Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kesetaraan Menjadi Isu Pertengkaran

12 November 2024   19:00 Diperbarui: 12 November 2024   19:51 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kesetaraan. (Sumber: https://catatanseorangofs.wordpress.com/tag/perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur/)

Baca juga: Gas CO2, Tertinggi Sepanjang Sejarah Manusia

Merefleksikan Pesan Moral

Ketika merenungkan kisah di atas, saya menemukan beberapa aspek penting yang berkaitan dengan keadilan, kemurahan hati, dan sikap hati manusia.

Ilustrasi kesetaraan dalam pemberian. (Sumber: https://catatanseorangofs.wordpress.com/tag/perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur/)
Ilustrasi kesetaraan dalam pemberian. (Sumber: https://catatanseorangofs.wordpress.com/tag/perumpamaan-tentang-orang-orang-upahan-di-kebun-anggur/)

Kesatu, soal kesetaraan dalam pemberian. Kisah ini menekankan bahwa semua pekerja, terlepas dari kapan mereka dipanggil untuk bekerja, menerima upah yang sama. Ini menunjukkan bahwa dalam konteks kemanusiaan di hadapan Sang Pencipta, berkat dan kesempatan menuju surga tidak ditentukan oleh lama atau kerasnya usaha seseorang, tetapi oleh kemurahan hati Sang Pencipta. Setiap orang memiliki nilai yang sama di hadapan-Nya.

Kedua, soal sikap iri hati. Ketika para pekerja yang datang lebih awal merasa iri terhadap pekerja yang datang belakangan tetapi menerima upah yang sama, tuan rumah mengingatkan mereka untuk tidak iri hati. Menurut saya, pesan ini sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari, di mana orang sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Iri hati dapat merusak hubungan dan menghalangi seseorang untuk bersyukur atas apa yang dimilikinya.

Ketiga, hak prerogatif Sang Pencipta. Tuan dalam kisah di atas melambangkan DIA yang memiliki hak penuh untuk memberikan berkat-Nya sesuai dengan kehendak-Nya. DIA bebas menggunakan milik-Nya seperti yang DIA inginkan, termasuk menunjukkan kemurahan kepada siapa pun. Sang Pencipta berhak atas segala sesuatu dengan cara-Nya dalam memberikan berkat kepada umat-Nya yang tidak selalu bisa dipahami oleh manusia.

Keempat, panggilan untuk semua. Sang Pencipta memanggil semua orang untuk bekerja di kebun anggur-Nya tanpa memandang latar belakang atau waktu kedatangan mereka. Hal ini menunjukkan inklusivitas-Nya, di mana setiap orang, yang percaya sejak muda maupun yang baru datang di akhir hidupnya, memiliki kesempatan yang sama untuk menerima kebaikan-Nya.

Kelima, kesadaran akan kasih karunia. Saya merasa perlu untuk menyadari bahwa layak masuk ke kediaman-Nya adalah anugerah, bukan hasil dari usaha manusia. Pekerja-pekerja dalam perumpamaan itu tidak mendapatkan upah berdasarkan seberapa keras mereka bekerja, tetapi karena kemurahan hati tuan mereka.

Keenam, sikap hati yang benar. Akhir dari kisah ini menekankan pentingnya memiliki sikap rendah hati dan bersyukur atas apa yang diterima daripada merasa lebih baik atau lebih berhak dibandingkan dengan orang lain. Dengan memahami pesan-pesan ini, rasanya penting untuk belajar hidup dengan lebih bijaksana dan penuh kasih sayang, menghargai setiap individu sebagai ciptaan Allah yang berharga, menghindari sikap iri hati, dan kesombongan dalam hidup sehari-hari.

Refleksi Pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun