Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Di Balik Buku Doa yang Tak Terucapkan

20 Agustus 2024   22:18 Diperbarui: 20 Agustus 2024   23:40 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tertegun ketika melihat sebuah keluarga yang tinggal tidak jauh dari tempat tinggal saya. Keluarga mereka begitu harmonis, tampak bahagia dengan previlage kehidupan yang mereka miliki. Menurut saya, mereka sungguh sangat beruntung mendapatkan kebaikan-kebaikan itu. 

Saya mulai menarik ke dalam diri, mencoba membandingkan kehidupan mereka dengan kehidupan saya. Ah, rasanya jauh sekali. Mengapa perbedaan itu begitu mencolok ya. Rasanya, saya dan anggota keluarga terus berusaha maksimal untuk menciptakan model sebuah keluarga yang baik. 

Memang, kondisi masing-masing keluarga itu berbeda-beda dan tidak dapat dibanding-bandingkan.  Ada keluarga yang memiliki kehidupan "sempurna" seperti yang saya gambarkan tadi. Ada juga keluarga-keluarga yang memiliki aneka keterbatasan tetapi hidup dengan rasa sukacita. 

Ada juga keluarga-keluarga yang hidupnya dipenuhi previlage yang "sempurna" tetapi kondisi psikologis keluarganya tidak dalam keadaan sukacita dan bahagia. Tetapi, ada banyak juga realita keluarga yang serba kekurangan hidup dalam kondisi yang memprihatinkan.

Adakah Ukuran Keluarga Sempurna?

Rasanya saya agak sulit untuk menjawab pertanyaan tentang ukuran sempurna mengingat ada ragam perspektif orang tentang hal itu. Tentu, banyak orang sependapat bahwa sempurna dan bahagianya sebuah keluarga tidak diukur oleh sejumlah uang atau benda berharga atau tingginya kedudukan seorang di masyarakat. Dari perspektif pribadi, orang tua saya hanya mewariskan sebuah statement sederhana tentang keberadaan cinta dalam keluarga untuk menghadirkan sukacita, bukan tentang ukuran kesempurnaan itu.

Para leluhur kita memberikan banyak petuah-petuah berharga yang bersumber dari pengalaman -pengalaman hidup mereka. Ada banyak kata-kata yang bisa menjadi sumber kekuatan dan sukacita, misalnya: keluarga adalah ladang pahala yang penuh dengan kebahagiaan, keluarga memang tidak sempurna, tetapi penuh dengan kesederhanaan, keluarga menjadi tempat berteduh dari segala masalah duniawi, keluarga adalah anugerah terindah dari Sang Pencipta, dan masih banyak lagi.

Nasihat Bijak

Seorang sahabat pernah mengatakan bahwa hidup itu dinamis. Begitu pula kehidupan dalam keluarga. Situasinya tidak akan selalu sama, baik dalam internal keluarga itu, maupun dengan banyak keluarga lainnya.    

Saya pernah mendengar nasihat bijak dari negeri Tirai Bambu: Setiap keluarga mempunyai satu buku doa yang sulit diucapkan (Every household has a pray book which is difficult to supplicate). Saya merefleksikan buku doa yang sulit diucapkan itu  sebagai sebuah kekurangan yang perlu diperbaiki, dipelajari, dan direfleksikan dengan rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama.

Suatu keluarga, betapapun bahagianya dilihat dari luar, pasti memiliki masalah atau kesulitan yang dihadapi. Oleh karena itu, jika suatu keluarga mengalami kesulitan, hendaknya tidak berpikir bahwa kesulitan itu hanya menimpa keluarga tertentu saja.

Keluarga perlu berusaha untuk mengatasi seraya memohon kepada Tuhan agar diberikan kemampuan dan kekuatan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ah, rasanya saya tidak memiliki kepantasan yang cukup untuk mengatakan hal ini kepada orang lain. Yang saya harapkan ketika menuliskan ini, saya ingin terus belajar dan diingatkan melalui tulisan ini, agar saya bisa menjalankan nasihat-nasihat bijak itu dalam keluarga.***  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun