Meskipun memiliki dampak positif, UN ternyata memberikan dampak yang negatif berupa tekanan psikologis. Siswa mengalami stres dan kecemasan menjelang UN, karena ujian ini dianggap sebagai penentu masa depan mereka.
Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental siswa tetapi juga pada orang tua dan guru yang ikut merasa tertekan untuk memastikan keberhasilan anak atau peserta didik mereka.
Di sisi lain UN terkesan memberikan penyempitan kurikulum. Fokus pada mata pelajaran yang diujikan sering kali menyebabkan sekolah mengabaikan mata pelajaran lain yang juga penting, misalnya: seni dan olahraga.
Akibatnya, para guru cenderung mengarahkan pembelajaran untuk "mengajar demi ujian," sehingga mengurangi ruang untuk menciptakan daya kreativitas siswa.
Dampak lainnya adalah persoalan kesenjangan pendidikan. Tidak jarang, siswa dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu, menghadapi kesulitan yang lebih besar dalam mempersiapkan diri untuk UN. Hal ini tentu saja memperbesar kesenjangan dalam sistem pendidikan kita.
Baca juga:Â Media Sosial, Pedang Bermata Dua bagi Perkembangan Anak
Perbandingan Keadaan Dengan dan Tanpa Ujian Nasional
Ketika UN masih diterapkan, banyak siswa merasa "tertekan" tetapi juga lebih termotivasi untuk belajar dengan serius. Namun, pasca penghapusan UN pada tahun 2021 dan penggantian dengan Asesmen Nasional Berbasis Kompetensi (ANBK), pendekatan penilaian menjadi lebih inklusif. ANBK fokus pada pengukuran literasi, numerasi, dan karakter, memberikan umpan balik yang lebih konstruktif bagi siswa.
Tanpa UN, tampaknya siswa tidak lagi terbebani oleh tekanan ujian akhir. Meskipun demikian, tetap ada kekhawatiran bahwa semangat belajar siswa bisa menurun tanpa adanya tantangan formal seperti ujian akhir. Siswa mungkin saja akan kehilangan kesempatan untuk mengenali potensi diri mereka dalam bidang akademis tertentu.
Sudut Pandang Orang Tua dan Guru
Sebagian orang tua beranggapan bahwa UN menjadi sumber stres karena mereka ingin anak-anak mereka berprestasi baik. Namun, dengan penghapusan UN, orang tua mungkin merasa lebih lega karena anak-anak tidak lagi tertekan oleh ujian yang menentukan kelulusan anak-anaknya.