Setiap pagi, keluarga kami selalu menjalani "ritual" yang hampir sama setiap hari. Sebagian "ritual" itu berupa penyajian sarapan pagi bagi anak-anak. Mereka selalu membawa bekal makanan ke sekolah. Saya pun demikian, selalu membawa makanan ke tempat pekerjaan. Lumayan untuk mengirit pengeluaran di siang hari pada jam makan. Biasanya, saya membawa nasi goreng dengan sosis dan bakso, serta nugget. Kadang-kadang, membawa nasi putih dengan lauk nugget dan sosis.Â
Persoalan penyajian makanan di pagi hari ini dialami oleh banyak ibu-ibu. Sebagian, ada yang memilih cara instan dengan memesan makanan cepat saji secara online. Tetapi, tidak sedikit juga yang memilih cara sederhana dengan memasak aneka olahan makanan cepat saji (fast food) seperti: bakso, sosis, dan nugget. Contoh makanan ini bahkan sudah semakin banyak yang berupa frozen food.
Sebagai informasi, fast food adalah salah satu jenis makanan olahan cepat saji yang dapat disajikan dengan cepat dan praktis. Cukup dengan memasak atau menghangatkan sekitar kurang dari 5 menit, makanan sudah tersaji. Tentu saja, jenis olahan makanan seperti ini menjadi pilihan para ibu, tidak terbatas pada penyajian untuk pagi hari.
Makanan fast food disukai oleh berbagai kalangan usia mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa. Alasan praktis, enak, cepat , dan mengenyangkan  menjadi alasan utama makanan ini menjadi favorit. Maka, tidak mengherankan, jika kemudian muncul banyak toko yang menjual aneka jenis makanan olahan ini. Perkembangan usaha penjualan  cukup pesat pasca pandemi Covid-19 lalu.
Kandungan Nugget
Berdasarkan data yang dikutip dari Katadata.com, sebanyak 79 persen dari responden yang menjadi konsumen, mengkonsumsi ayam krispi. Sebanyak 56 persen dan 42,9 persen mengkonsumsi kentang goreng dan burger. Makanan cepat saji menjadi salah satu makanan cepat saji yang memiliki kandungan kolesterol yang tinggi.Â
Dikutip dari laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan, makanan cepat saji biasanya mengandung banyak kalori, lemak jenuh, gula, dan garam. Tidak ketinggalan faktor bahan pengawet dan pewarna makanan, sedikit banyak mungkin tersaji di dalamnya. Namun, tidak banyak orang yang mengetahui jumlah kandungan gizi yang terkandung dari makanan cepat saji tersebut.
Efek Samping Fast Food
Pada dasarnya, memakan makanan cepat saja sesekali tentu tidak menjadi persoalan. Yang perlu diperhatikan adalah konsumsi yang berlebihan dan terus menerus. Dampak negatif yang paling disorot sebagai efek dari konsumsi makanan cepat saji adalah kegemukan (obesitas), diabetes, kolesterol, dan stroke. Lebih jauh, kegemukan dapat menimbulkan persoalan lain seperti sesak nafas.
Dikutip dari laman Bali Royal Hospital, gula pada makanan cepat saji dapat merusak gigi. Kegemukan yang diakibatkannya juga mempengaruhi kepadatan tulang dan kesuburan hormon reproduksi.
Pada laman instagram, akun healthyolifetoday menampilkan bahwa beberapa jenis makanan olahan seperti nuggets dan hotdog berpeluang untuk menimbulkan kolesterol yang tinggi, termasuk bagi anak-anak. Saya sendiri agak terpengaruh dengan hal ini. Rasanya agak miris membayangkan jika diusianya yang sangat belia, anak-anak kini berpeluang untuk mengalami diabetes, kolesterol, dan obesitas.
Saya pun berpikir, daripada menggunakan obat kolesterol seumur hidup, alangkah baiknya jika saya fokus pada penyediaan makanan yang sehat dan bergizi. Belajar dari hasil penelitian yang menunjukkan tentang akibat dari konsumsi daging olahan secara terus menerus dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan yang serius.Â
Insight
Ternyata, hal yang mudah dan instan itu tidak selalu baik. Belajar dari pengetahuan tentang makanan cepat saji ini membuat saya untuk membuat pilihan yang lebih sehat untuk kehidupan yang lebih baik khususnya bagi anak-anak. Biarlah merasakan capek sedikit, tapi ada tindakan antisipatif bagi kesehatan anak di masa depan. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H