Saat ini, kehidupan bergerak dengan sangat cepat. Hal itu dapat dilihat dari berbagai aktivitas masyarakat sehari-hari. Orang berangkat dari rumah pagi hari saat matahari belum terbit. Orang berdesakan di transportasi umum, lift atau eskalator. Semua orang terkesan serba terburu-buru.
Rutinitas sehari-hari ini menjadi pemandangan yang biasa saya lihat karena saya merupakan salah seorang diantaranya. Melihat, merasakan, dan menjalaninya memang sungguh terasa melelahkan.
Orang kadang berlari, bergerak, saling berebut setiap saat. Hal itu membuat tubuh dan pikiran menjadi kewalahan. Mungkin, hal itu pula yang menjadi alasan sebagian orang menjalankan gaya hidup slow living. Namun, kehidupan yang lambat tidak menghalangi penerapan teknologi tertentu seperti telepon seluler, internet, dan akses terhadap berbagai produk dan jasa.
Apa sih Slow Living itu?
Dalam beberapa perbincangan dengan teman-teman, terucap kalimat: "hidup tidak dua kali, nikmatilah hidupmu hari ini." Dikutip dari Wikipedia, slow living merupakan sebuah konsep gaya hidup yang menekankan pada pendekatan yang lebih lambat dan santai terhadap aktivitas hidup sehari-hari.  Istilah ini muncul sebagai respons terhadap budaya cepat yang mendominasi hidup  masyarakat modern saat ini, di mana individu sering kali merasa terjebak dalam rutinitas yang padat dan stres.
Berbagai sumber literatur menyebutkan bahwa gerakan hidup lambat berfokus pada gagasan bahwa cara hidup yang lebih lambat dapat mendorong kenikmatan hidup. Sebuah apresiasi yang lebih mendalam terhadap pengalaman indrawi dan kemampuan untuk 'hidup di saat ini'.
Baca juga:Â Perjumpaan Bermakna-Membangun Hubungan Sosial di Era Digital
Alasan Orang Menjalani Slow Living
Ada yang mengatakan bahwa menjalani gaya hidup lambat (slow living) dapat mengurangi stres. Dalam dunia yang serba cepat ini, tidak jarang orang mendapat tekanan untuk selalu produktif. Orang pun menjadi stres secara berlebihan, merasa tidak tenang dan cemas.
Gaya hidup slow living diyakini akan mengarahkan fokus pada hal-hal penting, seperti membangun relasi dengan keluarga dan teman dan menyalurkan hobi yang disukai. Tujuannya adalah agar dapat merasakan kebahagiaan yang lebih mendalam.