Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Media Sosial, Pedang Bermata Dua bagi Perkembangan Anak

7 Desember 2024   09:13 Diperbarui: 7 Desember 2024   15:55 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penggunaan media sosial di kalangan anak-anak semakin meluas, terutama di era digital saat ini. Meskipun platform seperti YouTube, Instagram, dan TikTok memiliki batasan usia minimal 13 tahun, banyak anak di bawah usia tersebut sudah aktif menggunakannya.

Dikutip dari laman Kemenkes RSAB Harapan Kita, survey menunjukkan sekitar 87% anak-anak di Indonesia mengenal media sosial sebelum mencapai usia 13 tahun. Lebih miris lagi, sekitar 92% anak-anak dari keluarga berpenghasilan di bawah, mengenal media sosial lebih dini lagi.

Fenomena ini menimbulkan ragam dampak bagi perkembangan diri, interaksi sosial, serta peran orang tua dalam pengawasan penggunaan media sosial.

Dampak Penggunaan Media Sosial

Penggunaan media sosial dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi anak-anak. Di satu sisi, media sosial dapat menjadi sarana untuk belajar dan berinteraksi dengan teman sebaya. Anak-anak dapat mengakses informasi pendidikan dan berpartisipasi dalam kegiatan kreatif seperti membuat konten video.

Namun, di sisi lain, paparan terhadap konten yang tidak sesuai usia, seperti kekerasan dan pornografi, dapat mengganggu perkembangan emosional dan perilaku mereka.

Selain itu, kecanduan media sosial dapat mengakibatkan anak-anak lebih memilih berinteraksi secara online dibandingkan secara langsung dengan teman-teman mereka.

Peran Orang Tua yang Terlewat

Peran orang tua sangat krusial dalam mendampingi anak-anak menggunakan media sosial. Sayangnya, banyak orang tua yang kurang menyadari pentingnya pengawasan ini. Sebagian besar orang tua hanya memberikan akses tanpa memahami konten yang dikonsumsi anak mereka.

Ilustrasi anak dan orangtua. (Sumber: https://www.popmama.com
Ilustrasi anak dan orangtua. (Sumber: https://www.popmama.com

Penelitian menunjukkan bahwa orang tua sering kali tidak melakukan pengawasan yang mendalam terhadap aktivitas media sosial anak-anak mereka, sehingga anak-anak rentan terhadap risiko seperti penggunaan kata-kata buruk (bad words), cyberbullying dan eksploitasi online.

Dikutip dari laman Media Indonesia, salah satu perusahaan riset independen berbasis kecerdasan buatan (AI), Neurosensum, melakukan riset di Indonesia untuk melihat kesadaran dan kepedulian orang tua terhadap penggunaan media sosial oleh anak-anak mereka. 

NeuroSensum meluncurkan survei pada Februari lalu,  untuk mengetahui tentang pemahaman kesadaran penggunaan media sosial anak-anak di antara orang tua dan kekhawatiran mereka terhadap penggunaan media online oleh anak-anak.

Hasilnya,  para orangtua pada akhirnya memberikan akses media sosial agar anak sibuk dan orangtua dapat fokus mengerjakan pekerjaan mereka, meski belum memenuhi batas bawah usia akun media sosial. 

Selain itu, hasil riset NeuroSensum juga mengungkapkan adanya perbedaan durasi saat mengonsumsi konten media sosial di antara anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah dan tinggi. Pada usia yang sangat muda, anak-anak yang ada dalam rumah tangga berpenghasilan rendah menghabiskan lebih sedikit waktu di media sosial (2,4 jam sehari) dibandingkan teman seusia mereka di rumah tangga berpenghasilan tinggi (3,3 jam sehari). 

Riset ini mengungkapkan bahwa anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan kegiatan online seperti bermain game dan komunikasi online (masing-masing 65%), belajar secara daring dan mempelajari keterampilan baru (masing-masing 48%), pembaharuan status di media sosial dan menonton film atau serial di platform online (masing-masing 42%), membuat video di Tik Tok atau platform video pendek lainnya (37%), serta membaca buku atau komik di internet (30%).

Hasil riset juga menunjukkan bahwa sebanyak 81% orangtua di Indonesia yang telah mengenalkan media sosial ke anak-anaknya merasa khawatir terhadap konten yang bersifat kekerasan dan seksual. Selain itu, sebanyak  56% orang tua lainnya merasa khawatir terhadap konten yang bersifat perundungan atau bullying di dunia maya.

Orang tua seharusnya mengambil peran sebagai pendidik dan pelindung dengan m engajarkan anak tentang etika berinteraksi di dunia maya. Mereka perlu mengawasi dan memantau aktivitas online anak dan membatasi waktu penggunaan media sosial. Berkomunikasi dapat mendorong anak untuk berbagi pengalaman mereka di media sosial agar orang tua bisa memberikan bimbingan yang tepat.

Pengaruh Terhadap Opini Publik
Media sosial juga mempengaruhi opini publik, termasuk pandangan anak-anak terhadap isu-isu sosial. Dengan akses informasi yang luas, anak-anak dapat terpapar pada berbagai perspektif. Tanpa bimbingan yang tepat dari orang tua atau pendidik, mereka berpotensi besar untuk gagal membedakan antara informasi yang benar-benar valid dan hoaks. Hal ini tentu akan menyebabkan pembentukan opini yang salah atau tidak berdasar.

Cara Memahami dan Menggunakan Media Sosial Secara Bijak Orang tua juga perlu 
Ragam cara dapat diupayakan untuk meminimalisir dampak negatif dari penggunaan media sosial. Pendidikan Digital perlu diajarkan kepada anak tentang jenis konten yang aman dan tidak aman bagi mereka dan orang lain. 

Anak perlu mendapatkan bantuan untuk mengatur privasi akun mereka agar informasi pribadi terlindungi. Orang tua juga perlu menentukan batasan waktu penggunaan media sosial agar tidak mengganggu aktivitas penting lainnya (misalnya: belajar, makan, istirahat).

Diskusi terbuka juga perlu dilakukan sesering mungkin. Berdiskusi dengan anak tentang pengalaman mereka di media sosial dapat membantu pemahaman mereka. 

Hal yang paling penting juga adalah menjadi raw model bagi anak dengan menunjukkan contoh positif penggunaan media sosial yang baik melalui perilaku orangtua sendiri. Dengan pendekatan yang tepat, penggunaan media sosial dapat menjadi alat yang bermanfaat bagi perkembangan anak-anak jika didampingi dengan baik oleh orang tua.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun