Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Antara Pohon Cemara

7 Februari 2024   21:54 Diperbarui: 7 Februari 2024   22:15 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah desa kecil di lereng gunung, terdapat sebatang pohon cemara tua yang menjulang tinggi di tengah-tengah hutan. Pohon itu sudah berdiri sejak zaman nenek moyang dan menjadi saksi bisu dari berbagai peristiwa yang terjadi di sekitarnya.

Suatu hari, di musim semi yang indah, seorang anak laki-laki bernama Ali berkeliaran di hutan. Ali adalah anak yang gemar menjelajahi alam dan selalu penasaran dengan segala yang ada di sekitarnya. Dia sering bermain-main di antara pepohonan, menyelami sungai-sungai kecil, dan mengagumi keindahan alam.

           Baca juga: Nyanyian Penutup Malam

Saat itu, Ali terdengar suara desiran angin yang menghembus lembut. Dia mengikuti suara itu dan tiba-tiba berhenti di bawah pohon cemara tua. Dengan tatapan kagum, dia memandang ke atas, melihat dahan-dahan yang menjulang tinggi dan rimbun.

"Wow, pohon ini benar-benar indah," gumam Ali dalam hati.

Tiba-tiba, dari balik semak-semak di sebelah pohon, muncul seorang kakek tua dengan janggut putih yang panjang. Kakek itu tersenyum ramah melihat Ali.

"Hai, nak. Apa yang sedang kamu lakukan di sini?" tanya kakek itu.

Ali tersenyum gembira melihat kakek itu. "Saya hanya berkeliling dan menikmati keindahan alam, Pak. Pohon ini begitu menarik perhatian saya."

Kakek itu mengangguk paham. "Ah, ya. Pohon ini memang istimewa. Tapi tahukah kamu, di antara pohon cemara ini tersembunyi sebuah cerita yang tak terlupakan."

                Baca juga: Cerita Senja

Ali mendekati kakek itu dengan penuh minat. "Benarkah? Ceritakan pada saya, Pak."

Kakek itu tersenyum lembut lalu duduk di bawah pohon cemara, di samping Ali. "Dulu, pada zaman nenek moyang kita, di desa ini terjadi sebuah peristiwa besar. Ada sebuah keluarga miskin yang tinggal di tepi hutan ini. Mereka hidup sederhana, tapi penuh kebahagiaan. Mereka memiliki seorang anak laki-laki yang bernama Amir, anak yang cerdas dan penuh semangat."

Ali mendengarkan dengan kagum. "Lalu apa yang terjadi pada mereka, Pak?"

Kakek itu melanjutkan ceritanya, "Suatu hari, terjadi musibah. Hutan ini dilanda kebakaran besar yang mengancam seluruh desa. Banyak orang panik dan berusaha menyelamatkan diri, termasuk keluarga Amir. Namun, saat Amir menyadari bahwa hutan ini adalah rumah bagi banyak makhluk hidup, dia tidak ingin meninggalkannya begitu saja."

Ali mengangguk mengerti. "Amir pasti anak yang baik hati."

Kakek itu tersenyum. "Ya, betul sekali. Amir meminta izin kepada orang tuanya untuk berusaha memadamkan api. Dia berlari ke sana ke mari, membawa ember air dari sungai terdekat, dan berjuang melawan api dengan sekuat tenaga."

"Dan apa yang terjadi?" tanya Ali, semakin penasaran.

            Baca juga:  Penantian di Stasiun

Kakek itu menarik nafas dalam-dalam. "Amir berhasil memadamkan api di sekitar pohon cemara ini. Namun, dia terjebak di tengah-tengah kobaran api yang besar. Saat itulah, pohon cemara ini menjadi tempat perlindungan bagi Amir. Dia berlindung di antara dahan-dahan yang rimbun, sementara api menyala di sekelilingnya."

"Namun, dengan keberanian dan keteguhan hatinya, Amir akhirnya berhasil keluar dari bahaya itu dengan selamat. Setelah kejadian itu, pohon cemara ini dianggap sebagai simbol keberanian dan ketabahan bagi seluruh desa."

Ali terdiam sejenak, terkesima dengan cerita yang didengarnya. Dia kemudian menatap pohon cemara dengan penuh penghormatan.

"Cerita yang luar biasa, Pak," ucap Ali dengan suara yang penuh penghargaan.

Kakek itu tersenyum bangga. "Ingatlah, nak, keberanian bukan hanya tentang melawan bahaya, tapi juga tentang keberanian untuk mempertahankan nilai-nilai yang benar, bahkan dalam situasi sulit sekalipun."

Ali mengangguk mantap. Dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu berani dan mempertahankan nilai-nilai yang baik, seperti yang dilakukan oleh Amir di antara pohon cemara itu.

Mereka berdua kemudian duduk di bawah pohon cemara itu, menikmati angin sepoi-sepoi dan keindahan alam yang menyelimuti mereka, sambil berbagi cerita dan kebijaksanaan yang tak ternilai harganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun