Mohon tunggu...
Krismas Situmorang
Krismas Situmorang Mohon Tunggu... Guru - Guru, Blogger Indonesia

Teacher, Freelancer Writer

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Melesat Bagai Anak Panah

20 Desember 2020   22:55 Diperbarui: 20 Desember 2020   23:08 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Tapi, akibat yang ditimbulkannya sungguh sangat berat hingga menghilangkan nyawa manusia. Tidak hanya itu, ada penderitaan yang dialami orang lain yang masih hidup karena relasi yang terputus.

Insight

 Apa yang terjadi dalam kisah di atas, juga biasa terjadi dalam kehidupan manusia umumnya. Orang seringkali melakukan tindakan tanpa berpikir dengan cermat tentang berbagai hal sebelum melakukan sesuatu.

Contoh sederhana yang mirip dengan kisah di atas adalah tindakan dalam hal berkata-kata. Kata-kata dapat dianalogikan dengan anak panah dan muiut dapat dianalogikan dengan busur.

Kata-kata seringkali mudah terucap dari mulut seseorang tanpa kendali. Pikiran pun berada dalam posisi bebas kendali. Tak jarang, kata-kata yang melesat dan sampai kepada orang lain menjadi "batu sandungan." Kata-kata yang diluncurkan tanpa berpikir terlebih dahulu dapat menyakiti orang yang dituju.

Baik panah ataupun kata akan sulit dikendalikan jika sudah terlepas. Ia akan melesat cepat untuk mencapai tujuannya dan tidak mempedulikan apa yang terjadi dengan obyek yang dituju.

Refleksi

Orang bijak mengatakan, "Pikir dahulu pendapatan, sesal kemudian tiada berguna." Peribahasa ini memilik arti yaitu jika ingin melakukan atau mengerjakan sesuatu, sebaiknya mempertimbangkan dulu baik buruknya.

Sungguh tepat peribahasa itu bila disandingkan dengan insight yang diperoleh. Sulit menarik kata-kata atau anak panah yang sudah dilepaskan. Maka, pikiran harus difokuskan pada tujuan dan akibat yang mungkin akan terjadi.

Tentu tidak ada ruginya bila mempertimbangkan segala sesuatu dengan baik dan memperhitungkan baik buruknya. Semoga kisah di atas memberi pengetahuan berharga dan menyegarkan nasihat yang kita terima dari para orangtua.

Salam literasi!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun