Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Membangun Hubungan Sehat, Menjauh dari Toxic Friendship

20 November 2024   15:40 Diperbarui: 20 November 2024   15:49 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar teman toksik. (Sumber: https://www.fimela.com/lifestyle/read/5367607/8-ciri-teman-toxic-yang-perlu-diwaspadai)

Pertemanan atau persahabatan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan sosial seseorang. Sebagai makhluk sosial, seseorang akan membutuhkan orang lain sebagai temannya. 

Dalam kehidupan sosial, sebuah hubungan persahabatan yang baik sangat diperlukan dalam membentuk pribadi yang baik. Persahabatan dianggap juga mampu mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Namun, apakah semua hubungan persahabatan sudah pasti baik? Sangat mungkin terjadi dalam suatu jaringan pertemanan, ditemukan seorang teman yang merugikan. Tidak semua hubungan persahabatan bersifat positif.

Toxic Friendship 

Dalam suatu hubungan persahabatan, jika ditemukan ada satu pihak sering kali mendapatkan keuntungan, sementara pihak lainnya menderita, dapat dikatakan bahwa persahabatan model ini sebagai toxic friendship atau pertemanan beracun.

Hubungan persahabatan semacam ini dapat berdampak serius terhadap kesehatan mental seseorang yang terlibat.

Ciri-ciri friendship toxic dapat dikenali ketika dalam persahabatan itu ada salah satu pihak yang bersikap tidak peduli terhadap perasaan orang lain. Ia cenderung bersikap egois karena rasa empatinya berkurang. Dalam kondisi ini, salah satu pihak bersikap tidak peduli terhadap perasaan orang lain dan cenderung egois.

Kadang, seseorang yang dianggap toxic akan bersikap sebagai pengkritik. Ia lebih suka mengkritik tanpa memberikan saran yang konstruktif. Sikap suka mengkritik itu dapat membuat orang lain merasa rendah diri.

Teman yang selalu mengkritik merasa tertekan karena temannya terus-menerus mengkritik penampilannya, dan membuatnya merasa kurang percaya diri.

Seorang teman yang menjadi toxic bagi orang lain, cenderung bersikap manipulatif. Teman toxic akan berusaha mengontrol atau memanipulasi perilaku orang lain untuk kepentingan pribadi.

Dalam sebuah kelompok, seorang teman toxic selalu mengatur keputusan dan memaksa anggota lain untuk mengikuti keinginannya, tanpa mempertimbangkan pendapat mereka.

Ketika terlibat dalam perbincangan humor, teman toxic sering bercanda di luar batas. Humornya juga cenderung menyakitkan dan tidak sensitif sering kali menjadi bagian dari interaksi mereka.

Dalam interaksi komunikasi, canda yang menyakitkan berpeluang terjadi ketika seseorang dalam lingkaran pertemanan sering bercanda tentang kegagalan orang lain. Tanpa disadari hal tersebut menyakiti perasaan teman-temannya.

Teman toxic memiliki ketergantungan emosional. Tidak jarang, teman toxic datang hanya jika membutuhkan dukungan, tetapi ia tidak memberikan dukungan yang sama saat dibutuhkan teman lainnya.

Dampak Kesehatan Mental

Lingkungan persahabatan toxic yang tidak mendukung dan penuh kritik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental seperti peningkatan stres dan kecemasan

Dalam persahabatan toxic, kesehatan mental dapat mengalami gangguan, misalnya perasaan tidak berharga karena dikritik terus menerus. Hal ini berpotensi untuk memicu terjadinya depresi.

Dalam kondisi tertentu, persahabatan toxic dapat mengganggu waktu istirahat dan membuat  pikiran negatif terus berputar sehingga menyebabkan gangguan tidur.  Orang merasa tidak nyaman dalam hubungan persahabatannya tersebut.

Ketidakpastian dalam hubungan dapat membuat individu merasa tidak aman dan meragukan diri sendiri. Teman toxic bersikap ketergantungan hanya saat memerlukan bantuan saja. Teman seperti itu hanya muncul ketika membutuhkan bantuan tetapi menghilang saat dibutuhkan dukungan emosional.

Lingkungan yang negatif dalam sebuah kelompok pertemanan di mana semua anggota saling menjatuhkan dan membicarakan keburukan satu sama lain di belakang.

Mengatasi Pertemanan Toxic

Menghadapi situasi toxic friendship memerlukan keberanian dan kesadaran diri untuk berbicara terbuka. Berbicara terbuka akan sangat diperlukan. Jika memungkinkan, ada komunikasi untuk menyampaikan perasaan kepada teman tersebut dan melihat apakah ada perubahan.

Perlu menetapkan batasan dalam interaksi agar tidak terjebak dalam perilaku negatif. Dukungan lain mungkin akan diperlukan. Oleh karena itu teman atau lingkungan baru yang lebih positif diperlukan untuk mendukung kesehatan mental.

Insight

Toxic friendship adalah fenomena yang umum terjadi dalam kehidupan sosial. Meskipun sulit untuk meninggalkan hubungan semacam ini, penting untuk menjaga kesehatan mental dengan mengenali tanda-tanda toksisitas dan mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri. Dengan demikian, individu dapat menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat dan mendukung kesejahteraan mental mereka.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun