Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Menakar Pola Asuh Anak terhadap Interaksi dalam Lingkungan Sosialnya

11 September 2024   21:24 Diperbarui: 12 September 2024   21:29 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi lingkungan sosial, sumber: https://www.orami.co.id/magazine/perkembangan-sosial

Cara mendidik yang dilakukan oleh orang tua memiliki dampak besar terhadap pertumbuhan karakter dan tingkah laku anak. Salah satu contoh pola asuh yang sering menyebabkan masalah adalah ketika orangtua terlalu berlebihan dalam merespons situasi yang melibatkan anak di sekolah. Pola asuh yang salah tersebut bisa menghambat perkembangan sosial anak dan memisahkan mereka dari lingkungan sosial yang sehat.

Secara harafiah, pola asuh orang tua merupakan cara terbaik yang ditempuh oleh orang tua dalam mendidik anak untuk mewujudkan tanggung jawabnya terhadap anak (Arjoni, 2017).

Pendapat lain menyebutkan bahwa pola asuh perupakan pola pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak. Pola pengasuhan orang tua meliputi perlakuan terhadap anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan sampai dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik dan sesuai dengan kehidupan masyarakat (Fitriyani,, 2015)

Secara singkat dapat dikatakan bahwa pola asuh orang tua terhadap anak merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak selama mengadakan kegiatan pengasuhan untuk membentuk perilaku anak yang baik.

Respon Berlebihan Orangtua di Sekolah

Seringkali kita melihat orangtua bereaksi secara berlebihan bahkan emosional ketika anak mereka mengalami masalah di sekolah. Misalnya: nilai rendah, konflik dengan teman, atau teguran dari guru. Daripada membiarkan anak belajar mengatasi masalah, sebagian orangtua lebih memilih ikut campur langsung, bahkan menegur guru atau teman anak mereka. Upaya untuk melindungi anak dari rasa kecewa atau kegagalan mungkin dilakukan, tetapi hal tersebut dapat berdampak negatif pada pertumbuhan emosional anak.

Anak-anak yang sering melihat orangtua mereka overreact cenderung kesulitan menangani masalah sendiri. Anak-anak semakin bergantung pada orangtua dalam menyelesaikan pertikaian, yang dapat menghambat kemampuan mereka untuk menjadi mandiri dan menyelesaikan masalah sendiri di masa depan. Tak hanya itu, guru atau pihak sekolah mungkin merasa kurang nyaman bekerja bersama orangtua yang terlalu sering ikut campur dalam segala situasi kecil, sehingga hubungan antara sekolah dan keluarga bisa terganggu.

Kesalahan Pola Pengasuhan di Masyarakat

Penting sekali dalam menciptakan perlindungan anak. Namun, pengasuhan yang terlalu protektif atau "helicopter parenting" juga dapat membuat anak sulit berinteraksi dalam lingkungan sosial. Orangtua yang selalu ingin melindungi anaknya dari segala kesulitan, tanpa disadari, membatasi kesempatan anak untuk belajar berinteraksi dengan teman sebaya dan menyelesaikan konflik.
Contohnya, jika orangtua selalu mengontrol pertemanan anak atau melindungi mereka dari segala kekecewaan, maka anak akan terhalang untuk belajar keterampilan sosial penting seperti kompromi, empati, dan penyelesaian konflik. Individu yang dididik dengan cara tersebut sering kali berkembang menjadi individu yang canggung dalam interaksi sosial, kurang yakin dengan diri sendiri, dan sulit berkolaborasi dengan orang lain.

Tidak hanya itu, cara mendidik yang terlalu membatasi anak dari interaksi sosial yang berbeda-beda dapat menghasilkan individu yang tertutup dan kurang menerima perbedaan. Seorang anak yang terlalu diatur atau dilindungi bisa kesulitan beradaptasi di lingkungan yang lebih luas ketika dewasa, misalnya di tempat kerja atau di masyarakat.

Menciptakan Keseimbangan dalam Mendidik Anak

Ilustrasi lingkungan sosial, sumber: https://www.orami.co.id/magazine/perkembangan-sosial
Ilustrasi lingkungan sosial, sumber: https://www.orami.co.id/magazine/perkembangan-sosial

Agar dapat mengatasinya, orangtua memang perlu belajar menjaga keseimbangan dalam mendampingi anak tanpa terlalu ikut campur. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan kegagalan mereka agar bisa mengembangkan kemandirian, tanggung jawab, dan keterampilan sosial yang essensial dalam menjalani kehidupan.

Orangtua dapat memulai dengan mendengarkan anak dan memberi mereka kesempatan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri. Apabila anak mengalami masalah di sekolah, orangtua harus memberikan dukungan emosional sambil mendorong anak untuk berbicara dengan guru atau teman-temannya sendiri. Orangtua dapat menjadi panduan bagi anak-anak, bukan sebagai pelindung yang menyelesaikan semua permasalahan mereka.

Sementara itu, orangtua juga harus menyadari bahwa interaksi sosial anak, termasuk masalah dan perdebatan, merupakan komponen vital dari proses belajar. Dengan memberikan dukungan kepada anak-anak dalam menghadapi situasi sosial, orangtua membantu mereka untuk mengembangkan keterampilan yang penting untuk hidup dalam masyarakat dengan baik dan bertanggung jawab.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun