Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sepenggal Kisah Si Samaria yang Murah Hati

11 November 2024   19:00 Diperbarui: 11 November 2024   20:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berbagi kepada orang lain. (Sumber: indonesiaberbagi.id/manfaat-berbagi-bagi-kesehatan)

Di sebuah desa kecil, di tengah perjalanan antara dua kota, terdapat sebuah jalan yang sering dilalui oleh para pelancong. Jalan ini, meskipun indah, juga memiliki sisi gelap. Banyak orang yang melewati jalan ini menjadi korban perampokan dan kekerasan. 

Suatu hari, seorang pria dari kota yang berbeda sedang dalam perjalanan. Ia adalah seorang pedagang yang baik hati dan selalu berusaha membantu sesama.Saat ia melangkah di jalan itu, tiba-tiba sekelompok penjahat muncul dan menyerangnya. Mereka merampas semua barang berharga yang dimilikinya dan meninggalkannya tergeletak di tepi jalan, terluka dan tidak berdaya. 

Beberapa saat kemudian, seorang pemuka agama lewat. Melihat pria itu terbaring, ia merasa kasihan tetapi memilih untuk menyeberang ke sisi lain jalan dan melanjutkan perjalanannya. Begitu pula seorang Levite, yang juga melihat keadaan pria tersebut tetapi tidak berani menghampiri.

Namun, tidak lama setelah itu, seorang Samaria datang. Masyarakat pada waktu itu sering memandang rendah orang Samaria karena perbedaan budaya dan keyakinan. Ketika Si Samaria melihat pria yang terluka itu, hatinya dipenuhi dengan rasa empati. Tanpa ragu, ia menghampiri dan memeriksa keadaan pria tersebut. 

Melihat luka-lukanya yang parah, Samaria itu segera mengambil tindakan.Ia mengeluarkan minyak dan anggur dari tasnya untuk membersihkan luka-luka sang pria. Dengan lembut, ia membalut luka-lukanya dan mengangkatnya ke atas keledainya. 

Baca juga: ACI-Anak Indonesia Berkarya Goes to SD Bellarminus Jakarta

Meskipun perjalanan mereka masih panjang, Samaria itu tidak memikirkan kesulitan yang akan dihadapinya. Ia membawa pria itu ke sebuah penginapan terdekat dan merawatnya dengan penuh perhatian.Setelah memastikan bahwa pria tersebut mendapatkan perawatan yang layak, Samaria itu memberikan uang kepada pemilik penginapan dan berkata, "Rawatlah dia dengan baik. Jika ada biaya tambahan yang diperlukan untuk pemulihannya, saya akan menggantinya saat saya kembali." 

Harta Terpendam Di Balik Kisah

Tergelitik sekali membaca kisah Si Samaria ini. Ia sedang menunjukkan profil kebaikan hati yang  tidak mengenal batasan suku atau agama. Ia memberi pesan moral tentang kasih sayang yang tidak mengenal "warna". Pengajaran tentang moral dan etika kemanusiaan yang ditunjukkan dengan peduli terhadap sesama. 

Ilustrasi berbagi kepada orang lain. (Sumber: indonesiaberbagi.id/manfaat-berbagi-bagi-kesehatan)
Ilustrasi berbagi kepada orang lain. (Sumber: indonesiaberbagi.id/manfaat-berbagi-bagi-kesehatan)

Dalam kehidupan sehari-hari tidak jarang orang dihadapkan pada dua pilihan yaitu membantu atau mengabaikan orang lain. Terkadang oran justru terjebak dalam rutinitasnya sendiri atau terpengaruh oleh prasangka yang ada di masyarakat. 

Orang Samaria ini menunjukkan bahwa kebaikan sejati melampaui semua batasan. Kebaikan hati bukan hanya tentang memberi bantuan kepada orang-orang yang mirip dengan kita atau berada dalam lingkaran sosial kita. Ini adalah tentang melihat kemanusiaan dalam diri setiap individu tanpa memandang latar belakang mereka. Kesadaran atau sudut pandang terhadap posisi kemanusiaan setiap manusia di hadapan Penciptanya.

Dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan konflik dan perpecahan, tindakan sederhana seperti membantu orang lain dapat membawa perubahan besar.Pesan dari perumpamaan ini menjadi sebuah renungan pribadi dalam praktik hidup sehari-hari. 

Baca juga: Momentum Hari Pahlawan di Era Digital (Bagian 1)

Pertanyaan refleksi lain yang muncul ketika melihat seseorang dalam kesulitan sedangkan kita berada di seberang jalan. Apakah kita akan memilih untuk menyeberang jalan atau menghampiri mereka? Kebaikan adalah bahasa yang universal dapat menyatukan semua orang, terlepas dari sekat-sekat perbedaan agama, budaya, pendidikan, status sosial, kekayaan, dan lain-lain

Terbersit sebuah pesan moral: apakah kita dapat menjadi seperti Si Samaria. Menjadi "Samaria" dalam kehidupan kita sendiri, kita dapat menciptakan dunia yang lebih baik bagi semua orang. Bagaimana cara mengalahkan ego personal ketika dihadapkan pada persoalan seperti yang dialami Si Samaria?***

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun