Krisma Ningtyas, seorang mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang (UM), mengadakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, di lembaga Pusat Pengembangan Anak (PPA), di desa Bajang, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Rabu (9/10/2024). Pengabdian itu dikemas dalam bentuk psikoedukasi bertema "Manajemen Stres pada Remaja", melibatkan anak-anak PPA di kelas usia remaja yang tergabung dalam PPA Sihing Bapa. Di bawah bimbingan dosen, Retno Sulistiyaningsih, S.Pd.I., M.Si.
Sekilas tentang PPA, PPA merupakan bentuk kerja sama antara gereja-gereja dan Compassion dalam bidang pelayanan anak yang dikhususkan untuk anak-anak yang tidak mampu. Gereja 'Sihing Bapa' menjadi partner Compassion dengan id IO-794 Sihing Bapa. Anak PPA dibantu dan dibimbing oleh seorang guru yang disebut dengan mentor. Anak PPA terbagi dalam kelas yang berdasar pada kelas usia dan setiap kelas usia didampingi oleh 1 mentor.Â
Krisma menjelaskan, anak PPA khususnya usia remaja menjadi fokus dari pemberian psikoedukasi terkait Manajemen Stres karena pada usia ini mereka dihadapkan oleh pilihan karir yang hendak mereka jalani. Setelah lulus masa SMA, mereka harus memutuskan apakah akan melanjutkan pada jenjang bangku kuliah, bekerja, atau bahkan mereka memiliki opini lain yang ingin mereka ambil. Selain itu, seperti yang dialami oleh remaja pada umumnya, mereka harus belajar menjadi dewasa melalui masalah-masalah yang mereka hadapi. Walaupun PPA sendiri telah menerapkan program buku rencana tahunan yang bisa diisi oleh anak PPA, akan tetapi tidak sedikit dari mereka yang masih bingung akan rencana mereka di masa depan. Hal tersebut merupakan hal yang normal dialami, sebab remaja merupakan masa transisi yang kerap kali membuat individu menghadapi situasi yang membingungkan, menjadikan mereka rentan untuk mengalami kondisi stres.Â
David Theo, mentor PPA kelas usia 15-18 tahun, menjelaskan kondisi yang terjadi,
"Anak-anak kelas usia ini memiliki banyak pertimbangan yang menjadikan mereka mengalami kebingungan, usia SMA/SMK ini mereka dihadapin sama pertimbangan buat lanjut kerja atau ngejar kuliah"
Ditambah oleh Nike, salah satu anak PPA mengungkapkan,
"Sekarang aku kelas 3 SMA, kadang-kadang itu aku bingung terus stress kalau ada tugas yang banyak terus diburu-buru sama gurunya. Aku ada rencana buat kuliah di UM ambil jurusan psikologi, harus belajar lebih giat biar bisa lolos SNBP atau SNBT"Â
Kekhawatiran dan kebingungan ini dapat berdampak lebih buruk pastinya apabila dibiarkan tanpa ada penyikapan lebih lanjut. Menyikapi permasalahan tersebut, saya Krisma Ningtyas dari Universitas Negeri Malang jurusan Psikologi dengan semangat mengadakan program psikoedukasi terkait Manajemen Stres yang disajikan melalui kegiatan sosialisasi. Kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu, 9 Oktober 2024 yang bertempat di ruang kelas PPA dengan partisipan anak-anak PPA dengan rentang usia remaja yang berjumlah 6 anak. Program pengabdian masyarakat ini memperkenalkan program psikoedukasi yang dirancang untuk meningkatkan awareness di kalangan remaja terhadap isu stres. Program ini bertujuan untuk mengenalkan pada anak-anak terkait definisi stres, jenis, penyebab, dampak, dan cara untuk memanajemen stres.Â
Psikoedukasi: Instrumen Utama Pengembangan Pengetahuan Terkait Manajemen Stres
Psikoedukasi adalah suatu intervensi yang memiliki fokus pada mendidik partisipan mengenai tantangan atau masalah hidup, membantu partisipan mengembangkan sumber dukungan dalam menghadapi tantangan tersebut, dan mengembangkan keterampilan coping untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan. Dalam kegiatan ini, psikoedukasi berfokus pada pengembangan pengetahuan anak perihal manajemen stress sehingga menumbuhkan sikap peduli terhadap masalah atau tantangan yang dapat mengganggu mereka dan mereka memiliki kemampuan manajemen stres yang lebih baik sehingga dapat menunjang regulasi emosi yang baik pula.Â