Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sibuk Bekerja, Bekerja Keras atau Bekerja Cerdas?

28 Juli 2024   21:18 Diperbarui: 28 Juli 2024   21:35 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kerja keras, sumber: steemit.com/indonesia/@nasruddinn

Ketika berada di tempat kerja, acap ditemui orang yang masih bekerja, meskipun waktu untuk  pulang  sudah berlalu. Dalam kondisi tertentu, ada orang yang senang bekerja dengan intensitas tinggi (workaholic). Tentu ada banyak alasan orang untuk tetap berada di tempat kerja. Namun, pernahkan terpikir apa yang sedang mereka kerjakan? Bagaimana mereka mengelola pekerjaannya?

Istilah workaholic sendiri diidentikkan kepada orang yang yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan, pekerjaan menjadi prioritas utama dibandingkan kesibukan lainnya. Keadan ini menyebabkan pikiran seseorang didominasi dengan pekerjaan. Akibatnya, orang mudah overthinking saat tugas kantor belum selesai. Sebaliknya, ada orang yang berusaha bekerja cerdas dengan menitikberatkan pada hasil yang mau dicapai. Mereka tidak suka bekerja terlalu lama dan berusaha menggunakan strategi. 

Workaholic, Work Hard, Work Smart

Pada akhirnya, akan muncul perbedaan antara orang yang "sibuk bekerja" (workaholic), "bekerja keras" (work hard) dan "bekerja cerdas" (work smarter). Istilah-istilah ini bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, misalnya dari sudut pandang tujuan dan hasil, pengelolaan waktu, efektivitas, perencanaan dan strategi, pengelolaan eneri dan penggunaan teknologi.

Jika dilihat dari tujuan dan hasil yang hendak dicapai, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras akan berpusat pada volume tugas atau aktivitas yang dikerjakan tetapi tidak memperoleh hasil signifikan yang dicapai. Sedangkan, orang yang produktif akan fokus pada hasil dan akibat yang ditimbulkan. Indikatornya adalah hasil yang dicapai apakah memberi nilai tambah atau tidak.

Dari perspektif pengelolaan waktu, sibuk bekerja dan bekerja keras akan menghabiskan banyak waktu karena melakukan banyak tugas sekaligus tanpa skala prioritas. Akibatnya, energi menjadi terpecah-pecah. Sedangkan bekerja cerdas akan fokus pada hal-hal penting dan mendesak. Waktu untuk mengerjakannya akan dikelola dengan efisien.

      Baca juga : Vaksin Polio untuk Kesehatan Anak, Apa yang Perlu Diketahui?

Dari sisi efektivitasnya, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras bisa melakukan sesuatu secara multitasking. Cara ini sering kali menurunkan kualitas pekerjaan dan berpotensi menciptakan kesalahan. Sedangkan orang yang bekerja cerdas, biasanya melakukan satu tugas dalam satu waktu secara penuh dan fokus. Hasilnya dianggap lebih baik dan memiliki kualitas.

Berkaitan dengan perencanaan dan strategi, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras sering kali tidak memiliki perencanaan yang matang. Biasanya, orang akan lebih reaktif terhadap situasi daripada bersikap proaktif. Bahkan, cenderung melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak produktif. Sedangkan orang yang bekerja cerdas akan berusaha untuk memiliki perencanaan dan strategi yang jelas untuk mencapai berdasarkan skala prioritas dan urgensinya.

Dalam pengelolaan energi, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras akan cenderung menghabiskan energinya untuk melakukan banyak hal tanpa memperhatikan sisi manfaat dari istirahat. Akibatnya, muncul perasaan stres dan kelelahan. Bagi orang yang bekerja cerdas akan mengelola energinya dengan baik, menyediakan waktu untuk beristirahat agar bisa tetap fokus dan efektif.

Dalam hal pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu, orang yang sibuk bekerja dan bekerja keras cenderung menggunakan teknologi secara berlebihan tanpa benar-benar meningkatkan produktivitas. Misalnya menggunakan berbagai aplikasi yang diketahuinya. Sedangkan pekerja cerdas menggunakan teknologi sebagai alat bantu dengan bijak untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pekerjaan. Misalnya: membuat daftar to do list dan time management system.

Singkatnya, "sibuk bekerja" atau "bekerja keras" sering kali dikaitkan dengan melakukan banyak hal. Sementara, "bekerja cerdas" dimaknai sebagai tindakan untuk melakukan hal yang benar dengan cara yang tepat untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Contoh Praktis:

  • Sibuk bekerja: seorang karyawan selalu terlihat sibuk dengan banyak aktivitas kerja tanpa menentukan skala prioritas. Pada akhirnya beberapa pekerjaan menjadi tidak selesai secara bersamaan. Bisa saja, salah pekerjaan itu merupakan prioritas yang harus diselesaikan.
  • Bekerja cerdas: seorang karyawan yang melakukan identifikasi tugas-tugas prioritas yang perlu diselesaikan lebih dulu (mendesak), mengatur waktu dengan baik, dan fokus menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan efisien.

Insight

Perlu juga memahami perbedaan cara kerja seperti ini. Seseorang dapat berusaha bekerja dengan cerdas (work smarter) agar lebih produktif daripada sekadar terlihat sibuk bekerja.  Tentu, concern-nya adalah memanfaatkan waktu dan energi yang dihabiskan bisa memberikan hasil yang lebih berarti.***
        Baca juga : Hits Sekali, Terkenang Selamanya, Fenomena One Hit Wonders

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun