Saat ini pemerintahan baru sedang mempersiapkan diri memenuhi janji kampanye beberapa waktu lalu. Ya, pemerintahan baru terpilih mengkampanyekan makan gratis bagi seluruh siswa Indonesia.
Makan gratis bagi seluruh siswa di Indonesia bukan hanya sekedar gratis. Namun, menjadi penting bahwa penyediaan secara gratis itu hendaknya disertai dengan kualitas penyajian yang baik. Kriteria baik dapat dimaknai beragam. Dari satu perspektif dimaknai bahwa makan gratis bagi siswa-siswi di Indonesia itu tersaji dengan sehat dan mengandung gizi yang cukup.
Berbagai pengetahuan tentang gizi yang sudah banyak tersaji dalam berbagai jenis pengetahuan sejak dahulu. Upaya pemerintah tentu akan dimaksimalkan untuk memenuhi kriteria makan gratis ini.
Entah ini dapat dijadikan sebagai masukan kepada pemerintah baru mendatang. Namun, perlu juga menyajikan saran dan masukan agar program baik ini dapat terlaksana dengan baik pula. Yang paling penting, program ini harus memiliki nilai manfaat yang besar dan dapat dirasakan oleh seluruh siswa di Indonesia.
▐ Baca juga: Kesatu: Wisata Alam Nan Menawan
Menu Sehat
Jika berbicara tentang menu sehat, deskripsi makanan sehat bisa beragam apalagi kalau dikaitkan dengan harga dan gaya. Tetapi, apakah harga yang tinggi menjamin menu makanan akan sehat. Jawabannya bisa beragam juga. Makanan sederhana atau mewah, keduanya dapat tersaji dengan sehat.
Upaya menyajikan makanan sehat hendaknya dikaitkan dengan upaya menjaga kualitas dan keamanan pangannya. Upaya ini meliputi penyajian makanan secara higienis. Penyajian ini hendaknya dilakukan secara ketat karena disajikan dalam jumlah yang banyak.
Selain itu, pemilihan kualitas pangan juga harus menjadi perhatian agar kualitas bahan makanan yang akan diolah bukan sekedar ada. Bukan hal yang diinginkan, jika faktor kualitas dan keamanan makanan menjadi menurun seiring waktu. Oleh karena itu, diperlukan pengawasan yang melekat dari pihak terkait.
Tepat Sasaran
Baik sekali, jika program makan gratis ini menjangkau para siswa yang berasal dari kalangan ekonomi yang memerlukan dukungan. Jangan sampai, berlaku sistem "sama rata" yang justru berpeluang terjadinya "pemborosan" karena tidak tepat sasaran.
Kita tahu, bahwa para siswa berasal dari berbagai kalangan. Menu seringkali menjadi kendala karena anak tersegmentasi dalam berbagai selera terhadap makanan. Tidak mudah memang. Maka, realisasi terhadap berbagai segmen selera ini dapat disiasati dengan baik. Pemerintah tentu tidak mengetahui selera makan anak di seluruh Indonesia, kan. Maka, perlu pemetaan di berbagai titik.
▐ Baca juga: Kedua: Tour Merapi
Pelibatan Pihak-Pihak yang Kompeten
Dapat dipastikan bahwa pemerintah tidak dapat bekerja sendirian merealisasikan program ini. Pemerintah dipastikan akan melibatkan banyak pihak. Maka, pemerintah perlu menyeleksi secara ketat, semua pihak yang akan dilibatkan dengan membuat regulasi yang kuat dan mengikat. Cakupan hal yang menjadi tanggung jawab pihak-pihak terkait tersebut harus jelas dan tegas.
Tanggung Jawab Proses
Cakupan tanggung jawab meliputi semua proses mulai dari perencanaan, pengadaan bahan pangan, distribusi, penyajian, dan pasca penyajian. Agar program ini dapat terealisasi dengan baik, seluruh proses hendaknya disiapkan dengan baik pula. Tahap perencanaan dapat diupayakan dengan menyiapkan berbagai menu harian yang akan disajikan melalui stakeholder terpilih.
Proses selanjutnya adalah memastikan ketersediaan bahan pangan yang baik. Pemerintah perlu merencanakan dan bekerjasama dengan para petani. Pada bagian ini, perlu adanya kestabilan harga dan jaminan ketersediaan stok pengadaan bahan pangan yang baik dan berkualitas. Hal ini menjadi penting agar tidak menjadi alasan yang dibuat-buat jika terjadi masalah di kemudian hari.
Distribusi bahan pangan dan makanan jadi penting mengingat bahan pangan yang akan disajikan harus dalam kualitas yang baik. Kendala-kendala distribusi seperti keterlambatan pasokan harus dapat dihindari seminimal mungkin.
Penyajian makanan hendaknya memperhatikan kebersihan, kualitas gizi, kebutuhan siswa, dan kenyamanan yang representatif.
Apapun programnya, tidak terlepas dari adanya tantangan. Soal selera, kualitas, jumlah makanan, distribusi, penyajian, tempat, dan biaya. Semuanya akan mengambil porsi masalahnya sendiri. Maka, perlu persiapan yang betul-betul matang agar program ini tidak sekedar wacana, atau memenuhi janji kampanye semata. Tetapi lebih jauh daripada itu, aspek manfaat yang dapat dirasakan oleh para siswa harus menjadi prioritas.
Semoga program ini benar-benar terelasasi dengan baik, berdaya guna, tepat sasaran, dan efektif.***
▐ Baca juga: Cermin Dibelah Muka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H