Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Si Hijau Mungil nan Menggoda

8 Juni 2024   22:11 Diperbarui: 9 Juni 2024   09:01 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teriknya cuaca hari ini  memaksa untuk menghampiri seorang pedagang di tepi jalan dekat pasar. Pedagang itu tampak sibuk melayani para pelanggannya. Tangan terampilnya tampak cekatan mengambil bagian demi bagian dalam toples, lalu memberikannya kepada pembeli. Ya, pedagang cendol itu tampak menjadi primadona di pasar.

Cendol menjadi barang dagangan yang menarik di tengah cuaca nan terik seperti hari ini. Penampilannya yang menggugah selera seolah memanggil pengunjung pasar untuk membelinya. Seperti apakah sebenarnya cendol itu?

Asal-usul Cendol

Cendol ternyata sudah menjadi perdebatan panjang di kalangan masyarakat bahkan oleh beberapa negara seperti Singapura dan Malaysia. Cendol ternyata sudah ada sejak abad ke-12. Hal itu diketahui melalui sebuah naskah kuno bernama 'Kakawin Kresnayana' yang ditulis oleh Mpu Triguna dari Kerajaan Kediri, Jawa Timur.
Wah, sudah lama juga ya.

   ▐ Baca juga: Merasa Jadi Raja Jalanan?

Di Jawa Timur, cendol dikenal juga dengan nama 'dawet'. Cendol merupakan bahasa serapan dari bahasa Jawa, yaitu 'chendol' atau tjendol, artinya 'bengkak' (swollen) karena penampilannya seperti bengkak berupa bulir-bulir.

Sebagian orang juga meyakini bahwa cendol berasal dari daerah Jawa Barat. Sebagian lagi menganggap dawet berasal dari daerah Banjarnegara, Jawa Tengah.

Namun, sebagian berpendapat bahwa cendol dan dawet memiliki perbedaan pada teksturnya. Cendol cenderung memiliki tekstur padat dan kenyal sedangkan dawet lebih lembut.

Bahan Sajian Utama

Pada awalnya, cendol atau dawet disajikan bersama santan dan cairan gula aren, serta es batu. Rasanya yang manis dan dingin dianggap dapat menuntaskan dahaga penikmatnya. Ada yang menyajikannya sebagai minuman selingan atau menu penutup. Tetapi, kebanyakan minuman ini dinikmati pada siang hari saat cuaca panas.

detik.com
detik.com

Bahan utama pembuatan cendol adalah tepung beras yang dicetak secara khusus.  Cendol diolah bersama pewarna alami berwarna hijau yang berasal dari daun pandan atau daun suji. Di beberapa daerah, cendol atau dawet mulai disajikan dengan aneka sajian yang semakin menarik.

     ▐ Baca juga: Wajah Cadangan

Cendol kini disajikan dengan potongan buah nangka yang manis dan beraroma wangi. Ada juga yang menyajikannya bersama ketan hitam yang menggoda, atau menghidangkannya dengan tape yang menyegarkan. Apapun bentuk hidangannya, cendol atau dawet semakin tersaji dengan sangat menarik.

Warisan Kuliner Nusantara

Sebagai bagian dari warisan budaya, hidangan minuman penggugah selera ini patut dipertahankan agar tetap lestari. Sejarah dan asal-usulnya pun harus tetap dijaga agar bangsa lain tidak mengakuinya secara sepihak sebagai bagian dari warisan budaya mereka.

Apakah minuman ini juga menjadi minuman favorit pembaca?***

    ▐ Baca juga: Kompleksitas Program Makanan Bergizi Gratis

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun