Kemarin, para guru yang ada di SD Santo Bellarminus, Jakarta, mengikuti rapat kerja (raker) bersama. Dalam raker kali ini, para guru diberikan pembekalan informasi dan pengetahuan mengenai pencegahan bullying dan menjaga kesehatan mental. Kedua materi disajikan dalam dua sesi yang berbeda. Sesi kedua tentang kesehatan mental tampak lebih menarik bagi peserta.
Hal ini disebabkan cara penyajian yang dikemas secara menarik oleh narasumber. Mengingat, sesi kedua disajikan pada waktu siang hari setelah makan siang. Tentu, risiko yang akan dihadapi pasca makan siang, disadari betul oleh narasumber sebagai waktu berisiko 'mengantuk'. Narasumber yang mengisi materi ini adalah Ibu Hanlie Muliani, M. Psi, Psikolog, Founder & Developer SOA (Sahabat Orangtua & Anak).
Ketika mendengar kata-kata 'kesehatan mental', masyarakat umumnya cenderung berpikir antara waras dan tidak waras. Sebenarnya, apakah yg dimaksud dengan kesehatan mental?
Mengutip dari WHO, Ibu Hanlie mengatakan bahwa kesehatan mental adalah keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seseorang mengatasi tekanan hidup, menyadari kemampuannya, belajar dengan baik dan bekerja dengan baik, serta berkontribusi pada komunitasnya.
Dikutip dari wikipedia.org, kesehatan mental adalah tingkatan kesejahteraan psikologis atau ketiadaan gangguan jiwa. Contoh masalah kesehatan mental secara umum terdiri dari beberapa jenis, yaitu: kondisi sehat, gangguan kecemasan, stres, dan depresi.
Menurut Ibu Hanlie, kesehatan mental dapat berubah-ubah. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang, misalnya faktor genetik, trauma masa lalu, pola hidup tidak sehat, dan mungkin cedera otak. Kesehatan mental sangat penting diperhatikan mulai sejak kecil hingga dewasa.
    Baca juga: Life Skill Sebagai Modal Kemandirian Anak
Penyebab Gangguan Kesehatan Mental
Sebagai pendidik, guru perlu mengamati perubahan yang menyebabkan penurunan minat dan aktivitas belajar pada siswa. Beberapa guru dalam raker mendeskripsikan persoalan umum yang dialami siswa. Persoalan siswa di setiap jenjangnya tentu berbeda-beda sesuai tahapan perkembangan usianya. Pada siswa TK sampai SD awal, persoalan umum yang dihadapi siswa biasanya soal interaksi sosial, misalnya: rebutan mainan, minta ditemani orangtuanya, dan manja.
Pada siswa SD lanjutan, persoalan umum yang dihadapi umumnya soal pertemanan, misalnya tidak diajak bermain. Pada siswa SMP, persoalan umum yang dihadapi siswa  biasanya juga masih seputar pertemanan dan perasaan minder pada pekerjaan orang tua. Beberapa sudah memiliki persoalan tentang saling suka kepada lawan jenis. Pada siswa SMA, persoalan yang dihadapi cenderung soal perasaan cinta kepada lawan jenis.
Secara umum, pada remaja, faktor lain yang dapat berisiko mengganggu kesehatan mental adalah kesulitan menemukan jati diri (krisis identitas). Para remaja cenderung mendapatkan persepsi yang keliru dari media sosial, mendapat tekanan dari lingkungan sekitarnya karena perbedaan gender.
Kebiasaan yang Mengganggu Kebiasaan Mental
Menghadapi kemungkinan bahwa gangguan kesehatan mental dapat terjadi secara berulang, ada baiknya mengetahui beberapa kebiasaan atau sikap yang bisa mengganggu kesehatan mental. Harapannya, dengan mengetahui kebiasaan ini, orang dapat menghindari diri dan berusaha memperbaikinya.
Sikap berpotensi membuat orang tidak mempunyai harapan yang baik. Orang akan cenderung mudah putus asa dan menyerah pada keadaan. Kemudian, sikap perfeksionis yang menganggap semua hal harus sempurna dan tanpa cacat. Sikap seperti ini berpotensi menimbulkan kecemasan.
Perasaan minder atau rendah diri dapat mengganggu kesehatan mental. Kebiasaan ini cenderung suka membanding-banding diri dengan orang lain. Kebiasaan berpikiran negatif (obesif) juga kurang baik. Tidak jarang kebiasaan ini menimbulkan kecemasan akan terjadinya sesuatu yang buruk. Misalnya, sering mengecek gadget karena khawatir ada yang menghubungi dan dia melewatkannya.
Kebiasaan lain yang mengganggu adalah 'mager'. Istilah ini biasa didengar di kalangan remaja untuk menggambarkan kebiasaan tidak beraktivitas. 'Mager' adalah akronim dari malas gerak. Orang yang malas bergerak cenderung mengalami depresi. Pikiran akan 'terpenjara' sesaat dan tidak berpikir kreatif. Kebiasaan memendam amarah juga tidak baik. Kebiasaan ini berpotensi menimbulkan kebencian yang mendalam karena persoalan yang ada tidak diselesaikan segera.
     Baca juga: Agri Field Trip Sarana Edukasi Go Green
Dampak Kesehatan Mental
Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik, biasanya cenderung lebih fokus, kreatif, dan produktif dalam menjalankan aktivitasnya. Jika kondisi kesehatan mental stabil, seseorang bisa mengelola stres dengan lebih baik sehingga ia tetap fokus pada aktivitasnya.
Sebaliknya, jika kondisi kesehatan mental seseorang terganggu, biasanya akan muncul konflik, perasaan tidak bahagia, dan kesulitan menjalin relasi dengan dengan orang lain (anggota keluarga dan teman). Ia akan merasa sendirian di tengah keramaian.
Cara Menjaga Kesehatan Mental
Untuk menjaga kesehatan mental, siapapun dapat memulai dengan cara menghargai diri sendiri. Setiap pribadi perlu membiasakan untuk melihat diri dan memperlakukan diri sendiri secara positif. Misalnya meluangkan waktu untuk diri sendiri (me time) seperti menyalurkan hobi.
Sebenarnya ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan mental. Misalnya: beristirahat dengan cukup, mengobrol dengan sahabat atau anggota keluarga yang disayangi, lebih sering berdoa, mencoba hobi alternatif baru, berolahraga, mengatur pola makan, menghindari pergaulan yang tidak sehat, atau melakukan meditasi.
Pada dasarnya, berusaha melakukan banyak kegiatan yang positif dan produktif sangat membantu untuk menciptakan kesehatan mental. Orang yang memiliki kesehatan mental yang baik akan terlihat dari sikap dan perilakunya. Mereka cenderung lebih terbuka dan mudah menerima masukan orang lain, bertanggung jawab, dan mengerti hal-hal yang menjadi prioritas dalam hidupnya.
Selain itu, orang yang sehat mentalnya mau belajar dari pengalaman sebelumnya, mudah berinteraksi dengan teman-temannya, percaya diri, dan tahu kapan mengatakan 'tidak' pada hal-hal yang tidak bermanfaat dalam hidupnya. Secara penampilan, orang yang sehat mental cenderung lebih mampu merawat dirinya.
Insight
Sebagai pendidik, para guru di SD Santo Bellarminus sesungguhnya merasa beruntung sekali menerima pembekalan dari Ibu Hanlie. Informasi yang baik dan berharga ini tentu menjadi penting tidak hanya bagi para guru dalam rangka menjalankan misi pendidikan. Informasi ini juga berharga bagi pribadi dan keluarga, dalam berelasi dengan orang lain di komunitas masing-masing.
Dengan mempelajari kesehatan mental, para guru memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya, mampu mengatasi stres dan tantangan, dan memberi dampak yang baik bagi kesehatan fisik, serta meningkatkan performa pada pekerjaan dalam melayani para peserta didik.
Refleksi
Kesehatan mental merupakan aspek yang sangat penting bagi siapa saja, baik anak-anak di segala usia maupun orang dewasa. Setiap pribadi perlu menjaga kesehatan mental, agar dapat menghadapi tantangan hidup dengan lebih baik, mampu menjalin hubungan yang sehat, dan mencapai hidup yang berkualitas.***
     Baca juga: Partisipasi Sederhana Mengurangi Tengkes
     Baca juga: Ketika Dia Seolah Diam