Implikasinya menurut survey ini, sebesar 73,38% generasi Z yang menjadi bagian generasi sandwich merasa khawatir terhadap masa depan dirinya. Meraka juga akan merasa bersalah jika tidak memenuhi kebutuhan keluarganya tersebut.
Data lainnya juga menunjukkan, sekitar 40% dari generasi sandwich mengalami stres dan sekitar 50% lagi merasa kesulitan untuk memiliki tabungan pribadi atau membiayai pernikahannya.
Baca juga:Â Etika Hidup Bertetangga, Upaya Membangun Komunitas Inklusif yang Harmonis
 Kategori Generasi Sandwich
Seorang ahli perawatan lansia dan penuaan, Carol Abaya, mengelompokkan generasi sandwich menjadi tiga bagian.
Pertama, generasi sandwich kelompok tradisional. Generasi ini berada pada rentang usia 40 hingga 50 tahun. Mereka bertanggungjawab pada orang tuanya yang  telah tua, sekaligus merawat dan mencukupi kebutuhan anaknya dimasa perkembangannya.
Kedua, generasi sandwich klub. Generasi ini berada pada rentang usia 30 hingga 60 tahun. Mereka bertanggungjawab untuk merawat anaknya, orang tuanya, cucu, dan kakek-neneknya.
Ketiga, generasi sandwich wajah terbuka.  Bagian ini tidak memiliki batasan usia, namun  meliputi orang yang belum menikah, dan orang yang sudah menikah tetapi belum mempunyai anak. Mereka bertanggung jawab untuk menghidupi dan merawat orangtua yang sudah tua, termasuk saudara kandungnya.
Penyebab Adanya Generasi Sandwich
Ada beberapa hal yang menjadi penyebab terbentuknya generasi sandwich, mulai dari kurangnya literasi keuangan yang mempengaruhi kondisi keuangan keluarga hingga masalah internal keluarga.
Pemicu pertama terbentuknya generasi sandwich, salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan keuangan. Contohnya: Cadangan atau simpanan hari tua yang tidak ada. Hal ini mengakibatkan orangtua yang sudah tidak produktif harus bergantung kepada anaknya.