Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Etika Hidup Bertetangga, Upaya Membangun Komunitas Inklusif yang Harmonis

2 Desember 2024   18:32 Diperbarui: 3 Desember 2024   16:17 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Ilustrasi hidup bertetangga. (Sumber: SHUTTERSTOCK Via KOMPAS.com)

Hidup bertetangga adalah bagian integral dari kehidupan sosial kita. Dalam masyarakat yang plural, di mana terdapat beragam latar belakang budaya, agama, dan etnis, etika hidup bertetangga menjadi semakin penting.

Namun, hidup berdampingan dengan tetangga yang memiliki karakter unik seringkali membutuhkan effort yang luar biasa. Tidak jarang hidup berdampingan bersama mereka menguras emosi dan perasaan demi memperjuangkan kedamaian secara berdampingan.

Sayangnya, tidak semua pribadi memiliki cara pandang yang sama dalam hidup berdampingan sebagai tetangga.

Sikap egoisme dan mementingkan diri sendiri seringkali mendominasi pribadi-pribadi tertentu, sehingga rasanya perlu memperhatikan etika dalam hidup bertetangga.

Etika tidak hanya mengatur interaksi sehari-hari, tetapi juga berkontribusi pada terciptanya keharmonisan dan saling pengertian di antara warga.

Artikel ini akan membahas etika hidup bertetangga dalam konteks pluralisme, serta kelebihan dan kekurangan yang mungkin muncul, disertai saran-saran untuk meningkatkan hubungan antar tetangga.

Baca juga: Membangun Hubungan Sehat, Menjauh dari Toxic Friendship

Etika Hidup Bertetangga

Hidup dalam masyarakat yang plural memungkinkan individu untuk saling berinteraksi dengan tetangga dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan etnis.

Jika interaksi ini berjalan baik, dapat meningkatkan rasa toleransi antar sesama. Ketika tetangga saling menghormati perbedaan, mereka lebih mampu menerima dan memahami satu sama lain, sehingga mengurangi potensi konflik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun