Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Kepolosan Anak, Apakah Perlu?

19 Maret 2024   21:25 Diperbarui: 23 Maret 2024   21:02 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi, sumber: https://www.hayo.com/post/6553949ed92108c8f3c2cde7

Senyum anak adalah ekspresi dari keadaan hati yang jujur dan murni. Mereka belum paham tentang usaha untuk menyembunyikan perasaan atau memainkan peran. Dari senyum ini, kita bisa belajar untuk menjadi lebih jujur dengan diri sendiri dan orang lain.

Keberanian untuk Bersenang-senang

Anak-anak sering kali mengungkapkan senyum mereka ketika mereka bersenang-senang, tanpa memikirkan bagaimana mereka terlihat atau bagaimana orang lain akan menilai mereka.

Mereka mengajarkan kita tentang pentingnya membebaskan diri dari batasan sosial dan menikmati hidup dengan spontanitas.

Kebanggaan dalam Prestasi Kecil

Anak-anak sering kali senang dengan pencapaian-pencapaian kecil mereka, bahkan yang mungkin terlihat remeh bagi orang dewasa. Melihat senyum mereka bisa mengingatkan kita untuk menghargai dan merayakan setiap langkah kecil dalam perjalanan kita.

Kebaikan Batin

Senyum anak juga sering kali mencerminkan kebaikan batin dan ketulusan dalam hati mereka. Mereka mengajarkan kita untuk melihat sisi terbaik dari dunia, bahkan di tengah-tengah kesulitan.

Model Kepasrahan Kepada Yang Mahakuasa

Isak tangis dan wajah penuh harap seringkali ditampilkan ketika mereka mengalami kesulitan. Berharap orang akan membantu mereka. Tidak ada kecurigaan ketika meminta, karena yang ada hanya kepasrahan. Hal ini adalah model penyerahan diri yang tulus antara manusia dengan Tuhannya. Kepasrahan insan manusia pada kehendak-Nya dan harapan insan manusia akan pertolongan-Nya.

  Baca juga: Memberi dan Bahagia Setipis Kertas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun