Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sampah Itu untuk Siapa

24 Juni 2024   21:09 Diperbarui: 25 Juni 2024   07:42 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cukup mengejutkan juga ketika melihat postingan yang ada di laman akun Instagram Kumparan. Dalam gambar tersebut tampak tumpukan sampah yang sangat banyak.

Dikutip dari website citarumharum.jabarprov.go.id, jumlah limbah domestik di Sungai Citarum mencapai 60 persen dari total pencemaran yang terjadi di Citarum.

Muncul pertanyaan, dari mana sampah sebanyak itu berasal?

Perilaku Buruk yang Terus Berulang

Sampah memang selalu menjadi persoalan yang tiada habisnya. Persoalan sampah melibatkan banyak pihak yang saling berkaitan. Ketika persoalan sudah semakin kompleks, tidak mudah mengatasinya dalam waktu yang cepat.

Sampah akan terus ada dalam hidup manusia. Sampah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidup manusia. Kehadiran sampah merupakan akibat dari aktivitas produksi dan gaya hidup konsumtif manusia yang terus menerus. Selama kedua aktivitas itu ada, sampah akan selalu hadir.

Selain kedua aktivitas tersebut, ada hal lain yang turut berkontribusi dalam persoalan sampah ini. Pertumbuhan penduduk yang pesat menyebabkan peningkatan volume sampah. Contohnya adalah volume sampah di sungai Citarum sebagaimana data yang dikutip dari website citarumharum.jabarprov.go.id.

Jumlah penduduk yang ada di Kawasan DAS Citarum sebanyak 18 juta jiwa. Dengan jumlah tersebut, timbunan sampah di Kawasan DAS Citarum sebanyak 15.838 ton per hari, dengan jenis sampah terbesarnya yaitu sampah organik sebanyak 55%, dan sampah plastik sebanyak 15,35%.

Kondisi ini berakibat pada pengelolaan sampah dan menimbulkan persoalan baru, misalnya: tempat pembuangan sementara dan tempat pembuangan akhir. 

Ilustrasi sampah, sumber: laman Instagram Kumparan.
Ilustrasi sampah, sumber: laman Instagram Kumparan.

Di beberapa tempat, belum memiliki infrastruktur dan fasilitas pengelolaan sampah yang baik. Beberapa TPA ada yang sudah penuh sehingga terus mempengaruhi kualitas lingkungan.

Seiring dengan itu pula, kesadaran masyarakat terhadap kebersihan dan kualitas lingkungan yang bersih belum maksimal. Masyarakat masih menganggap persoalan sampah sebagai tugas dan tanggung jawab pemerintah saja. Kepedulian masyarakat terhadap penataan dan pengelolaan sampah masih rendah.

Baca juga: Partisipasi Sederhana Mengurangi Tengkes

Banyak orang masih belum sadar dan peduli terhadap dampak pembuangan sampah secara sembarangan. Contoh sederhana saja, puntung rokok yang dibuang begitu saja oleh para perokok dengan seenaknya, bungkus makanan yang dibuang begitu saja di jalanan. Mirisnya, perilaku seperti ini bahkan dilakukan juga oleh orang-orang terdidik.

Dari sisi regulasi, penegakan aturan terhadap kelalaian membuang sampah sembarangan masih sangat rendah. Kelalaian ini dianggap sebagai hal yang lumrah dan aturan hanya bersifat himbauan. Tanpa penegakan aturan yang tegas, peraturan yang ada sangat tidak efektif.

Mari kita lihat di sekitar kita, berapa banyak tempat sampah yang tersedia di tepi jalan? Minim sekali. Sebagian orang menjadi latah, ketika melihat ada sampah di jalan.

Seolah-olah hal itu melegalkan tindakan untuk boleh membuang sampah juga di jalan. Begitu terus menerus tanpa ada kesadaran untuk memutus kebiasaan itu.

Persoalan lain yang tentu masih menjadi 'pekerjaan rumah' adalah adopsi teknologi pengelolaan sampah dengan konsep daur ulang seperti pengomposan (waste to energy) belum berkembang secara masif.

Ilustrasi sampah, sumber: https://citarumharum.jabarprov.go.id/sampah-das-citarum-capai-15-838-ton-hari/
Ilustrasi sampah, sumber: https://citarumharum.jabarprov.go.id/sampah-das-citarum-capai-15-838-ton-hari/

Apa yang harus dilakukan?

Tindakan kuratif untuk mengatasi masalah ini bukan lagi hal baru. Begitu pula tindakan yang bersifat pencegahan (preventif). Sudah banyak informasi yang bisa digunakan dalam rangka mengatasi persoalan sampah.

Sesegera mungkin mengupayakan berbagai tindakan dengan pendekatan yang menyeluruh dan terpadu seperti: penegakan aturan secara konsisten, peningkatan infrastruktur, edukasi masyarakat terus menerus, dan pengembangan teknologi.

Refleksi

Sejauh mana setiap pribadi berusaha untuk menyadari bahwa bumi ini bukan milik privat (pribadi). Bumi ini (dalam konteks yang lebih sempit yaitu lingkungan sekitar) merupakan tempat tinggal bersama. Di situ ada manusia lain dan makhluk hidup lain yang tinggal yang mempunyai hak yang sama. Kesadaran lain bahwa tanah, udara dan air merupakan kebutuhan manusia dan makhluk hidup yang utama.

Kerusakan terhadap kualitas kebutuhan itu merupakan awal kegagalan dalam hidup manusia. Tentu saja, kerusakan terhadap udara, tanah, dan air mendatangkan penderitaan bagi manusia itu sendiri. Apakah keadaan itu akan dibiarkan terjadi begitu saja?***

Baca juga: Andai Ada Ruang Kerja Bersama Gratis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun