Januari 2025   00:58 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "angkot" atau angkutan kota tentu sudah sangat familiar di telinga masyarakat. Keberadaannya telah menjadi bagian penting dari sistem transportasi publik di Indonesia.

Awalnya, angkot dirancang untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat yang semakin meningkat. Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, keberadaan angkot mulai dipertanyakan.

Banyak orang beranggapan bahwa jumlah angkot di berbagai daerah semakin menyusut. Hal ini terjadi seiring munculnya berbagai alternatif transportasi modern seperti ojek online dan layanan ride-sharing.

Penyebab Menyusutnya Angkot

Melihat berbagai realita di sekitar, saya melihat ada beberapa faktor yang mungkin menjadi penyebab keberadaan angkot tradisional mengalami penurunan.

Munculnya layanan transportasi online seperti Gojek dan Grab kemungkinan besar berperan mengurangi jumlah angkot. Transportasi online ini menawarkan kemudahan dan kenyamanan yang lebih dibandingkan angkot. Misalnya: system pemesanan melalui aplikasi dan pengantaran langsung ke tujuan.

Hal umum yang mungkin sering dirasakan para pengguna layanan angkot dahulu adalah soal ketepatan waktu. Banyak pengguna angkot mengeluhkan tentang ketepatan waktu berangkat.

Bukan rahasia lagi kalau angkot sering "ngetem" menunggu penumpang memenuhi kapasitas angkot. Hal ini sering membuat penumpang merasa jengkel karena mereka harus mengorbankan waktu lebih lama dalam perjalanan mereka.

Faktor kenyamanan bagi penumpang angkot juga tak kalah penting. Penumpang juga menyoroti soal kebersihan kendaraan. Kendaraan angkot seringkali kotor, bau, dan tidak terawat.

Ilustrasi trayek angkot. (Sumber: https://kumparan.com/jendela-dunia/rute-angkot-jakarta-barat-kwk-b03-1yOc9FlOEtj)
Ilustrasi trayek angkot. (Sumber: https://kumparan.com/jendela-dunia/rute-angkot-jakarta-barat-kwk-b03-1yOc9FlOEtj)

Perilaku sopir yang kurang profesional dalam berkendara juga menjadi faktor krusial dalam penurunan penggunaan angkot. Sopir sering berkendara secara ugal-ugalan karena tidak mau tersaingi sopir lain dalam mendapatkan penumpang. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap keselamatan kendaraan dan penumpang khususnya.

Bagi masyarakat, mendambakan moda transportasi yang nyaman dan aman merupakan hal yang wajar dan mutlak. Maka, Ketika ada alternatif transportasi lain yang menawarkan kenyamanan dan keamanan, masyarakat menyambut dengan sangat antusias dan memilih moda transportasi lain.

Perkembangan zaman, fleksibilitas finansial, dan teknologi yang beralih ke digital telah mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Masyarakat kini lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi karena dianggap lebih nyaman dan fleksibel.

Berbagai produsen kendaraan menangkap peluang ini dengan menawarkan pembelian kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil dengan harga kendaraan yang terjangkau. Masyarakat kemudian beralih dari moda transportasi umum ke kendaraan pribadi.

Seiring pertumbuhan penduduk yang berakibat pada kemacetan dan keterbatasan ruang, pemerintah daerah mulai menata regulasi dan kebijakannya. Kebijakan ini berakibat pada pengurangan jumlah trayek angkot. Kemunculan moda transportasi massal yang modern seperti bus trans kota, Commutter Line, LRT dan MRT, menjadi alternatif transportasi lainnya.

Baca juga: Kebiasaan Remaja Pakai Ponsel, Lucu Tapi Kadang Berbahaya

Pembeda dengan Angkot Tradisional dan Angkutan Kota Kekinian

Dibandingkan dengan angkot di masa lalu, angkutan kota kekinian memiliki beberapa perbedaan yang signifikan. Angkot tradisional tidak menggunakan teknologi dalam operasionalnya. Sedangkan, angkutan kota kekinian saat ini sudah dilengkapi dengan sistem navigasi berbasis satelit Global Positioning System (GPS). Sistem navigasi GPS berbasis satelit yang berfungsi untuk menunjukkan lokasi, kecepatan, arah, dan waktu tempuh. 

Angkot tradisional umumnya tidak dilengkapi dengan pendingin udara. Tempat duduknya kebanyakan dilengkapi busa tipis. Itupun kadang sudah sobek atau basah. 

Kejadian unik dan tidak menyenangkan terjadi ketika SMP dahulu. Saya pernah menduduki tempat duduk yang basah sehingga celana sekolah saya menjadi lembab. Kondisi itu membuat saya menjadi bahan olok-olok teman yang mengira saya "mengompol".

Angkutan kota kekinian sudah dilengkapi dengan fasilitas yang lebih baik, seperti pendingin udara dan tempat duduk yang nyaman. Fasilitas ini tentu menjadi daya tarik bagi pengguna transportasi yang menginginkan pengalaman perjalanan yang lebih baik dan nyaman.

Berbeda dengan angkot tradisional. angkutan kota kekinian sudah menerapkan sistem pembayaran digital. Hal ini memudahkan penumpang dalam melakukan transaksi tanpa perlu membawa uang tunai dalam perjalanan.

Pembeda lainnya yang dimiliki angkot kekinian biasanya memiliki jadwal dan rute yang lebih teratur, sehingga pengguna dapat merencanakan perjalanan mereka dengan lebih baik.

Refleksi

Keberadaan angkutan kota saat ini memang menghadapi tantangan besar. Di beberapa tempat, masih ada segmen masyarakat yang tetap bergantung pada angkot sebagai moda transportasi utama. Namun, tidak sedikit Masyarakat yang beralih ke alternatif transportasi lain.

Namun, bukan berarti angkot harus ditinggalkan sepenuhnya. Perlu ada inovasi dan perbaikan dalam layanan. Angkot masih memiliki peluang untuk bertahan dan bersaing di tengah perkembangan teknologi transportasi di beberapa daerah tertentu. Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan angkot dapat membantu menarik kembali minat masyarakat untuk menggunakan moda transportasi ini.

Dengan memahami dinamika keberadaan angkutan kota saat ini, kita dapat mengambil langkah-langkah strategis untuk memastikan apakah moda transportasi ini masih tetap relevan dan bermanfaat bagi masyarakat luas.***

Baca juga: Pita Penggaduh di Jalan Raya Bogor, Perusak Kendaraan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun