Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Meraih Asa di Antara Dua Tanggung Jawab

10 Juni 2024   23:38 Diperbarui: 10 Juni 2024   23:43 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Uh ..., macet dimana-mana. 

Sore ini menjelang magrib, jalanan terasa berbeda. Kendaraan terasa tumpah meruah di jalan raya dan diam tak bergerak. Rasanya saya sulit sekali untuk sekedar menggerakkan kendaraan maju walau sekedar beberapa meter. Hanya sesekali, beberapa kendaraan termasuk kendaraan saya dapat bergerak maju, selebihnya diam ditempat untuk waktu yang lama.

Melewati beberapa waktu lamanya, melintas di samping saya sebuah kendaraan roda dua. Kendaraan itu bergerak dengan lincah di tengah kemacetan. Saya sempat tertinggal jauh di belakangnya karena terhalang sebuah mikrolet angkutan umum yang tiba-tiba berhenti di depan saya. Ah, sejenak saya dibuat kesal dengan ulah pengemudi mikrolet ini. Ternyata mayoritas pengemudi mikrolet memang seperti itu. Sangat jarang ditemui pengemudi mikrolet yang tertib ketika berkendara di Jakarta ini.

Kerasnya Hidup

Pengendara sepeda motor itu, seorang wanita yang menggunakan sebuah jaket ojek daring. Pada bagian belakang kendaraan, terikat sebuah kardus yang cukup besar. Pada bagian tengah, masih terdapat beberapa kardus kecil yang terbungkus rapi. Tampaknya kardus-kardus itu adalah paket yang akan diantar kepada beberapa konsumen.

Namun, ada hal unik yang menarik perhatian saya. Sang pengemudi wanita menggendong seorang anak di bagian depan tubuhnya. Sang anak tampak diam. Kemungkinan, anak tersebut sedang tertidur. Sesaat saya berpikir, betapa hebatnya wanita ini. Dengan gesitnya, ia melalui kemacetan lalu lintas yang padat itu.

Ilustrasi gambar profesi ojek online. Sumber: dokumentasi pribadi.
Ilustrasi gambar profesi ojek online. Sumber: dokumentasi pribadi.

Ia seolah sedang menunjukkan kepada semua orang di sekitarnya, bahwa ia seorang wanita, seorang ibu, dan seorang pekerja. Apa yang dikerjakannya adalah hal yang biasa dilakukan seorang pekerja laki-laki. Dan ia mampu melakukannya dengan gigih, kuat dan penuh semangat, sebaik yang dilakukan seorang laki-laki. Menurut saya, ia bahkan melebihi kemampuan seorang laki-laki karena ia mampu menjaga anaknya yang masih kecil itu, meski situasi ini bukanlah situasi dan kondisi yang ideal bagi seorang ibu untuk merawat anaknya.

Pikiran saya jauh menerka-nerka, bagaimana dan mengapa ibu itu harus melakukan pekerjaan seperti itu. Di satu sisi, ia perlu merawat anaknya yang masih kecil. Di sisi lain, ia perlu bekerja dan mencari nafkah. Dua hal yang sulit untuk dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Apa yang ditunjukkannya menggambarkan kekuatan, ketekunan, dan ketulusan yang belum tentu dimiliki banyak orang.

Rasanya berat membayangkan, kesulitan dan tantangan yang harus dihadapinya dalam kondisi seperti itu. Kemungkinan adanya dorongan kebutuhan ekonomi yang kuat, beradu dengan hambatan dalam merawat dan membesarkan anak, dan berbagai kemungkinan tantangan lainnya.

Refleksi

Realita ibu pengemudi ojek daring itu membuat saya berefleksi bahkan hingga tulisan ini selesai saya tulis, saya merasa perlu belajar darinya. Bahwa hidup ini tidak selalu indah bagi semua orang. Ada orang yang merasa bahwa dunia ini indah bahkan terlalu indah baginya. Ada orang merasa bahwa dunia ini tidak adil, atau terasa keras dan kejam baginya.

Ilustrasi gambar profesi ojek daring. Sumber: dokumentasi pribadi.
Ilustrasi gambar profesi ojek daring. Sumber: dokumentasi pribadi.

Apapun ragam perasaan orang, menurut saya, perjalanan hidup di dunia ini harus dilalui dengan prosesnya masing-masing. Entah itu menyakitkan, kurang mengenakkan, atau menyenangkan. Dan setiap orang dengan caranya masing-masing akan melaluinya secara berbeda pula.

Setiap orang memiliki pergulatan hidupnya sendiri-sendiri. Saya yakin sekali bahwa semua pengalaman hidup yang beragam itu akan saling melengkapi satu dengan yang lain. Secara pribadi, saya memaknai bahwa pengalaman hidup seseorang akan disempurnakan melalui pengalaman hidup orang lain. Bahwa, ibu tersebut akan memperoleh rejeki yang khusus melalui tangan-tangan terpilih yang sudah disiapkan-Nya.

Refleksi berikutnya adalah bahwa hidup haruslah bermakna. Hidup yang tidak melalui perjuangan akan terasa hambar, seperti sayur tanpa garam. Perjuangan membuat hidup lebih bermakna, berwarna, dan berharga bagi seseorang yang memperjuangkannya. Ia akan hidup sebagai pejuang dan pribadi yang istimewa.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun