Tahun yang Sulit
Menjelang Natal seperti saat ini, suasana rumah umat yang merayakan Natal biasanya dipenuhi dengan gemerlap lampu dan hiasan pohon Natal di rumah-rumah. Jauh hari sebelumnya biasanya suasana persiapan sudah tampak. Ada yang mulai merapikan rumah, memasang dekorasi dan mendekati hari Natal ada persiapan kue-kue dan aneka makanan kering yang akan disajikan.
Tahun ini suasana demikian berbeda. Tentu saja faktor pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi suasana persiapan yang dilakukan umat Kristiani. Kali ini ada beberapa rumah tidak membuat persiapan seperti tahun sebelumnya. Banyak faktor penyebab yang sudah sama-sama dimaklumi bersama.
Umat juga cukup memahami situasi saat ini yang dipenuhi keprihatinan. Selain itu, kepatuhan pada protokol kesehatan ketika berkumpul lebih dominan dilakukan oleh umat. Hal ini sungguh memberi kelegaan karena mereka sungguh memiliki kesadaran yang baik dan solidaritas kepedulian bagi lingkungannya.
Momen untuk BerefleksiÂ
Momen demikian rasanya terlalu sayang untuk dilewatkan tanpa melakukan refleksi mendalam akan makna Natal yang dirayakan tahun ini. Suasananya sudah sangat sesuai untuk melakukan refleksi menjelang akhir tahun 2020 ini.
Natal dimaknai sebagai kelahiran Yesus Kristus yang telah dikandung oleh sang ibu, Bunda Maria. Ketika Maria menerima kabar sukacita itu dari Malaikat Gabriel, tak banyak kata-kata yang diucapkan oleh Maria, selain menjawab perkataan malaikat dalam kepasrahan total kepada kehendak Allah. "Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah kepadaku menurut perkataanmu." (Lukas 1:38).
Bukan perkara mudah bagi seorang Maria untuk menerima "tugas" dari Allah. Sebuah tugas yang tidak ringan telah diletakkan di pundaknya, yaitu mengandung Juru Selamat. Dalam konteks keadaan pada masa itu dan budaya yang demikian kental, dapat dibayangkan betapa Maria berada dalam suasana batin yang tidak nyaman.
Mengandung Kristus
Tindakan Maria dalam kesederhanaannya sungguh memberi teladan bagi umat Kristiani secara khusus tentang sikap menerima tanggung jawab. Secara pribadi, sikap menerima tanggung jawab ini direfleksikan dalam konteks Maria mengandung Kristus Yesus, Sang Juru Selamat itu.
Dari sudut iman Kristiani, umat Kristiani dapat menjadi gambaran Maria yang mengandung Kristus. Wujud refleksinya adalah umat Kristiani yang juga mengandung Kristus. Mengandung Kristus dimaknai memikul tanggung jawab sebagai murid Kristus. Tanggung jawab ini bukan sekedar sebutan sebagai murid Kristus semata namun lebih mendalam.