Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Teacher, Freelancer Writer, Indonesian Blogger

Observer of Social Interaction, Catechist in the Parish.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Ada Keluarga yang Sempurna

30 Desember 2023   10:16 Diperbarui: 30 Desember 2023   10:36 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kita tidak punya orang tua yang sempurna. Kita tidak menikah dengan orang yang sempurna atau punya anak yang sempurna. Kita saling mengeluh tentang satu dan lainnya. Kita saling membuat kecewa. 

Paus Fransiskus dalam Audiensi Umum di Lapangan St Petrus Vatikan, Rabu 4/11/2015 mengajak seluruh keluarga mengamalkan hasil sinode dalam hidup bermasyarakat dan menggereja. Hal ini ia serukan melalui tema sinode, yaitu "Panggilan dan Misi Keluarga dalam Gereja dan Dunia Modern." Sinode ini membantu keluarga menghidupi kembali harapan dan misi keluarga yang terkikis, terutama soal pengampunan. Paus Fransiskus menegaskan, persatuan keluarga adalah peristiwa rahmat yang harus disyukuri.

Menurut Paus Fransiskus, pengampunan itu sangat penting bagi kesehatan emosi, ketahanan jiwa, dan spritualitas kita. Tanpa pengampunan, keluarga akan menjadi arena konflik dan tempat bagi semua hati yang terluka. Tanpa pengampunan, keluarga akan sakit. Pengampunan adalah pelindung jiwa, pembersih pikiran dan pembebasan hati.

Siapapun yang tidak mengampuni tidak akan mendapatkan kedamaian jiwa atau pun bisa bersatu dengan Tuhan. Rasa sakit/luka adalah racun yang  sangat berbahaya dan bisa membunuh. Mempertahankan rasa sakit di hati adalah tindakan penghancuran diri.

Pengampunan adalah sebuah pembersihan diri. Siapa pun yang tidak mengampuni maka baik secara fisik, emosi, dan spiritual ia sakit. Itulah sebabnya, keluarga harus dapat menjadi tempat kehidupan, bukan kematian.  Keluarga menjadi wilayah untuk pengobatan dan bukan untuk penyakit. Keluarga merupakan arena pengampunan, bukan rasa bersalah. Pengampunan itu membawa kebahagiaan dimana hati cemas yang membuat sedih, disembuhkankarena kekuatiran adalah sumber penyakit.

Luka Disembuhkan

Paus Fransiskus menyadari, saat ini banyak keluarga dilanda krisis karena tak ada cinta dan pengampunan. Berbagai tawaran dunia silih berganti mengguncang kesetiaan keluarga. Ia mengajak umat saling mengampuni antara suami, istri dan anak-anak. "Tak ada cinta yang bertahan lama tanpa pengampunan," kata beliau.

Pengampunan harus dilakukan tiap hari. Jangan biarkan satu hari pun berlalu tanpa  mengatakan, "Aku minta maaf" antara orangtua-anak, suami-isteri, kakak-adik, menantu-mertua, dsb. Dengan belajar memaafkan, semua luka disembuhkan, pernikahan bertahan lama, dan keluarga menjadi benteng pertahanan bagi pengaruh-pengaruh negatif dunia.

Doa Bapa Kami

Paus juga mengajak umat untuk melihat keluarga sebagai sumber pengampunan. Pengampunan tak hanya menyelamatkan keluarga dari perpisahan, melainkan membuat keluarga lebih siap membantu keluarga lain menjadi lebih baik. "Bukan soal orang yang berseru kepada-Ku, Tuhan, Tuhan, yang akan masuk dalam kerajaan Surga, tapi mereka yang melakukan kehendak Allah," jelas Paus mengutip Injil Matius 7:21.

Di akhir audiensinya, Bapa Suci mengajak keluarga merefleksikan doa Bapa Kami sebagai dasar biblis pengampunan, "Ampunilah kesalahan kami, seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami" (Mat 6:12). Jika kita belajar untuk minta pengampunan dari setiap anggota keluarga, luka batin kita akan disembuhkan, pernikahan akan kuat dan keluarga tumbuh dalam iman.

Beberapa kutipan Paus Fransiskus tentang keluarga ini mudah diingat,  mudah dicerna dan menyentuh kehidupan kita sehari-hari.

#Saling mengampuni

"Tidak ada keluarga yang sempurna. Kita tidak punya orangtua yang sempurna, kita tidak sempurna, dan kita tidak menikah dengan orang yang sempurna. Kita juga tidak memiliki anak yang sempurna. Pengampunan adalah penting untuk kesehatan emosional kita dan kelangsungan hidup spiritual."

#Mengampuni untuk memerdekakan

"Tanpa pengampunan, keluarga menjadi panggung konflik, benteng yang penuh keluhan. Tanpa pengampunan, keluarga menjadi sakit. Pengampunan menyucikan jiwa, membersihkan pikiran, dan memerdekakan hati."

#Keluarga tempat kehidupan

"Orang yang tidak mengampuni akan merasa sakit secara fisik, emosional dan spiritual. Karena itulah keluarga harus menjadi tempat kehidupan bukan tempat kematian. Keluarga adalah sarang kesembuhan, bukan penyakit; panggung pengampunan, bukan rasa bersalah."

#Sukacita dalam keluarga

"Sukacita sejati dalam keluarga berasal dari sebuah keharmonisan yang mendalam antara pribadi-pribadi, sesuatu yang kita semua rasakan dalam hati kita dan yang membuat kita mengalami keindahan dari kebersamaan, dari saling mendukung sepanjang perjalanan hidup."

#Sabar

"Kesabaran adalah sebuah kebajikan Allah dan Ia mengajarkan kita bagaimana mengolahnya dalam kehidupan keluarga, bagaimana untuk menjadi sabar, dan sedemikian penuh kasih sayang, dengan satu sama lain."***

Sumber Referensi:

Bogor, B. K. (2018, Agustus 28). Paus Fransiskus: Keluarga Tempat Pengampunan. Retrieved from BMV Katedral Bogor.org: https://www.bmvkatedralbogor.org/paus-fransiskus-keluarga-tempat-pengampunan/ 

Edeltrudizh. (2021, Juni 8). Ini 5 Nasihat Paus Fransiskus untuk Pasangan Katolik yang Bikin Hati Adem. Retrieved from KatolikPedia: https://katolikpedia.id/nasihat-paus-fransiskus-untuk-pasangan-katolik/ 

H.Wuarmanuk, Y. (2015, November 15). Keluarga Sumber Pengampunan. Retrieved from Hidup Katolik.com: https://www.hidupkatolik.com/2015/11/15/5998/keluarga-sumber-pengampunan.php 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun