Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Perjalanan ke Sumatera Tidak Horor Lagi

17 Juni 2024   00:03 Diperbarui: 17 Juni 2024   08:53 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi berita pungli, sumber: https://robertadhiksp.net/2017/02/28/jalan-lintas-sumatera-sejak-dulu-rawan-kejahatan-dan-pungli/

Tiga puluh satu tahun yang lalu, tepatnya tahun 1993, saya memulai perjalanan keluar dari "tempurung." Ya, saya memulai perjalanan dan pengalaman baru di tanah rantau. Tempat yang hendak saya tuju adalah Pulau Jawa, tepatnya Kota Jakarta.

Tidak ada harapan yang muluk-muluk tentang sarana transportasi yang akan saya gunakan. Sesuai dengan kondisi kantong yang ada pada saat itu, satu-satunya moda transportasi yang paling memungkinkan saya gunakan adalah bus.

Saya membayangkan perjalanan yang akan saya lalui. Beberapa hal yang sering saya dengar seputar perjalanan yang serupa dengan perjalanan saya ini adalah soal keamanan, kenyamanan, dan waktu perjalanan. Kala itu, jalur lintas Sumatera dikenal rawan karena banyaknya kriminalitas di jalanan. Begal dan bajing loncat dikatakan menguasai jalur tersebut sehingga membuat nyali masyarakat ciut ketika melintasinya. 

Dikutip dari ROBERT ADHI KSP (https://robertadhiksp.net/), sejak proyek nasional maharaksasa sepanjang 2400 kilometer itu selesai dibangun dalam kurun waktu 10 tahun, Jalan Lintas Sumatera makin rawan kecelakaan lalu lintas sehingga membutuhkan rambu rambu lalu lintas. Selain itu, Lintas Sumatera yang membelah Pulau Sumatera dan menghubungkan Aceh sampai Sumatera Selatan-Lampung itu membuka peluang bagi penjahat “bergerak cepat”untuk melarikan diri. 

Berita tentang pungutan liar di Jalan Lintas Sumatera dari Medan ke Sumatera Selatan-Lampung dimuat di Kompas, Sabtu, 11 Agustus 1984. Pungli yang dilakukan petugas terhadap sopir-sopir bus dan truk merajalela di lokasi tertentu di sepanjang jalan raya Medan-Jakarta. Pungli sering terjadi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung.

Gambar ilustrasi berita pungli, sumber: https://robertadhiksp.net/2017/02/28/jalan-lintas-sumatera-sejak-dulu-rawan-kejahatan-dan-pungli/
Gambar ilustrasi berita pungli, sumber: https://robertadhiksp.net/2017/02/28/jalan-lintas-sumatera-sejak-dulu-rawan-kejahatan-dan-pungli/

Selain itu, kondisi jalan yang rusak di banyak titik membuat para pengemudi  kendaraan harus ekstra hati-hati karena sering terjadi kecelakaan. Beberapa titik yang memiliki lebar jalan yang pas-pasan dan berlubang menjadi tantangan yang serius ketika melalui jalan-jalan di daerah ini.

      Baca juga: Parfum: Peluang Industri Lokal Bagi Para Milenial

Kondisi itu yang menjadi salah satu alasan bagi saya jarang kembali ke kampung halaman selain faktor keuangan dan faktor lainnya. Kerinduan pada kampung halaman tersimpan selama beberapa waktu lamanya. Dalam rentang 10 tahun terakhir, saya berkesempatan mudik dengan menggunakan moda transportasi pesawat berkat sumbangan tiket perjalanan.  

Jalan Tol Trans  Sumatera

Pulau Sumatera patut bersyukur atas perubahan signifikan yang terjadi khususnya perubahan dalam infrastruktur. Perubahan ini mendorong perubahan yang signifikan pula pada bidang-bidang lain termasuk moda transportasi darat.

Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera pada masa pemerintahan Presiden Jokowi membawa perubahan besar di Pulau Swarnadwipa (Suvarnadwipa). Kehadiran jalan tol yang dimulai dari Pelabuhan Bakauheni membelah provinsi Sumatera Selatan lalu menyebar ke provinsi di sekitarnya, perlahan-lahan mulai menghalau berbagai mitos negatif perjalanan darat di pulau ini.

Seiring waktu, berbagai ruas jalan tol hingga Provinsi Aceh mulai beroperasi. Ini berarti wiayah yang berada di kedua ujung pulau Sumatera akan terhubung. Sebagai putera yang berasal dari daerah di Pukau Sumatera, hal ini menjadi kegembiraan besar setelah penantian penuh harap selama bertahun-tahun.

Kehadiran jalan tol ini memberi peluang bagi para perantau dan wisatawan untuk melintas dengan mudah. Tentu saja bukan sekedar mudah. Para pelintas dapat menikmati kenyamanan dan kemudahan serta keamanan dalam berkendara. Perjalanan darat melintasi Pulau Sumatera berpeluang pula menjadi perjalanan wisata dan ekonomi. Pemerataan ekonomi semakin dapat direalisasikan, penyerapan tenaga kerja, waktu tempuh dan biaya perjalanan menjadi lebih singkat dan ekonomis, serta peningkatan mobilitas masyarakat.

      Baca juga: Agri Field Trip Sarana Edukasi Go Green

Berapa Biaya Perjalanan ke Sumatera?

Besaran tarif tol cukup bervariasi sesuai dengan daerah tujuan. Harga tergolong relatif ekonomis dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan sebelumnya atau menggunakan moda transportasi lain.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Katadata.co.id, besaran biaya perjalanan  dengan moda transportasi darat menggunakan mobil pribadi dari Jakarta menuju Bandar Lampung adalah sekitar Rp 900 ribu-an . Biaya tersebut sudah termasuk tiket ferry untuk satu mobil pribadi dan biaya bahan bakar.

Sementara itu, biaya perjalanan darat dengan menggunakan mobil pribadi dari Jakarta menuju ibukota provinsi paling utara di Pulau Sumatera, Banda Aceh, mencapai sekitar Rp 4 juta-an. Perubahan terhadap besaran biaya ini dapat saja terjadi sesuai ketentuan yang berlaku.

Angka tersebut tergolong lebih murah jika kendaraan diisi beberapa orang. Jika dibandingkan, perjalanan dari Jakarta menuju Aceh dengan moda transportasi udara menggunakan pesawat akan menghabiskan biaya sekitar 2 juta-an hanya untuk tiket satu kali perjalanan. Waktu perjalanan dengan menggunakan pesawat memang jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan menggunakan mobil.

Berdasaran penelusuran melalui Google Maps, perjalanan Jakarta-Banda Aceh akan menghabiskan waktu selama 49 jam dengan jarak tempuh 2.500 km. Waktu ini sudah termasuk waktu penyeberangan dengan kapal ferry dengan waktu normal.

Ilustrasi peta Sumatera melalui aplikasi Google Maps, sumber: dokumentasi pribadi.
Ilustrasi peta Sumatera melalui aplikasi Google Maps, sumber: dokumentasi pribadi.

Terlepas dari biaya-biaya tersebut, saya bersyukur bahwa daerah-daerah seperti Pulau Sumatera akan terus berkembang seiring tersedianya sarana dan prasarana infrastruktur. Sejauh masyarakat dapat menikmati manfaat dan memberi pengaruh yang positif bagi masyarakat dan bangsa di berbagai bidang, tentu saya perlu mendukung dan ikut serta memeliharanya.  Setidaknya saya bisa berharap, membayangkan perjalanan yang aman dan nyaman. Bayangan horor dalam perjalanan seperti perjalanan masa lalu semoga sungguh-sungguh hilang. Semoga ada waktu yang tepat untuk mengikuti jejak para pemudik untuk memulai perjalanan menuju kota kelahiran.***

      Baca juga: Board Games: Bermain dan Belajar yang Menyenangkan

      Baca juga: Menanti Ujung Waktu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun